Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro (Segera Hadir)
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Advanced Order

support-icon
Dirancang untuk Investor (Segera Hadir)
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

chatRoomImage

Scan kode QR untuk download Pluang di Android dan iOS.

Informasi Terkini UntukmuBlogBerita & AnalisisPelajariKamus
bookmark

Cari berita, blog, atau artikel

Berita & Analisis

Pasar Sepekan: Market Mencoba Santai Meski Ancaman Ekonomi Mengintai

Pasar Sepekan: Market Mencoba Santai Meski Ancaman Ekonomi Mengintai

8 Oct 2022, 2:43 AM·Waktu baca: 7 menit
Kategori
Pasar Sepekan: Market Mencoba Santai Meski Ancaman Ekonomi Mengintai

Happy weekend, Sobat Cuan! Kamu bisa bernapas lega di pekan ini karena pasar saham AS dan kripto masih bertahan di tengah sentimen buruk yang bejibun. Yuk, simak selengkapnya di Pasar Sepekan berikut!

Pasar Kripto Sepekan

Pekan ini bukanlah periode yang menggembirakan bagi pasar kripto. Ia pasrah menempuh jalan terjal sebelum mengakhiri pekan ini, terbukti dari pergerakan aset kripto utama yang terlihat bervariasi. Beberapa aset kripto sukses selamat, sementara sebagian lainnya terpaksa menjadi jongos.

Performa aset kripto tadinya terlihat menjanjikan di awal pekan. Mayoritas aset kripto reli kencang seiring munculnya harapan bahwa bank sentral AS, The Fed, kemungkinan akan mengerem kebijakan moneternya yang agresif.

Asa tersebut timbul setelah data manufaktur dan pembukaan lapangan kerja AS yang dirilis Senin (3/10) dan Selasa (4/10) terlihat kacrut. Akibatnya, pelaku pasar yakin bahwa The Fed pun akan meresponsnya dengan mengambil kebijakan moneter yang lebih lunak. 

Sayangnya, harapan itu buyar akibat segudang komentar pejabat The Fed yang ngotot akan mengerek suku bunga acuan demi mengekang inflasi. Apalagi, data ketenagakerjaan AS yang dirilis pada Jumat (8/10) juga memberi sinyal bahwa The Fed kemungkinan tak akan mengubah sikap moneternya dalam jangka pendek.

Kemarin, Biro Statistik Ketenagakerjaan AS menyebut 263.000 tenaga kerja baru berhasil diserap oleh sektor usaha di Negara Paman Sam tersebut pada September. Angka tersebut ternyata berada di atas ekspektasi analis 250.000 tenaga kerja. Selain itu, tingkat pengangguran AS bulan lalu pun secara mengejutkan melandai ke 3,5% di waktu yang sama.

Nah, deretan data itu menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi AS tetap tangguh sehingga The Fed tetap punya ruang untuk mengerek suku bunga acuannya. Sobat Cuan bisa menyimak hubungan antara kebijakan moneter The Fed dan pasar kripto melalui artikel berikut.

Lebih lanjut, kabar lain yang menggemparkan pasar kripto sepanjang pekan ini juga muncul dari platform exchange kripto Binance yang terpaksa menghentikan sementara operasi di jaringan blockchain Binance Smart Chain (BSC) pada Kamis (6/10). Pasalnya, protokol tersebut menemukan "aktivitas tidak wajar" di jaringan yang bisa berujung pada "potensi peretasan". 

Berdasarkan data yang dimilinya, BNB Chain memang mengakui terdapat aset kripto senilai US$100 juta hingga US$110 juta yang keluar dari jaringan tersebut pada saat itu. Namun, di waktu bersamaan, protokol telah membekukan transfer dana senilai US$7 juta sebagai langkah antisipasi. Selain itu, BSC juga telah melanjutkan operasinya sehari kemudian.

Meski demikian, tetap saja ada aset kripto yang menarik perhatian di tengah situasi yang serba tidak pasti. Jika melirik tabel di atas, maka titel tersebut pantas disematkan ke XRP.

Nilai XRP melonjak setelah firma analisis on-chain Santiment mencatat 2.273 pendaftaran alamat aktif di jaringan XRP pada Jumat yang sekaligus jadi rekor pertumbuhan jaringan harian tertinggi XRP di tahun ini.

Di samping itu, pelaku pasar juga meyakini perusahaan di balik XRP, Ripple, akan memenangkan gugatan hukum yang dilayangkan otoritas pasar modal AS (The Securities and Exchange Commission/SEC) ke pengadilan federal AS.

Analisis Teknikal BTC

Selaras dengan ekspektasi Pluang pada Pasar Sepekan edisi sebelumnya, BTC telah menguji level resistance terkuatnya yakni US$20.400 pada pekan ini. Setelah menyentuh level tersebut, nilai sang raja aset kripto tersebut terjun ke kisaran US$19.000.

Namun, saat artikel ini ditulis pada Sabtu (8/10) 08.41 WIB, BTC sedang berada di level demand dan support krusialnya di US$19.520 per keping.

Pluang beranggapan, ada kemungkinan harga BTC bakal menguji level US$21.160 per keping jika harganya dalam rentang waktu harian (time frame daily) dapat bertahan di atas level US$18.125. Hanya saja, BTC tentu harus melintasi level US$20.400 terlebih dulu sebelum itu terjadi.

Di sisi lain, skenario ini bisa berubah jika BTC melakukan aksi breakdown di level US$18.125. 

Mengantisipasi kemungkinan tersebut, Sobat Cuan bisa melakukan aksi cicil BTC saat ini atau menunggu BTC menguji support krusialnya di level US$18.823. Namun, kamu tetap harus melakukan cutloss di saat BTC lunglai di bawah level US$18.020.

Baca Juga: Pluang Insight: Gimana Prospek Saham AMD di Tengah Kompetisi Sengit Pasar Prosesor?

Pasar AS Sepekan

Indeks saham AS masih bisa tepuk dada meski diterpa berbagai cobaan. Sebab, nilai indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) sukses menguat 2,01% sepanjang pekan ini, sementara nilai indeks S&P 500 dan Nasdaw masing-masing menguat 1,51% dan 0,75% di waktu yang sama.

Mirip seperti yang terjadi di pasar kripto, ekspektasi atas sikap The Fed yang adem sempat membuat trio indeks Wall Street mengalami relief rally.

Laju saham-saham teknologi pun sempat ngebut karena tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS ikut melandai. Hal ini dapat dimaklumi mengingat pelaku pasar selalu membandingkan return saham kategori growth stocks dengan obligasi pemerintah.

Hanya saja, reli kencang tersebut mendadak ngadat gara-gara perilisan data pengangguran dan penyerapan ketenagakerjaan AS. Pasalnya, data tersebut membuat pelaku pasar yakin The Fed masih akan agresif dalam mengerek bunga acuan. Bahkan, menurut survei pasar terbaru, 85% pelaku pasar yakin The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya 75 basis poin November mendatang.

Pluang beranggapan, The Fed memang bisa jadi akan mendongkrak suku bunga acuannya ke level tersebut. Terlebih, Ketua The Fed Jerome Powell sempat menyebut bahwa The Fed tidak akan ragu mengetatkan kebijakan moneternya selama inflasi tak bisa diredam.

Namun, sinyal atas arah kebijakan The Fed ke depan seharusnya akan semakin terang setelah data inflasi AS dan risalah rapat The Fed (minutes of meeting) September dirilis pekan depan.

Adapun kabar yang menghebohkan pasar pekan ini datang dari Twitter yang sahamnya sempat melonjak 22% pada Selasa (7/10). Usut punya usut, hal itu terjadi setelah konglomerat Elon Musk mengaku serius membeli perusahaan media sosial itu senilai US$44 miliar.

Musk sempat berkomitmen untuk menjadikan Twitter sebagai ruang bebas berpendapat. Jika itu terjadi, maka jumlah pengguna Twitter diramal melambung signifikan.

Baca Juga: Kabar Sepekan: Elon Musk Serius Beli Twitter, Credit Suisse Lagi 'Keblinger'

Pasar Emas Sepekan

Harga emas mengakhiri pekan ini dengan bertenggeri di US$1.695 per ons, menguat 2,06% dari US$1.660,77 per ons sepekan sebelumnya.

Nilai sang logam mulia akhirnya berhasil mencatat pertumbuhan meski harus mengalami jalan berliku sepanjang pekan ini.

Awalnya, harga sang logam mulia sempat ngacir ke atas level psikologis US$1.700 per ons di awal pekan lantaran pelaku pasar sempat mengharapkan kebijakan moneter AS yang lebih adem. Hanya saja, raut mereka kembali masam setelah rentetan pejabat The Fed melontarkan komentar yang menegaskan komitmen untuk terus mengerek suku bunga acuan hingga inflasi terkendali.

Komentar hawkish yang bejibun itu sukses memperkukuh performa dua musuh utama emas, laju tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS dan nilai Dolar AS.

Sekadar informasi, kenaikan tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS membuat opportunity cost dalam menggenggam emas menjadi lebih mahal. Sementara keperkasaan Dolar AS membuat harga emas menjadi relatif lebih mahal bagi pelaku pasar yang jarang bertransaksi menggunakan mata uang tersebut.

Lebih lanjut, harga emas juga semakin melandai setelah penyerapan tenaga kerja AS di September ternyata lebih baik dari ekspektasi.

Pasar Domestik Sepekan

Mager sepertinya adalah satu kata yang tepat menggambarkan performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan ini. Lihat saja, sang indeks domestik menutup akhir pekan ini di level 7.026,78, melemah 0,2% dibanding pekan lalu.

Rupanya, kinerja IHSG terseret akibat sentimen eksternal. Saat ini, benak pelaku pasar di seluruh dunia sedang dibayangi ancaman resesi hingga sikap The Fed yang urung bersikap jinak dalam urusan suku bunga.

Jika "sakit" yang dialami ekonomi global makin kronis, maka ada kemungkinan investor asing akan menarik diri dari pasar domestik. Nah, mengantisipasi kondisi tersebut, tak heran jika pelaku pasar kemudian memilih langkah wait and see saja.

Sementara itu, dari sisi domestik, laju IHSG juga tersengat oleh data inflasi tahunan Indonesia yang meroket dari 4,69% di Agustus menjadi 5,95% di September gara-gara kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) Pertalite, Solar subsidi, dan Pertamax rata-rata 30% di awal bulan lalu.

Ada kemungkinan, inflasi bakal meroket lebih tinggi karena harga minyak dunia diprediksi bakal melambung di akhir tahun. Penyebabnya adalah kebijakan negara-negara pengekspor minyak dunia dan mitranya (OPEC+) yang berniat memangkas produksi totalnya sebesar 2 juta barel per hari mulai November mendatang.

Namun, di sisi lain, langkah OPEC+ tersebut sejatinya juga membawa berkah. Pasalnya, kenaikan harga minyak dunia bisa memberikan trickle down effect ke harga komoditas lain, seperti batu bara. Nah, mengingat posisi Indonesia sebagai negara eksportir batu bara, maka performa ekspor Indonesia juga bisa kecipratan cuan.

Dari sisi emiten, berita yang menghebohkan pasar datang dari perusahaan pertambangan PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Kabarnya, punggawa Salim Group, Antoni Salim, akan ikut serta di dalam private placement yang dilakukan perusahaan.

Pluang menganggap, aksi ini diharapkan bisa memperbaiki tata kelola perusahaan BUMI yang sebelumnya dipertanyakan investor. Selain itu, dengan disokong oleh konglomerasi kakap Indonesia, BUMI juga diharapkan bisa lolos dari perkara Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), sebuah masalah finansial yang menjerat perseroan sejak zaman jebot.

Asing Masih Getol Koleksi Saham Domestik

Meski IHSG diterpa badai dari arah sana-sini, minat investor asing untuk mengoleksi saham domestik tetap tidak surut. Buktinya, mereka mencatat aksi beli bersih (net foreign buy) Rp4,77 triliun sepanjang pekan ini.

Sepertinya, asing tergugah memborong saham dalam negeri setelah harga komoditas diperkirakan akan melonjak pasca pengumuman pemangkasan OPEC+. Makanya, tak heran jika target sasaran mereka kali ini adalah saham pertambangan seperti PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dan bank besar seperti PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI).

Di sisi lain, mereka juga membuang saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Astra International Tbk (ASII), dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR).

Mulai Perjalanan Investasimu dengan Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emasS&P 500 dan Nasdaq index futuresSaham AS, serta lebih dari 140 aset kripto dan belasan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!

Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!

Ditulis oleh
channel logo

Marco Antonius

Right baner

Bagikan artikel ini

Apakah artikel ini berguna untukmu?

like
like
Right baner
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1

Daftar