Salah satu cara ampuh menentukan support dan resistance area adalah dengan menggunakan indikator Moving Average (MA). Di artikel ini, Sobat Cuan bisa memahami salah satu indikator penting ini untuk menerapkannya dalam kegiatan trading.
Moving Average (MA), yaitu garis yang kita dapat dari perhitungan harga sebelum hari ini, yang mana garis tersebut menampilkan pergerakan harga rata-rata dari suatu saham dalam suatu rentang waktu tertentu.
Misalnya dalam rentang 5 hari (1 minggu), 20 hari (1 bulan), 60 hari (3 bulan), maupun 120 hari (6 bulan). Sebab itu dapat dikatakan moving average 60 berarti pergerakan harga 3 bulan ke belakang.
Menggunakan MA merupakan cara ampuh untuk mengukur momentum serta memastikan tren, termasuk menentukan support area dan resistance area. MA adalah indikator lagging yang bereaksi terhadap peristiwa yang sudah terjadi.
Indikator ini tidak kita gunakan sebagai alat untuk memprediksi harga ke depan, melainkan kita gunakan untuk memastikan dan menganalisis tren harga saham.
Meski terdengar rumit, namun MA sebenarnya merupakan alat penting dalam analisis teknikal yang digunakan oleh para trader.
Dalam artikel ini, Sobat Cuan juga akan memahami tiga jenis rata-rata bergerak yang sering digunakan yaitu: Simple Moving Average (SMA), Weighted Moving Average (WMA), Exponential Moving Average (EMA).
Moving Average adalah indikator yang membantu trader memahami tren dalam pergerakan harga.
Mereka meratakan fluktuasi harga dan membantu dalam memprediksi tren yang mendasarinya. Penggunaannya sudah diterapkan sejak 1829 dalam menghitung rata-rata tingkat kematian.
Dalam dunia analisis teknikal, MA menjadi sangat penting dan dapat ditemukan dalam berbagai perangkat lunak.
Meskipun umumnya digunakan dalam trading, konsep rata-rata bergerak juga diterapkan dalam Analisis Seri Waktu dan Pengolahan Sinyal Digital.
Pada dasarnya, konsep MA digunakan untuk mengetahui seberapa jauh harga saham dari trennya, dengan menghitung rata-rata harga suatu saham.
Dengan menggunakan rentang waktu yang berbeda-beda, seorang trader dapat menganalisis tren pergerakan harga suatu saham. Umumnya rentang waktu yang biasa digunakan oleh trader adalah 5 hari, 10 hari, 50 hari, 100 hari, dan 200 hari.
Perhatikan tabel di bawah ini
Date | Close | 5 Day Moving Average |
29-Aug-2022 | 161 | |
30-Aug-2022 | 159 | |
31-Aug-2022 | 157 | |
1-Sep-2022 | 158 | |
2-Sep-2022 | 156 | |
6-Sep-2022 | 155 | 158 |
7-Sep-2022 | 156 | 157 |
8-Sep-2022 | 154 | 156 |
9-Sep-2022 | 157 | 156 |
12-Sep-2022 | 163 | 156 |
13-Sep-2022 | 154 | 157 |
Tabel di atas menghitung moving average 5 hari dari saham AAPL. 5 baris pertama belum memiliki nilai moving average dikarenakan untuk menghitung moving average 5 hari, kita harus lebih dahulu memiliki nilai saham selama minimal 5 hari.
Penerapan yang paling umum dari MA yaitu untuk mengidentifikasi arah tren dan untuk menentukan garis support dan resistance.
Adapun fungsinya adalah sebagai berikut:
Moving average merupakan salah satu indikator analisis teknikal yang sangat digemari oleh para trader dan investor.
Tujuan dari indikator ini adalah memberikan petunjuk mengenai arah tren harga suatu aset di masa mendatang kepada para pelaku pasar.
Proses pengamatan indikator ini dilakukan dengan melihat rerata pergerakan harga suatu aset dalam rentang waktu tertentu, biasanya menggunakan kerangka waktu harian.
Rerata pergerakan harian tersebut kemudian dibandingkan dengan rerata pergerakan harga pada hari-hari sebelumnya, memberikan kemampuan kepada investor dan trader untuk menganalisis tren pergerakan harga secara lebih terperinci.
Selain memberikan gambaran mengenai tren pergerakan harga, MA juga bermanfaat mengurangi dampak fluktuasi harga yang bersifat acak atau sembrono dalam jangka pendek.
Hal ini penting karena seringkali, pelaku pasar dapat keliru dan terjebak dalam mengambil keputusan investasi ketika menghadapi fluktuasi harga yang terlihat tidak terduga.
Dalam menganalisis arah pergerakan harga suatu aset dengan menggunakan moving average, investor dan trader umumnya menentukan posisi support dan resistance.
Secara sederhana, posisi support merujuk pada titik terendah dalam pergerakan harga suatu aset dalam periode tertentu, sementara posisi resistance mengacu pada titik tertinggi.
Meskipun demikian, karena titik support dan resistance menggunakan data historis, keduanya dianggap sebagai indikator yang agak lambat (lag indicator). Semakin besar rentang waktu yang digunakan, semakin besar pula keterlambatan data yang terjadi.
Sebagai contoh, moving average selama 200 hari akan memiliki keterlambatan data yang lebih signifikan dibandingkan yang 20 hari. Umumnya, investor dan trader lebih sering menggunakan moving average 50 hari dan 200 hari karena memberikan sinyal pergerakan harga yang lebih akurat.
MA dapat disesuaikan sesuai preferensi masing-masing trader dan investor. Mereka memiliki fleksibilitas untuk memilih rentang waktu dengan pilihan umum seperti 15, 20, 30, 50, 100, dan 200 hari. Semakin kecil rentang waktu yang digunakan, semakin responsif indikator tersebut terhadap perubahan harga dalam jangka pendek, dan sebaliknya.
Trader jangka pendek cenderung menggunakan indikator tersebut dengan rentang waktu pendek, sementara investor jangka panjang lebih memilih moving average berjangka waktu lebih panjang.
Membaca moving average relatif mudah. Moving average yang naik menandakan tren harga sedang naik, sering kali dikonfirmasi oleh bullish crossover ketika moving average jangka pendek melintasi di atas moving average jangka panjang.
Sebaliknya, jika indikator itu menurun menunjukkan bahwa harga aset sedang turun, biasanya terkonfirmasi melalui bearish crossover ketika moving average jangka panjang melintasi di atas jangka pendek.
Gambaran tersebut dapat dilihat pada grafik harga saham AAPL, dimana moving average 10 hari ditandai dengan warna merah dan moving average 200 hari ditandai dengan warna biru. Fase bearish terjadi saat garis turun melintasi garis biru, dan sebaliknya.
Selain sebagai alat untuk melihat tren, kalkulasi MA juga menjadi dasar untuk analisis teknikal lainnya, seperti moving average convergence divergence (MACD).
Moving average yaitu indikator yang biasa kita pakai dalam analisis teknikal. Indikator ini cukup populer di antara para trader. Ada banyak versi yang biasa investor gunakan sebagai indikator analisis teknikal.
Pertama, Simple Moving Average (SMA). Kedua, Weighted Moving Average (WMA). Ketiga, Exponential Moving Average (EMA)
Cara menggunakan ketiga jenis moving average tersebut mirip satu sama lain.
Namun yang membedakan dari semua jenisnya adalah pola hitungan rata-ratanya yang memberatkan suatu nilai periode tertentu dengan bobot yang berbeda.
Misalnya apabila pada SMA hanya menggunakan rata-rata biasa, WMA dan EMA menggunakan sistem pembobotan, sehingga dari pembobotan ini dapat menghasilkan nilai rata-rata yang berbeda.
Jadi, bisa kita simpulkan perbedaannya ada pada tingkat sensitivitas yang masing-masing indikator tersebut berikan terhadap harga saham.
Simple Moving Average (SMA) merupakan salah satu indikator paling terkenal dan simpel yang sering digunakan oleh trader.
Ini adalah bentuk paling simpel dari MA. Indikator ini dihitung dengan menggunakan rerata aritmatika dari salah satu set nilai tertentu.
Dengan kata lain, serangkaian data aset digabungkan dulu bersama-sama untuk kemudian dibagi dengan harga aset di set tertentu tersebut.
Keunggulan SMA terletak pada kesederhanaannya, di mana semua data memiliki bobot yang sama.
Misalnya, jika kita mempertimbangkan SMA 10 hari, setiap hari memiliki pengaruh yang setara dalam perhitungan.
SMA juga memiliki kaitan dengan Osilator Momentum. Perubahan dalam SMA selama suatu periode setara dengan osilator momentum dari periode yang sama, dibagi panjang periode.
Dengan kata lain, jika SMA menunjukkan kenaikan, itu berarti harga saat ini lebih tinggi dibandingkan beberapa hari sebelumnya, dan sebaliknya.
Menggunakan hasil SMA sebagai input untuk SMA lain menghasilkan output yang lebih halus, disebut sebagai kaskade.
Proses ini dapat menciptakan pola yang mirip dengan fungsi Gaussian, memberikan gambaran yang lebih jelas.
Exponential Moving Average (EMA) adalah jenis MA yang memberikan bobot lebih ke harga terbaru agar analisisnya lebih responsif dengan informasi-informasi baru.
Untuk menghitung EMA, investor harus menghitung simple moving average terlebih dulu dalam rentang waktu tertentu.
Kemudian, untuk memberi bobot kepada EMA, investor akan mengalikannya dengan faktor pengali (multiplier), di mana rumusnya adalah sebagai berikut, dimana multiplier ditulis sebagai α :
α= [Smoothing factor/(Periods + 1)]
Sebagai contoh, untuk 20 hari moving average, maka faktor pengalinya adalah [2/(20+1)]= 0,09.
Kemudian untuk menghitung exponential moving average, dapat menggunakan rumus berikut:
EMAHari ini = (Harga penutupan saham hari ini * α) + (EMAKemarin * (1 - α))
Perhatikan tabel di bawah ini
Date | Close | 5 Day EMA |
29-Aug-2022 | 161 | |
30-Aug-2022 | 159 | |
31-Aug-2022 | 157 | |
1-Sep-2022 | 158 | |
2-Sep-2022 | 156 | |
6-Sep-2022 | 155 | 158 |
7-Sep-2022 | 156 | 157 |
8-Sep-2022 | 154 | 156 |
9-Sep-2022 | 157 | 157 |
12-Sep-2022 | 163 | 159 |
13-Sep-2022 | 154 | 157 |
Tabel di atas menghitung exponential moving average 5 hari dari saham AAPL di mana nilai α adalah 0,33. Lima baris pertama belum memiliki nilai exponential moving average karena harus lebih dahulu memiliki nilai saham selama minimal 5 hari. Kemudian untuk nilai EMA yang pertama kita bisa menggunakan rumus simple moving average
Komunitas trader lebih sering memilih EMA karena respons yang lebih cepat terhadap perubahan harga, dan EMA juga umum digunakan dalam pembuatan indikator teknis.
Weighted Moving Average (WMA) menggunakan bobot linear dalam perhitungannya, memberikan penekanan lebih besar pada data terbaru.
WMA juga memiliki hubungan dengan SMA, di mana perubahan WMA dapat dijelaskan sebagai perbedaan antara harga dan SMA yang digeser, dibagi (panjang + 1)/2.
Mungkin mengejutkan, namun dengan kondisi tertentu, WMA dan SMA dapat digunakan untuk menghitung regresi linier sederhana dari harga.
Ini memberikan dimensi analisis tambahan bagi trader yang ingin mendalami strategi trading mereka.
Dengan memahami esensi dari konsep SMA, EMA, dan WMA, Sobat Cuan dapat meraih pemahaman yang lebih baik mengenai bagaimana menggunakan rata-rata bergerak untuk mendukung keputusan investasi.
Semakin dalam pemahaman, semakin besar pula keuntungan yang dapat diperoleh dalam merancang strategi trading yang efektif.
Moving Average Convergence Divergence (MACD) merupakan indikator dalam analisis teknikal yang menunjukkan hubungan antara dua moving average dalam tren harga aset.
Jadi, apa manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan indikator MACD? MACD digunakan oleh para trader untuk memahami kapan harga aset tersebut akan mengalami pergerakan bullish atau bearish.
Ditemukan oleh Gerard Appel pada 1979, MACD telah menjadi pilihan utama bagi trader di seluruh dunia selama bertahun-tahun.
Popularitasnya disebabkan oleh kemudahannya dan fleksibilitasnya, memungkinkan penggunaannya untuk menganalisis tren dan momentum.
Oleh karena itu, MACD sering diadopsi oleh trader yang beroperasi di berbagai pasar, termasuk saham, obligasi, komoditas, dan valuta asing.
Trader biasanya mengenal dua jenis MACD dalam analisis teknikal, yakni crossover dan divergence.
Kondisi bullish akan tercipta jika dua posisi terendah di garis MACD berkorespondensi dengan dua garis terbawah di harga aset.
Bagikan artikel ini