Arbitrum adalah idola baru jaringan lapis kedua di blockchain Ethereum. Namun, apa alasan di balik penyematan status tersebut? Simak di sini!
Arbitrum adalah jaringan blockchain lapis kedua yang dirancang untuk membantu beban transaksi jaringan yang terdapat di jaringan Ethereum. Dalam hal ini, jaringan lapis kedua adalah sekumpulan piranti lunak yang "berada di atas" jaringan blockchain untuk membantu fungsi-fungsi utama blockchain tersebut.
Namun pertanyaannya, mengapa jaringan ini harus "menumpang" di atas jaringan Ethereum?
Sobat Cuan mungkin sudah paham bahwa Ethereum adalah jaringan yang ramai. Maklum saja, teknologi smart contract yang terpasang di dalamnya dimanfaatkan banyak pihak untuk membangun aplikasi terdesentralisasi (dApps) hingga menciptakan ekosistem keuangan terdesentralisasi (DeFi).
Akan tetapi, skalabilitas atau daya tampung transaksi Ethereum terbilang terbatas, yakni hanya sekitar 20-40 transaksi per detik (TPS).
Imbasnya, penyelesaian transaksi di jaringan Ethereum pun menjadi sangat lambat. Bahkan, pada jam sibuk, pengguna bakal mengalami lonjakan gas fee karena harus bersaing ketat dengan pengguna lain yang ingin transaksinya diproses terlebih dulu.
Nah, isu skalabilitas itu pun mengundang beberapa developer untuk membangun solusi blockchain lapis kedua untuk meringankan masalah yang dihadapi Ethereum.
Solusi layer kedua dirancang untuk membuat roll up transaksi yang bisa terafiliasi dengan jaringan Ethereum. Tujuannya, supaya biaya transaksi tetap murah dan transaksi dilakukan dengan cepat meski volumenya melonjak.
Adapun salah satu jaringan lapis kedua tersebut adalah Arbitrum. Hanya saja, jaringan ini tiba-tiba mendapat perhatian tinggi dari fans Ethereum karena dianggap paling canggih dibanding jaringan blockchain lapis dua lainnya.
Bayangkan saja, Arbitrum memiliki skalabilitas mencapai 40.000 TPS alias 1.000 kali lipat lebih banyak dari Ethereum!
Baca Juga: Mengapa Blockchain Ethereum Disebut Sebagai Supercomputer Global?
Arbtrium berkembang sejak tahun 2018, tepatnya setelah profesor ilmu komputer yang juga mantan deputi bagian teknologi di Gedung Putih era mantan Presiden AS Barack Obama, Ed Felten menerbitkan hasil penelitiannya mengenai teknologi Arbitrum.
Felten melakukan penelitian tersebut bersama dua rekannya, Steven Goldfeder dan Harry Kalodner sejak tahun 2014.
Demi mengembangkan teknologi Arbitrum, Felten pun mendirikan Offchain Labs, yakni perusahaan teknologi informasi yang bermarkas di Amerika Serikat. Pada 2021, perusahaan ini menerima pendanaan total sebanyak US$120 juta dari perusahaan modal ventura seperti Lightspeed Venture Partners bersama sejumlah angel investor.
Saat ini, Arbitrum merupakan jaringan layer 2 terbesar di jaringan Ethereum dengan nilai Total value Locked (TVL) mencapai US$1,4 miliar! Hal ini membuktikan bahwa jaringan lapis dua tersebut kini menjadi jaringan blockchain lapis dua paling populer di jagat Ethereum.
Baca Juga: Mengenal Pepe Crypto, Token Meme Jaringan Ethereum yang Naik Daun
Pada dasarnya, jaringan blockchain lapis dua bekerja dengan menerima sejumlah data transaksi dari jaringan utama untuk kemudian dikompresi menjadi satu data transaksi, atau biasa disebut dengan roll up. Kompresi data tersebut nantinya akan dikembalikan ke blockchain utama untuk dikonfirmasi dan divalidasi secara resmi.
Arbitrum adalah salah satu "panggung" di mana roll up tersebut terjadi. Hanya saja, jaringan ini punya teknik roll up sendiri yang diberi nama Optimistic Roll Up.
Dalam teknik Optimistic Roll Up, kompresi transaksi berlangsung secara off chain dengan asumsi bahwa seluruh transaksi di dalamnya adalah valid. Tiap-tiap transaksi diberi plakat 'any trust guarantee' tiap kali seluruh validator dalam jaringan alternatif itu telah memvalidasi transaksi.
Untuk menjadi validator Arbitrum, seseorang harus melakukan staking atas aset kripto Ether (ETH) miliknya sebagai jaminan. Nantinya, para validator bakal menerima insentif, tak hanya sebagai staker tetapi juga sebaga validator terpercaya.
Secara lebih rinci, melalui situs resminya, Arbitrum menjabarkan alur transaksi pada jaringannya ke dalam lima tahapan, yakni:
Pada tahapan pertama, transaksi dimulai dengan pengiriman transaksi.
Pengguna dapat melakukan pengiriman baik secara langsung kepada layer 2 maupun mengalihkannya dari jaringan utama setelah mengalami delay beberapa waktu. Nantinya, permintaan tersebut akan diterima oleh sebuah node yang bertugas mengumpukan transaksi bernama sequencer.
Kemudian, sequencer akan meneruskan proses transaksi dengan bantuan Virtual Machine Nitro (VMN). Yakni, sebuah teknologi yang memungkinkan kode-kode pemrograman Arbitrum bisa identik dan dijalankan di jaringan Ethereum.
Pada tahapan ini, pengguna akan menerima tanda terima transaksi instan dalam dua detik.
Tiap beberapa menit, sequencer akan mengumumkan transaksi yang sudah di-roll up kepada layer utama. Pada tahapan ini, transaksi sudah mulai tercatat secara on-chain.
Setelah pernyataan transaksi roll up diumumkan, validator jaringan utama menjalankan tugasnya untuk mengecek kembali transaksi tersebut. Hanya saja pengecekan berlaku dalam format roll up.
Setelah pengecekan selesai, validator akan membuat pernyataan on-chain bernama RBlock yang dibuat setiap 30-60 menit sekali.
Setelah serangkaian proses dilewati, pernyataan berupa RBlock tersebut kini telah terkonfirmasi di layer utama.
Baca Juga: Memahami Ethereum Classic, Apa Bedanya dengan Ethereum?
Saat ini, Arbitrum juga memiliki dua chain yang beroperasi pada jaringan Ethereum, yakni Arbitrum One dan Nova. Masing-masingnya memiliki teknologi dan peruntukan yang berbeda, seperti apa detailnya?
Arbitrum One adalah jaringan "beta" rollup milik Arbitrum.
Di dalamnya, developer punya kuasa untuk mengendalikan berbagai aspek terkait sistem, termasuk menghentikan sementara operasi jaringan jika dibutuhkan. Namun, Offchain Labs berencana untuk menghilangkan kendali tersebut jika proyek ini suatu saat sudah terbilang andal.
Sejak Agustus 2022, Arbitrum One bermigrasi ke sistem Nitro. Migrasi ini memungkinkan jaringan tersebut untuk memproses transaksi tujuh hingga 10 kali lebih cepat dari pada sistem sebelumnya.
Karena kecepatannya, jaringan ini lebih cocok digunakan untuk memproses transaksi terkait proyek DeFi dan Non-fungible Token (NFT).
Arbitrum Nova adalah chain yang diluncurkan pada Agustus 2022 dan dibangun untuk meningkatkan skalabilitas jaringan dan mengurangi fees yang timbul di Arbitrum One.
Nova beroperasi dengan sistem AnyTrust, yakni salah satu varian teknologi Nitro yang lebih murah dengan tingkat validasi jaringan lebih terpercaya. Karenanya, Arbitrum Nova berfokus pada transaksi volume tinggi seperti gaming dan minting item baru. Bahkan, saat ini Arbitrum One merupakan salah satu jaringan blockchain lapis dua paling efisien di ekosistem Ethereum.
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi Saham AS, indeks saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Sumber: Arbitrum.io, coinmarketcap
Bagikan artikel ini