Dalam analisis teknikal, pelaku pasar biasanya menggunakan bantuan grafik untuk menganalisis performa sebuah aset. Grafik tersebut terdiri dari line chart dan candlestick chart. Lantas, apa sih perbedaannya?
Analisis teknikal adalah representasi visual dalam bentuk grafik atas harga sebuah aset dan volume perdagangannya antar waktu. Sehingga, sama seperti grafik pada umumnya, seluruh faktor tersebut diwakili di dalam dua sumbu grafik analisis teknikal, yakni sumbu vertikal dan horizontal.
Sumbu vertikal mewakili harga aset atau nilai volume perdagangan sementara sumbu horizontal mewakili faktor waktu. Nah, kedua sumbu tersebut selalu menjadi kunci utama dalam menyusun analisis teknikal apapun bentuknya.
Memang, terdapat beragam grafik analisis teknikal yang bisa dibentuk investor atau trader dengan memanfaatkan kedua sumbu tersebut. Namun, investor biasanya menggunakan kedua sumbu di atas untuk membuat turunan dalam bentuk grafik garis (line chart) dan grafik candlestick.
Apakah arti dan tujuan kedua grafik tersebut? Yuk, simak selengkapnya!
Line chart adalah grafik dalam bentuk garis yang diciptakan dengan menghubungkan harga aset di periode penutupan yang digunakan di dalam grafik tersebut.
Sebagai contoh, grafik harian adalah garis yang menghubungkan harga-harga penutupan aset setiap hari. Sementara itu, grafik per jam merupakan garis yang menyambungkan harga sebuah aset di setiap jam.
Pelaku pasar biasanya menggunakan line chart untuk memvisualisasikan pergerakan harga aset. Melalui grafik ini, mereka bisa membaca reli dan tren harga sebuah aset dan reaksi pelaku pasar terhadap tren tersebut.
Sobat Cuan bisa menengok contoh line chart di grafik nilai harian indeks S&P 500 antara 2017 hingga 2021 berikut.
Dari grafik tersebut, Sobat Cuan bisa mengetahui kapan tren harga sebuah aset terus meningkat (bull market), menurun (bear market), atau mengalami reli. Grafik ini membantu kamu memahami kondisi pasar yang terjadi saat ini sehingga kamu bisa membuat keputusan investasi yang tepat.
Candlestick chart adalah grafik yang menunjukkan harga aset tertinggi dan terendah serta harga pembukaan dan penutupan sekaligus di dalam satu rentang periode tertentu. Makanya, bentuknya pun jauh berbeda dengan line chart.
Candlestick chart sendiri melintang vertikal yang terdiri dari dua bagian utama, yakni badan dan "batang" yang menjulang di atas dan bawah. Bagian badan menggambarkan posisi harga aset saat pembukaan dan penutupan, sementara bagian batang menggambarkan titik harga terendah dan tertinggi sepanjang sesi perdagangan.
Agar mempermudah investor melihat arah pergerakan harga, grafik candlestick umumnya memiliki dua warna, yakni hijau dan merah. Grafik candlestick hijau melambangkan bahwa harga aset tengah naik dalam periode tersebut, sementara warna merah melambangkan penurunan harga.
Nah, untuk lebih mudah memahami candlestick, Sobat Cuan bisa menyimak gambar berikut!
[Grafik candlestick saat tren harga naik]
[Grafik candlestick saat tren harga turun]
Seperti apa penjelasan grafik di atas? Simak penjelasannya berikut!
Agar kamu lebih memahami soal grafik candlestick, yuk perhatikan contoh grafik candlestick nilai indeks Nasdaq 100 antara Januari hingga Juli 2021 berikut.
Grafik di atas memperlihatkan warna merah dan hijau secara selang-seling, yang merupakan representasi dari fluktuasi nilai indeks tersebut. Namun, ada kalanya grafik berwarna hijau terus menerus dan ada masanya grafik tersebut berwarna merah secara berurutan. Nah, warna-warna yang muncul secara berentetan tersebut menunjukkan arah pergerakan nilai indeks Nasdaq 100.
Sebagai contoh, sebagian besar badan grafik candlestick berwarna hijau antara Mei hingga Juli, yang mengindikasikan bahwa tren nilai indeks Nasdaq 100 sedang menanjak. Kemudian, beberapa elemen tambahan di badan candlestick tersebut memberikan info tambahan terkait tingkat volatilitas nilai tersebut.
Badan candlestick yang panjang, misalnya, menunjukkan perubahan harga yang ekstrem dari awal hingga akhir sesi perdagangan. Sementara itu, batang candlestick yang panjang menunjukkan seberapa parah harga berfluktuasi dalam rentang waktu tersebut.
Tak hanya itu, pelaku pasar juga bisa meramal arah pasar hanya dengan melihat pola candlestick. Seperti yang terlihat pada grafik di atas, terdapat satu candlestick yang terlihat seperti palu lantaran memiliki badan yang pendek namun dengan batang yang panjang.
Nah, pola tersebut disebut dengan "hammer candlestick", yakni sebuah pola yang sering dianggap pelaku pasar sebagai pertanda bahwa tren nilai akan berbalik dari menurun menjadi meningkat. Jika terdapat pola seperti itu, maka ada baiknya Sobat Cuan segera masuk ke pasar untuk mendulang cuan.
Kini, kamu sudah memahami line charts dan grafik candlestick. Hanya saja, grafik manakah yang perlu kamu pilih?
Kamu bisa menggunakan line chart untuk membaca kesimpulan singkat mengenai pergerakan harga. Hanya saja, line chart tidak bisa membaca data-data selain data titik harga penutupan.
Sementara itu, grafik candlestick dapat memberikanmu data terkait perjalanan harga sebuah aset di setiap periodenya.
Namun, apapun jenis grafiknya, seluruh grafik trading memiliki rentang waktunya sendiri baik dalam hitungan menit, jam, harian, bulanan, atau tahunan. Sehingga, baik menggunakan line chart atau candlestick, kamu tetap bisa melihat perjalanan harga sebuah aset.
Bagikan artikel ini