Pekan ini, investor indeks S&P 500 merasa agak deg-degan. Sebab, indeks volatilitas CBOE Volatility Index bergerak mendekati angka 25 pada Senin (19/7), menembus titik reratanya dalam 200 hari alias 200 Simple Moving Average (SMA).
Kabar tersebut pun muncul di beberapa portal berita ternama. Tak heran, jika pelaku pasar pun sedikit panik akibat kenaikan nilai indeks tersebut. Meski sempat panik, namun kekhawatiran mereka mereda seiring penurunan nilai indeks tersebut menjelang akhir pekan.
Nah, reaksi investor seperti demikian tentu bikin kamu bertanya-tanya: Mengapa sih pelaku pasar merespons keras angka indikator CBOE Volatility Index? Apakah memang angka tersebut begitu pentingnya di pasar saham Amerika Serikat?
Untuk mengetahuinya, yuk simak artikel berikut ya, Sobat Cuan!
Baca juga: Apa Itu Reksadana Indeks (Index Fund)?
Yang namanya pasar saham, pergerakan harganya tentu sangat volatil meski menjanjikan keuntungan segudang. Termasuk indeks S&P 500. Volatilitas harga sifatnya sangat penting untuk diamati lantaran bisa membuatmu untung atau justru buntung berinvestasi di dalamnya.
Investor pasar modal AS tentu harus jago dalam menakar volatilitas tersebut. Salah satu indikator untuk melihat volatilitas itu adalah dengan memantau CBOE Volatility Index atau biasa disebut indeks VIX.
The CBOE Volatility Index atau Chicago Board Option Exchange Volatility Index adalah indeks yang bersifat real time. Indeks ini diturunkan dari harga-harga kontrak derivatif indeks S&P 500, yang rata-rata bertenor jangka menengah.
Seperti yang kita tahu, harga kontrak derivatif merupakan harga yang disepakati penjual atau pembeli saat tenggat waktu yang disepakati di masa depan. Oleh karenanya, tak heran jika pergerakan nilai indeks ini digunakan investor dalam melihat ekspektasi pasar terhadap volatilitas nilai S&P 500 dalam 30 hari ke depan.
Volatilitas sendiri adalah istilah yang menggambarkan seberap cepat harga sebuah aset naik-turun. Secara umum, hal ini digunakan untuk melihat sentimen pasar secara umum. Namun secara khusus, indikator ini dimanfaatkan untuk mengukur tingkat “ketakutan” para pelaku pasar dalam berinvestasi di indeks S&P 500.
Intinya, semakin dramatis ayunan harga dalam instrumen CBOE Volatility Index, maka semakin tinggi tingkat volatilitasnya. Begitu pula sebaliknya.
CBOE Volatility Index dianggap sebagai indikator penting di dalam dunia trading dan investasi. Sebab, indeks ini menyediakan ukuran risiko pasar dan sentimen investor dalam bentuk angka.
Baca juga: Yuk, Mengenal Produk-Produk Investasi!
Lantas yang jadi pertanyaan adalah, bagaimana volatilitas harga bisa diukur? Nah, terdapat dua metode yang menjadi alat ukurnya.
Pertama adalah metode yang disandarkan pada perhitungan statistik harga historis. Kalkulasi ini mencakup kalkulasi angka-angka statistik seperti angka rata-rata, variance, dan standar deviasi dari data-data historis harga aset tersebut. Biasanya, hasil dari standar deviasi tersebut dianggap sebagai risiko atau volatilitas harga dari aset tersebut.
Perhitungan kedua adalah perhitungan yang berbasis harga opsi. Opsi sendiri adalah instrumen derivatif yang harganya tergantung oleh kemungkinan pergerakan nilai satu saham tertentu dalam mencapai satu titik harga khusus. Biasanya, hal ini disebut sebagai strike price.
Nah selain VIX, CBOE juga menawarkan beberapa varian lain untuk mengukur volatilitas pasar secara luas. Seperti Indeks Volatilitas Jangka Pendek Cboe (VXSTSM), yang mencerminkan volatilitas dalam sembilan hari kedepan dari Indeks S&P 500, Indeks Volatilitas 3 Bulan Cboe S&P 500 (VXVSM), dan Indeks Volatilitas 6 Bulan Cboe S&P 500 (VXMTSM).
Produk lainnya yang berdasarkan indeks pasar lainna adalah Indeks Volatilitas Nasdaq-100 (VXNSM), Indeks Volatilitas CBOE DJIA (VXDSM), dan Indeks Volatilitas Cboe Russell 2000 (RVXSM).
Meskipun tidak ada metode sempurna dalam melihat volatilitas pasar, namun seluruhnya memberikan hasil serupa. Yakni, mengukur volatilias secara kuantitatif.
Baca juga: Apa Itu Altcoin Index?
Indeks ini dihitung berdasarkan kontrak-kontrak opsi S&P 500 yang dipertukarkan di CBOE dan biasanya akan kedaluwarsa dalam 23 hari hingga 37 hari mendatang.
Memang, formulasi dalam menghitung indeks ini terbilang rumit. Tapi intinya, indeks ini dihitung berdasarkan agregasi dari seluruh rerata harga yang tercipta dari aksi puts dan calls kontrak derivatif S&P 500.
Karena harga yang tertera bersifat proyeksi selama 30 hari ke depan, maka kamu bisa memperhatikan arah pergerakannya.
Jika pergerakan indeks tersebut stabil, artinya Indeks S&P 500 kemungkinan bisa bergerak sama, lantaran pasar tidak menyikapi berbagai sentimen yang ada.
Sifatnya yang maju satu bulan lebih dulu membuat kamu bisa bersiap untuk menghadapi berbagai risiko yang ada. Sehingga, bisa dikatakan bahwa CBOE Volatility Index mampu dijadikan sebagai informasi pendukung ketika kamu akan masuk ke S&P 500.
Cara membaca indeks tersebut adalah dengan melihatnya secara terbalik, Jadi ketika investor merasa khawatir akan isu tertentu, biasanya nilai Indeks VIX akan naik, yang artinya pasar dalam keadaan jatuh.
Sedangkan ketika Indeks VIX bergerak melandai, biasanya menyiratkan kondisi bahwa pasar saham dalam keadaan riuh.
Sebuah studi yang dilakukan sejak tahun 1990 mengungkapkan, ketika pasar secara keseluruhan, diwakili oleh indeks S&P 500 (Grafik Oranye) melonjak yang mengarah ke nilai VIX (Grafik Biru) turun sekitar waktu yang sama, dan sebaliknya.
Kalau kamu bagaimana Sobat Cuan? Sudah siap memperhatikan indeks ini untuk cuan di S&P 500?
Baca juga: Sobat Cuan, Simak 3 Tanda Kamu Belum Siap Investasi S&P 500!
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Sumber: Investopedia, Nasdaq, Stockhead
Bagikan artikel ini