Indeks saham Amerika Serikat adalah indeks saham yang sering dipantau investor. Lantas, apa saja tiga indeks saham Amerika paling utama?
Dalam dunia investasi saham, istilah indeks saham adalah istilah yang sering muncul baik di dalam laporan analis maupun pemberitaan umum. Namun pertanyaannya, apa sebenarnya yang disebut dengan indeks saham?
Indeks saham adalah ukuran statistik yang mempresentasikan keseluruhan pergerakan harga atau sekumpulan saham yang dipilih secara khusus. Tujuannya adalah untuk mengukur sentimen pasar, mengukur kinerja beberapa saham tertentu, hingga menganalisis arah tren pasar ke depan.
Hanya saja, tidak semua indeks saham dihitung menggunakan metodologi yang sama. Hal tersebut didasarkan pada tujuan pembentukan indeks saham itu sendiri.
Di Indonesia, salah satu contoh indeks saham populer dan sering dijadikan acuan adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Namun, layaknya Indonesia, negara-negara lain pun memiliki indeks saham acuan, seperti Amerika Serikat (AS).
Baca Juga: Apa Itu Agio Saham? Mengenal Pengertian dan Jenis Agio Saham
Sama seperti di Indonesia, indeks saham adalah unsur penting di dalam mencerminkan kinerja bursa saham AS dan juga mengukur sentimen yang tengah terjadi di pasar saham AS. Apa alasannya?
Asal tahu saja, bursa saham AS berisikan saham-saham dengan jumlah banyak. Namun, karena fluktuasi harga masing-masing saham itu tidak senada, maka investor pun kesulitan dalam mengukur kinerja pasar saham AS secara umum.
Namun, melalui kehadiran indeks saham, investor akhirnya bisa membaca kinerja pasar saham AS dan mempermudah mereka untuk menentukan keputusan investasi berikutnya. Kemudian, lambat laun, indeks saham Amerika pun tak hanya menjadi cerminan kinerja pasar saham semata namun juga menjadi pembanding instrumen investasi lainnya dan memberikan gambaran umum situasi ekonomi AS.
Saat ini, investor kerap mengacu pada tiga indeks saham Amerika yang dianggap sebagai tolok ukur kinerja pasar saham AS, yakni Dow Jones Industrial Average (DJIA), S&P 500, dan Nasdaq. Hal ini mengingat ketiga indeks tersebut berisikan saham-saham perusahaan berkapitalisasi pasar jumbo, sehingga pergerakannya dianggap mendekati pergerakan kinerja pasar saham AS secara umum.
Lantas, seperti apa detail dari masing-masing indeks saham tersebut?
Dow Jones Industrial Average DJIA, adalah indeks saham Amerika Serikat tertua dan paling terkenal di dunia. Dibentuk pada 1896, indeks ini berisikan saham-saham milik 30 perusahaan besar (blue chip) dan berpengaruh di AS yang secara konsisten membagikan dividen kepada pemegang sahamnya.
DJIA dihitung berdasarkan metode pembobotan berdasarkan harga saham (price-weighted). Secara lebih rinci, indeks tersebut dikalkulasi dengan menjumlahkan harga-harga setiap saham yang kemudian dibagi dengan total jumlah saham beredar yang diterbitkan masing-masing emiten.
Lebih lanjut, indeks ini berisikan saham-saham lintas sektor. Namun, lima sektor utamanya adalah sektor informasi teknologi, layanan kesehatan, konsumer, dan industri yang mengambil porsi 85% dari nilai indeks.
Menariknya, saham-saham perusahaan yang masuk ke indeks ini tidak dipilih berdasarkan kriteria kuantitatif namun berdasarkan kriteria kualitatif. Biasanya, anggota indeks ini adalah saham-saham perusahaan yang punya reputasi baik, mampu menunjukkan pertumbuhan yang stabil, dan digemari investor.
Fakta unik lainnya, indeks ini mewakili 25% dari total nilai kapitalisasi pasar saham AS. Meski demikian, indeks ini tetap digunakan sebagai acuan dalam melihat kinerja perusahaan-perusahaan top AS.
Per pertengahan Juli 2023, lima saham yang memiliki bobot terbesar di DJIA adalah UnitedHealth Group Inc (UNH), Microsoft (MSFT), Goldman Sachs Group (GS), Home Depot (HD), dan McDonalds Corp (MCD).
Baca Juga: Apa Itu Wall Street dan Apa Pentingnya bagi Investasi?
Indeks saham Amerika terpenting kedua adalah indeks The Standard & Poor's 500 atau dikenal dengan nama S&P 500.
Indeks saham yang dibentuk pada 1957 ini berisikan 500 saham dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di pasar saham AS, yang mewakili sekitar 80% dari total kapitalisasi pasar saham AS.
Makanya, tak heran bila kemudian indeks ini kerap dijadikan tolok ukur utama investor untuk mengukur kinerja dan sentimen pasar modal AS saat ini. Bahkan, investor dan analis kerap menggunakan S&P 500 sebagai acuan dalam membuat keputusan investasi dan menilai kinerja portofolio mereka.
Indeks S&P 500 dihitung dari pembobotan berdasarkan nilai kapitalisasi pasar masing-masing saham. Dengan kata lain, semakin besar nilai kapitalisasi pasar suatu saham, maka perannya di indeks S&P 500 pun semakin besar. Begitu pun sebaliknya.
Karena metodologi kalkulasinya lebih "berimbang" ketimbang indeks DJIA, maka indeks ini juga mampu mencerminkan penurunan nilai kapitalisasi pasar saham anggotanya. Sebagai contoh, jika nilai indeks S&P 500 turun 10%, maka ada indikasi bahwa seluruh nilai kapitalisasi pasar saham-saham anggota indeks ini juga turun 10%.
Lebih lanjut, indeks ini berisikan saham-saham perusahaan dari 11 sektor, namun lima sektor utamanya adalah teknologi informasi, layanan kesehatan, konsumer, finansial, dan jasa komunikasi. Kelima sektor tersebut membentuk 76% dari angka indeks.
Adapun lima konstituen utama indeks ini per Juli 2023 adalah Apple Inc. (AAPL), Microsoft Corp (MSFT), Amazon.com Inc (AMZN), Nvidia Corp (NVDA), dan Tesla Inc (TSLA).
Nasdaq Composite adalah indeks saham yang berisikan sekitar 3.000 saham pada perusahaan-perusahaan teknologi, telekomunikasi, dan sektor inovatif lain yang terdaftar di bursa Nasdaq.
Indeks ini memberikan gambaran tentang kinerja sektor teknologi yang menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi modern. Tak heran jika kemudian investor growth stocks kerap melihat indeks ini sebagai acuan utamanya.
Sama seperti indeks S&P 500, perhitungan indeks Nasdaq didasarkan pada pembobotan berdasarkan nilai kapitalisasi pasar seluruh saham yang diperdagangkan di bursa Nasdaq. Dengan demikian, indeks ini pun mencakup saham-saham perusahaan yang berbasis di luar AS.
Per Juli 2023, lima emiten yang mengambil porsi terbesar di indeks Nasdaq Composite adalah Microsoft Corp (MSFT), Apple Inc (AAPL), Nvidia Corp (NVDA), Amazon.com Inc (AMZN), dan Tesla Inc. (TSLA).
Baca Juga: Mengenal CBOE Volatility Index, Ukuran Volatilitas Nilai S&P 500
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, investor saham AS kerap menjadikan indeks-indeks saham tersebut sebagai acuan dalam berinvestasi. Namun, apa alasannya?
Indeks saham sering digunakan sebagai tolok ukur untuk mengukur kinerja pasar saham secara keseluruhan atau sektor tertentu.
Investor dapat membandingkan kinerja portofolio mereka dengan kinerja indeks untuk mengevaluasi apakah mereka mengungguli atau di bawah rata-rata pasar. Hal ini membantu investor dalam menilai apakah strategi investasi mereka efektif atau perlu disesuaikan.
Indeks saham memberikan wawasan tentang tren pasar yang sedang terjadi. Dengan mempelajari pergerakan indeks-indeks saham, investor dapat mengidentifikasi apakah pasar sedang naik, turun, atau berada dalam kondisi sideways.
Informasi ini dapat membantu investor dalam mengambil keputusan investasi yang lebih baik, seperti menentukan waktu yang tepat untuk membeli atau menjual saham.
Indeks saham mencakup berbagai perusahaan di berbagai sektor ekonomi.
Investor dapat menggunakan informasi indeks untuk memahami komposisi dan bobot sektor yang berbeda dalam pasar saham. Hal ini dapat membantu investor dalam membuat keputusan diversifikasi yang cerdas dalam membangun portofolio investasi mereka dan meminimalisasi risiko.
Indeks saham sering kali mencakup perusahaan-perusahaan terkemuka di industri mereka. Sehingga, memahami pergerakan indeks saham dapat memberikan wawasan tentang kinerja perusahaan-perusahaan besar yang mempengaruhi pasar secara keseluruhan.
Hal ini memungkinkan investor untuk mengamati dan mengikuti perkembangan perusahaan-perusahaan ini dalam pengambilan keputusan investasi.
Indeks saham sering diberitakan dan diikuti oleh media keuangan. Investor dapat menggunakan indeks saham untuk memantau peristiwa dan berita pasar yang mempengaruhi kinerja indeks tersebut.
Hal ini membantu investor untuk tetap terinformasi tentang perkembangan pasar terbaru dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi harga saham dan pasar secara umum.
Download aplikasi Pluang untuk investasi Saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Sumber: Investopedia
Bagikan artikel ini