Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Leveragearrow-icon

support-icon
Dirancang untuk Investor
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Keamanan

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

Informasi Terkini UntukmuBlogBerita & AnalisisPelajariKamus
bookmark

Cari berita, blog, atau artikel

Blog

Sobat Cuan, Simak Kiat dan Teori Manajemen Risiko di Pasar Kripto!

Sobat Cuan, Simak Kiat dan Teori Manajemen Risiko di Pasar Kripto!

19 Jul 2021, 9:51 AM·Waktu baca: 7 menit
Kategori
Sobat Cuan, Simak Kiat dan Teori Manajemen Risiko di Pasar Kripto!

Pasar cryptocurrency adalah pasar yang selalu bergerak aktif. Selama 24 jam, pelaku pasar silih berganti memperdagangkan aset kripto, sehingga tak aneh jika pergerakan harganya kadang penuh risiko dan bak roller coaster dalam sekejap.

Oleh karenanya, maka maklum saja jika pasar cryptocurrency terbilang cukup berisiko. Namun, hal ini seharusnya jangan bikin kamu kian menjauh dari aset kripto. Yang perlu kamu lakukan adalah memitigasi risikonya agar “permainan” kriptomu tak bikin kamu buntung.

Satu hal yang harus kamu pahami adalah investasi serta perdagangan aset kripto tidak melulu soal cuan. Kamu juga perlu belajar tentang bagaimana mengatur risiko yang mungkin muncul. Sehingga, cuan yang kamu hasikan memang keuntungan yang dihasilkan dari kepiawaian kamu mengelola keuangan, bukan cuan karbitan.

Nah, di artikel ini, kita akan membahas berbagai risiko apa saja yang mungkin muncul dalam investasi atau trading aset kripto. Tentu saja, kamu akan dibekali beribu cara untuk memitigasi risiko-risiko tersebut.

Yuk, simak selengkapnya di artikel berikut!

Mengenal Risiko Cryptocurrency

Sebelum melangkah ke cara mengatur risiko aset kripto, tentunya kamu harus mengetahui macam-macam risiko yang ada di depan mata ketika kamu terjun ke kancah cryptocurrency. Berikut adalah jenis-jenis risiko tersebut.

1. Risiko Kredit

Risiko ini bisa muncul ketika platform exchange cryptocurrency gagal memenuhi kewajibannya. Namun, hal ini biasanya disebabkan oleh rentannya platform tersebut atas peretasan dan fraud. Salah satu contohnya adalah peretasan Binance pada 2018, yang menyebabkan kerugian penggunanya hingga US$40 juta.

Baca juga: 3 Tips Sukses Cuan dalam Investasi Saham

2. Risiko Hukum

Ya, kamu tentunya sudah mengetahui, bahwa ada beberapa negara yang melarang perdagangan atau bahkan menggenggam aset kripto. Contohnya adalah aksi gencar pemerintah China yang membidik transaksi hingga penambangan aset kripto.

3. Risiko Likuiditas

Dalam konteks cryptocurrency, risiko likuiditas adalah risiko yang menyangkut susahnya mengonversi koin atau token ke dalam mata uang fiat. Misalnya, dolar AS, poundsterling Inggris dan mata uang lainnya.

4. Risiko Pasar dan Operasional

Namanya juga pasar perdagangan, selalu ada tawar menawar terkait aset koin kripto yang diperjualbelikan. Nah kamu sebagai investor berada dalam posisi yang selalu terbuka, sehingga kadang ketika terjadi volailitas harga, risiko ini bisa muncul dan mempengaruhi jumlah portofolio investasi yang dimilki.

Cara Manajemen Risiko Cryptocurrency

Seluruh risiko di atas tentu bisa bikin kamu buntung di kancah cryptocurrency. Sayangnya, tidak ada cara yang jitu agar kamu bisa menghindari kerugian dari bermain aset kripto.

Di sebuah titik, kamu pasti akan terkena yang namanya kerugian berapapun jumlahnya. Namun, kamu harus berpegang teguh pada satu prinsip bahwa “Kamu tak boleh terpapar risiko yang tidak dapat kamu hadapi”.

Makanya, yang perlu kamu pikirkan adalah bukan untuk menghindari risiko sepenuhnya, tapi bagaimana risiko-risiko tersebut tak berdampak besar ke nilai portofolio aset kriptomu.

Nah, dalam kancah cryptocurrency, terdapat tiga strategi manajemen risiko yang bisa kamu terapkan. Yakni, menetapkan rasio risk/reward, position-sizing, dan juga menetapkan titik stop loss dan take profit.

Seperti apa penjelasan masing-masing strategi tersebut?

Baca juga: Pentingnya Financial Ratio Bagi Investor

1. Tentukan Titik Stop Loss dan Take Profit

Stop loss merujuk pada satu titik harga tertentu di mana kamu memutuskan untuk keluar dari pasar. Sementara itu, take profit adalah kebalikannya. Kamu harus menentukan di titik harga mana kamu akan menjual asetmu untuk mendulang cuan.

Sobat Cuan harus paham bahwa ini adalah langkah manajemen risiko paling simpel. Segera susun titik-titik ini sebelum pasar kripto membunuhmu.

2. Rasio Risk/Reward

Rasio risk/reward (risiko terhadap imbal hasil) adalah rasio yang membandingkan tingkat risiko sesungguhnya dengan tingkat return potensialnya.

Tentu saja, semakin berisiko posisi yang kamu ambil, maka potensi kamu untuk cuan juga terbilang besar. Maka dari itu, kamu perlu memahami rasio risk/reward agar kamu paham kapan waktu yang tepat masuk atau keluar pasar cryptocurrency yang sesuai dengan selera risikomu.

Rasio risiko dan imbal hasil yang baik, menurut beberapa trader, adalah 1:1 atau kurang dari angka tersebut. Hal itu mengindikasikan bahwa imbal hasil yang kamu terima harus setara atau lebih besar dibanding risikonya.

Lantas, bagaimana cara menghitung rasio risk/reward? Kamu hanya perlu mengikuti contoh berikut.

Asumsikan kamu sedang mempertimbangkan masuk pasar Bitcoin, di mana harga saat ini tercatat US$30.000 per keping. Kamu sendiri berharap akan menjual Bitcoin-mu di harga US$32.000. Lantas, di titik berapa kamu harus segera keluar pasar kripto (stop loss) kalau tidak mau buntung yang teramat sangat?

Berdasarkan asumsi di atas, maka kamu bisa menghitung rasio risk/reward sebagai berikut:

Rasio risk/reward = (Target harga – harga awal masuk trading) / (Harga awal saat masuk – stop loss)

Sehingga:

1 (rasio risk/reward optimal) = (US$32.000 – US$30.000) / (US$30.000 – x)

Dengan menggunakan rumus aljabar, maka bisa diketahui bahwa:

US$30.000 – x = US$32.000 – US$30.000

x = US$28.000

Sehingga, ketika kamu masuk pasar aset kripto saat harga US$30.000, maka kamu perlu memasang stop loss di angka US$28.000 atau lebih dari level tersebut.

3. Position Sizing

Strategi ini bertujuan untuk memberitahumu berapa banyak koin atau token yang kamu harus beli di awal terjun dunia kripto.

Memang, semakin tinggi posisimu, maka semakin besar pula potensimu untuk cuan atau buntung. Hanya saja seperti kata pepatah, jangan pernah tempatkan uangmu di satu keranjang saja.

Lantas, bagaimana caranya kamu melakukan position sizing? Sejauh ini ada dua cara yang bisa kamu lakukan, yakni enter amount vs risk amount dan Kelly Criterion.

Yuk, kita bahas satu-satu!

Baca juga: Apa Itu Rasio Utang Terhadap Ekuitas?

1. Enter Amount vs Risk Amount

Pendekatan ini menggunakan dua variabel yang berbeda. Pertama, adalah jumlah uang yang akan kamu investasikan (enter amount). Kedua, adalah jumlah uang yang bisa kamu “relakan” jika kamu gagal trading (risk amount).

Pertama, kamu harus menentukan besaran enter amount sebagai berikut:

Enter amount = ((Jumlah modal kamu * risiko per perdagangan) / (Harga awal – titik stop loss milikmu)) * harga saat kamu masuk di pasar

Sebagai contoh mudahnya, mari asumsikan bahwa kamu ingin membeli BTC di harga US$30.000 dengan harapan untuk menjualnya US$32.000 ke depan.

Sementara itu, kamu memiliki modal investasi sebesar US$5.000 dengan risiko per perdagangan sebesar 2%. Mengapa 2%? Angka ini merupakan angka optimal risiko penurunan nilai dalam pembelian aset sesuai anjuran pakar trading, Alexander Elder.

Kemudian, kamu juga menetapkan titik stop loss di angka US$29.000.

Maka, menilik rumus di atas, maka jumlah uang yang perlu kamu masukkan di awal adalah

((US$5.000*0,02) / (US$30.000 – US$29.000)) * US$30.000 = US$3.000

Sehingga, kamu harus memasang modal awal di angka US$3.000 untuk membeli BTC, atau 60% dibanding modal awal.

2. Kelly Criterion

Kelly Criterion adalah formula yang dikembangkan oleh John Larry Kelly pada 1956 silam. Ini merupakan pendekatan position-sizing yang menekankan pada persentase antara modal awal dan besar “pertaruhan” trader dalam trading.

Berikut adalah rumus dari Kelly Criterion, yang ternyata lebih rumit dari pendekatan sebelumnya.

A = (Persentase Kesuksesan Trading / Rasio Kerugian Saat Stop Loss) – ((1 – persentase kesuksesan) / Rasio Untung Saat Titik Take Profit)

Sebagai contoh, mari kembali asumsikan keterangan dengan kondisi yang serupa di pendekatan sebelumnya.

Kamu ingin membeli BTC di harga US$30.000 dengan harapan untuk menjualnya US$32.000 di masa depan. Sementara itu, kamu memiliki modal investasi sebesar US$5.000 dengan rasio sukses trading 60% dan stop loss di angka US$28.000.

Maka, hasil dari Kelly Criterion adalah sebagai berikut

A = (0,6 / 1,07) – ((1 – 0,6) / 1,07) = 0,27

Artinya, kamu tidak boleh mempertaruhkan lebih dari 27% dari total modal awalmu sebesar US$5.000 jika ingin mendapatkan hasil yang optimal dari beberapa seri trading.

Pendekatan Lain Manajemen Risiko Cryptocurrency

Selain langkah di atas, tentu kamu juga bisa melakukan manajemen risiko cryptocurrency secara mudah melalui beberapa langkah berikut:

1. Tentukan Persentase Modal 10% Untuk Investasi

Rasio paling aman adalah 10% dari total pendapatan bulanan untuk dijadikan modal investasi. Setelah itu, kamu bisa memulai cara aman untuk berinvestasi aset kripto dengan tidak membenamkan seluruh uangmu di satu aset digital saja.

Sebar dana yang dimiliki ke beberapa aset, dengan begitu kamu juga sudah membagi risiko yang mungkin muncul ke beberapa aset. Setelah itu, pahami juga untuk selalu menyiapkan rasio risiko dalam setiap perdagangan.

Baca juga: Sobat Cuan Mau Nyemplung ke Reksadana? Kenali Risikonya Dulu, Yuk!

2. Buat Tangga Keuntungan

Maksudnya adalah, untuk kamu yang melakukan perdagangan aset kripto secara harian, kamu harus tentukan batas keuntungan setiap kali harga aset kripto yang dimiliki naik.

Misalnya, koin kripto yang kamu miliki sudah naik 10%, maka kamu harus gunakan fitur stop order. Lalu ketika naik lagi, gunakan fitur yang sama sesuai dengan analisis kamu hingga akhirnya akan berbentuk layaknya grafik yang terus menanjak perlahan. Semakin ketat keuntungan yang ditetapkan, semakin sedikit modal yang dipertaruhkan.

3. Gunakan Skema DCA

Buat kamu yang ingin berinvestasi jangka panjang dalam aset kripto, bisa menggunakan skema dollar cost averaging (DCA).

Terpenting adalah kamu sudah membuat tujuan investasi dulu sebelumnya, jadi bisa ditentukan kapan saatnya menjual dan kapan saatnya untuk masuk.

Misalnya, kamu berniat untuk menghabiskan modal investasi sebesar US$1.000 dalam jangka waktu 1 tahun. Setelah itu, tentukan waktu pembelian, bisa setiap minggu atau setiap bulan. Jika setiap minggu, maka kamu hanya perlu membagi jumlah modal investasimu dengan 52 minggu.

Lewat mekanisme seperti itu, kamu akan bisa tetap bertahan meskipun kondisi pasar sedang surut dalam jangka pendek. Sebab, kamu sedang mencapai tujuan cuan di jangka panjang, bukan sekadar ambil aksi untuk di jangka pendek.

Nikmati Keuntungan dengan Investasi Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emasS&P 500 index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!

Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!

Sumber: Coinsider, Cryptocurrencyfacts

Ditulis oleh
channel logo

Adi Putro

Right baner

Bagikan artikel ini

Apakah artikel ini berguna untukmu?

like
like
Artikel Terkait

Artikel Terkait

Right baner
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1

Daftar