Exit liquidity adalah fenomena investor menyediakan likuiditas bagi investor yang terjebak investasi bodong. Dapatkan tips terhindar di sini!
Exit liquidity adalah julukan bagi investor yang membeli aset kripto tanpa dilandasi pengetahuan dan analisa yang memadai sehingga terjebak jadi tim 'cuci piring' dari sebuah projek gagal atau aset bodong yang sebetulnya tidak bernilai. Pada konteks ini, investor awam tersebut menjadi penyedia likuiditas bagi penjual dan investor pendahulu yang tengah putus asa lantaran investasinya terancam hilang.
Berkat seorang penyedia exit liquidity, aset-aset bodong memiliki peluang untuk dicairkan dengan likuiditas yang tersedia. Sebagai imbal baliknya, investor awam akan kehilangan dana investasinya pada aset yang tak bernilai tersebut.
Baca juga: Ingin Trading Crypto? Yuk, simak 4 Hal yang Perlu Diperhatikan!
Berikut ini beberapa skenario yang perlu kamu hindari jika tidak mau jadi penyedia likuiditas pada projek bodong berikut aset tak bernilainya.
Skenario paling umum untuk menjebak seorang investor awam untuk menjadi penyedia exit liquidity adalah skema pump and dump. Modus operandinya bisa bermacam-macam, namun secara umum praktek ini melibatkan sekelompok orang yang aktif mempromosikan sebuah projek kripto berikut token natif projeknya.
Promosi aktif tentu mendongkrak harga token tersebut sampai di tingkat popularitas tertentu. Banyak investor tergiur membeli token yang sedang trending tanpa meneliti lebih jauh nilai dan utilitasnya. Biasanya token ini dijual dalam pairing pool likuiditas dengan padanan koin kripto berharga seperti Ether, BTC ataupun ADA dengan nilai fluktuatif.
Ketika harga sudah melambung tinggi, para promotor akan menjual asetnya sesegera mungkin untuk mengosongkan pairing pool likuiditas hingga tersisa hanya token projek tak berharga. Sementara aset kripto bernilai yang jadi pairing-nya sudah kosong. Saat itu, investor awam tidak bisa mencairkan asetnya lantaran tak ada likuiditas yang tersedia lagi disana.
Initial Coin Offerings (ICO) terkadang jadi ajang fraud bagi developer nakal. Mereka menjual koin maupun token dari projek kripto fiktif dalam jumlah besar untuk menggaet investor awam berinvestasi pada projek mereka.
Sayangnya, segera setelah dana investasi para angel investor terkumpul, projek yang dijanjikan tak kunjung terealisasi. Pada kasus seperti ini, ICO merupakan fraud yang mengincar angel investor jadi penyedia exit liquidity.
Ketika sebuah aset kripto dihapus dari pasar exchange, harganya seringkali terjun bebas. Tak hanya terkoreksi nilainya saja, investor yang masih mengoleksi aset tersebut kerap kesulitan untuk mencairkan asetnya.
Pada kondisi seperti ini, investor tersebut telah menjadi exit liquidity bagi investor lainnya yang saling berlomba menjual asetnya agar tingkat kerugiannya bisa diminimalisir.
Exit liquidity pada skenario ini sering tidak menyangka nasib buruk menerpanya. Terkadang, kebijakan pemerintah seperti menetapkan satu aset kripto sebagai aset ilegal bisa membuat harganya susut drastis. Lantaran situasinya sudah di ujung tanduk, investor terpaksa harus menjual asetnya meski harganya sedang tidak bagus demi mencegah kerugian yang lebih besar.
Nilai aset kripto juga bisa mengalami koreksi tajam akibat skandal atau kegagalan projek. Misalnya saja, terjadi peretasan pada sistem operasional blockchain, terlibat skandal pencucian uang atau kasus lainnya yang dapat menciptakan sentimen negatif.
Manipulasi pasar bukan barang asing bagi trader maupun investor di pasar finansial, terutama pasar kripto yang fluktuatif. Permainan harga aset yang tak wajar membuat investor awam tergiur atas dasar fear of missing out alias FOMO. Akibatnya tentu saja investor yang sudah menimbun aset sejak lama akan mengambil peluang cuan dari lonjakan permintaan dari investor FOMO penyedia exit liquidity.
Lonjakan permintaan yang berganti dengan serbuan suplai aset mendorong trend pasar berbalik arah. Investor awam akan panik lantaran koreksi yang tajam. Dalam upayanya untuk cut-loss, investor FOMO berperan menjadi exit liquidity bagi manipulator pasar dengan portofolio gendut setelah kenyang taking profit.
Baca juga: Cara Mencegah FOMO dalam Investasi
Tentunya kamu tidak ingin investasi di pasar kripto berakhir jadi exit liquidity bagi investor lainnya, bukan?
Berikut ini tips yang bisa kamu ikuti agar investasimu tetap sehat dengan risiko yang terkelola dengan baik.
Meriset segala hal tentang aset kripto incaran kamu sangat penting. Pelajari projeknya, tim developernya, rekam jejak para developer dan angel investor, trend pasar, utilitas token hingga faktor fundamental terkait seperti ekonomi global dan kebijakan pemerintah yang berkaitan.
Jangan sampai ada red flag yang terlewat saat kamu meriset suatu aset. Meski sedang trending, kamu tetap harus waspada jika projek tersebut mengandung janji-janji surga tak masuk akal, kurang transparan, punya rekam jejak gagal dan isu-isu lain yang berpotensi bikin kamu jadi 'tim cuci piring' saat aset tersebut terbongkar buruknya nanti.
Jangan pernah menaruh semua telur di keranjang yang sama adalah prinsip investasi yang harus kamu selalu kamu taati. Tak hanya menekan potensi kerugian, namun trik ini juga efektif dalam membagi investasi kamu berdasarkan tujuannya.
Aset dengan profil risiko lebih besar punya potensi keuntungan lebih besar, pun sebaliknya. Profil risiko yang berbeda akan membantu kamu memastikan tercapainya tujuan investasi kamu.
Memiliki ekspektasi yang realistis akan membantu kamu membuat rencana investasi yang andal. Ekspektasi realistis ini juga mendasari riset yang baik sehingga kamu terhindar dari jebakan FOMO.
Investasi di pasar yang fluktuatif seperti kripto butuh pengawasan yang baik. Pastikan kamu terinfo perkembangan terkini mengenai projek investasi kamu berikut berita-bberita yang memengaruhinya.
Investor kripto dituntut untuk menjadi investor aktif yang terus memantau perkembangan portofolio investasinya secara intensif. Jangan sampai ada red flags yang terlewat tanpa manajemen risiko yang tepat.
Kamu harus punya strategi manajemen risiko seperti order stop-loss di tiap eksekusi trading. Tak hanya itu, kamu harus memiliki kalkukasi yang tepat sebelum berinvestasi dalam jumlah besar pada satu aset.
Lebih baik menghindari berinvestasi terlalu besar di pasar kripto. Kamu bisa membagi alokasi investasi kamu di kelas aset berisiko ini dengan membeli beberapa jenis aset dalam jumlah yang lebih masuk akal dengan profil risiko kamu.
Baca juga: Simak 3 Cara Mudah Tentukan Titik Stop Loss bagi Trader Pemula!
Jangan ragu untuk meminta masukan dari profesional dalam dunia kripto jika kamu menghadapi kesulitan atau ragu dengan suatu projek. Selain professional trader, alat analisis yang canggih dan komprehensif juga sangat membantu dalam menyusun trading plan yang baik.
Komunitas kripto saat ini cukup aktif dalam berkegiatan. Mereka kerap mengadakan konferensi dan acara serta kampanye via sosial media dalam rangka mempromosikan projek tertentu.
Mingle dengan komunitas ini membuat kamu memiliki akses yang baik terhadap info terbaru dan perkembangan projek terkini. Tak hanya itu, banyak juga link airdrop berseliweran di dalam komunitas kripto buat kamu yang suka hunting rejeki nomplok, loh!
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi Saham AS, indeks saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Sumber: Cryptopolitan, Pintu
Bagikan artikel ini