Selamat akhir pekan, Sobat Cuan! Kondisi pasar AS, kripto, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau bergelombang seiring banyaknya sentimen yang juga tarik-ulur di dalamnya. Yuk, simak ulasannya di Pasar Sepekan berikut!
Kondisi pasar kripto pada pekan ini terbilang bervariasi. Terdapat aset kripto yang berjaya, namun ada pula aset kripto yang kian tersungkur sepanjang pekan ini
Secara umum, kondisi pasar kripto hari ini masih terbilang volatil karena pelaku pasar tampaknya tidak sepenuhnya pede untuk nyemplung di pasar kripto. Pendorongnya, apalagi kalau bukan perkembangan tensi geopolitik Rusia dan Ukraina yang bergerak bak yoyo.
Aset kripto sempat cemerlang di awal pekan setelah Rusia dan Ukraina dikabarkan sepakat menempuh jalur diplomasi untuk mengakhiri ketegangan yang berlangsung sejak Februari tersebut. Namun, pertemuan tersebut dikabarkan menemui jalan buntu. Hal ini sontak membuat investor pikir-pikir ulang untuk all out di pasar kripto dan memilih memarkirkan dananya di pasar aset lebih aman.
Kendati demikian, optimisme pelaku pasar kembali greng setelah Presiden AS Joe Biden meneken instruksi eksekutif terkait regulasi aset kripto. Pelaku pasar menyambut baik instruksi tersebut dianggap bisa mendorong pertumbuhan industri kripto di AS.
Namun, secara umum, pasar terlihat melakukan reversal dalam tiga pekan berturut-turut. Tren seperti ini menjadi kode bagi pelaku pasar bahwa sekarang pasar kripto berada di fase konsolidasi.
Meskipun kondisi pasar kripto terlihat membosankan, aset kripto XRP, Terra (LUNA), dan Polkadot (DOT) setidaknya menghasilkan return lumayan di pekan ini.
Namun, di antara semuanya, LUNA menjadi aset yang tak terbendung pekan ini setelah mencetak imbal hasil dua digit. Performa apiknya didukung oleh fakta bahwa ia kini menjadi aset kripto yang paling banyak di-staking kedua sejagat.
Namun, di sisi lain, nilai LUNA pun sekarang berada di posisi kritis yang sewaktu-waktu bisa membentuk pola double top dan berpotensi terjun bebas atau menjadikan level US$100 sebagai support terbarunya.
Tak kalah dengan LUNA, Ripple (XRP) juga berhasil loncat 17.9% pekan ini setelah perkembangan gugatannya versus regulator pasar modal AS, The Securities and Exchange Commission (SEC), terbilang positif.
Sekadar informasi, drama keduanya bermula ketika otoritas pasar modal itu menuduh Ripple memasarkan aset ilegal melalui XRP. Namun, menurut kabar yang beredar, Ripple punya argumen rahasia yang membuktikan bahwa dirinya tidak melanggar hukum sama sekali, sekaligus membuktikan bahwa tuduhan regulator tersebut salah total.
Altcoin lain yang berkinerja mumpuni adalah Stacks (STX) dan Waves (WAVES) yang nilainya masing-masing tumbuh 21% dan 35,01% sepanjang pekan ini.
Nilai STX melonjak setelah setelah pengembangnya, jaringan Stacks, mengumumkan telah patungan dengan OKCoin sebesar US$165 juta untuk mengembangkan aplikasi terdesentralisasi (dApps) di jaringan Bitcoin.
Sementara itu, nilai WAVES kian moncer pasca setelah ekosistem Waves mengumumkan Waves 2.0 yang mendukung sistem interoperabilitas dengan jaringan kripto utama dunia.
Sektor gaming adalah sektor yang terpukul terberat di minggu ini setelah nilainya turun 10.47%, atau satu-satunya sektor kripto yang turun paling drastis di minggu ini.
Di saat yang sama, koin-koin DeFi juga mengalami pekan berat setelah nilainya amblas 8,61%. Sentimen utamanya adalah hengkangnya punggawa sektor DeFi Andre Cronje dari Fantom pada awal pekan ini.
Sama halnya dengan pasar kripto, pasar AS pun bergerak cukup volatil. Nilai indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melorot 2% dalam sepekan, sementara nilai S&P 500 dan Nasdaq malah terkapar lebih parah masing-masing 2,9% dan 3,5%.
Tensi geopolitik Rusia dan Ukraina nampaknya masih bikin pelaku pasar ogah nyemplung ke pasar modal. Mereka khawatir bahwa krisis Eropa Timur yang berkepanjangan bakal membuat ekonomi kian tidak pasti ke depan.
Apalagi, memanasnya krisis keamanan kedua negara terus mengerek harga komoditas energi. Pada pekan ini saja, harga minyak masih betah nangkring di atas level US$100 per barel. Alhasil, mereka khawatir bahwa hantu inflasi akan terus menggentayangi gerak-gerik investor selama beberapa waktu ke depan.
Kecemasan mereka terhadap inflasi kian menjadi-jadi setelah inflasi tahunan AS pada Februari mencetak rekor tertingginya sejak 1982 silam. Departemen Ketenagakerjaan AS mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) AS lompat 7.9% secara tahunan pada bulan lalu, lebih tinggi dibanding Januari yakni 7,5%.
Kekhawatiran investor atas inflasi bukan terjadi tanpa alasan. Kenaikan inflasi tentu akan mengerek bahan baku produksi dan ujungnya menyunat laba emiten pasar modal di masa depan. Akibatnya, investor pun malas membenamkan uangnya di pasar modal selama prospek cuannya tidak pasti.
Namun, seperti kata orang zaman dulu, di balik kesempitan tentu ada peluang.
Pluang beranggapan bahwa harga minyak mentah bisa menyentuh US$150 per barel dalam tiga bulan ke depan jika negara-negara barat terus jaga jarak dari produksi minyak Rusia. Nah, kondisi ini seharusnya bisa menjadi katalis positif bagi saham emiten komoditas seperti Chevron (CVX) atau BHP Billiton (BHP).
Pluang juga berpendapat bahwa performa indeks AS bakal berlari kencang ke depan mengingat indeks utama seperti S&P, Dow Jones, MSCI dan FTSE akan mencoret saham-saham emiten asal Rusia di dalamnya. Aksi tersebut diharapkan bisa mendorong capital inflow ke bursa AS maupun Indonesia.
Namun, sebelum ke arah sana, pelaku pasar nampaknya masih harus fokus terhadap perkembangan invasi Rusia ke Ukraina.
Selain dari itu, pelaku pasar pun harus mencermati akan kebijakan suku bunga AS yang digadang akan naik sebesar 25 basis poin ataupun 50 basis poin di pekan mendatang.
Nah, jika The Fed benar-benar mengerek suku bunga acuannya, maka ada baiknya Sobat Cuan menghindari saham teknologi berkategori growth stocks dan mulai mengatur portofolionya ke value stock atau saham-saham yang masih di bidang konvensional.
Baca juga: Rangkuman Pasar: IHSG Terlihat Sungkan, Nilai STX Tampil Elegan
Harga emas masih pamer kekuatan pada pekan ini meski tak seperkasa pekan lalu. Nilai sang logam mulia pada Sabtu pukul 09.09 WIB bercokol Rp932.579 per ons, naik tipis 0,53% dibanding sepekan sebelumnya.
Sentimen harga emas sejatinya masih sebelas-dua belas dengan pekan lalu.
Investor masih getol menggenggam emas sebagai aset safe haven seiring tensi geopolitik antara Rusia dan Ukraina masih belum mereda.
Selain itu, pelaku pasar juga masih rajin mengoleksi emas setelah khawatir bahwa tingkat inflasi AS bakal terus membara. Kecemasan itu berhulu dari meroketnya harga minyak dunia plus data inflasi AS Februari sebesar 7,9% secara tahunan.
Pelaku pasar memang doyan menggenggam emas ketika inflasi makin ngamuk. Pasalnya, emas memiliki substansi logam mulia yang tidak akan terkikis waktu bahkan hingga 100 tahun mendatang, menjadikannya sebagai aset penyimpan kekayaan paling aman saat inflasi kian panas.
Namun, data inflasi tersebut ternyata menjadi bumerang bagi emas menuju akhir pekan.
Meroketnya inflasi membuat pelaku pasar yakin bahwa bank sentral AS The Fed akan agresif dalam mengerek suku bunga acuannya. Mengantisipasi kemungkinan tersebut, pelaku pasar pun berbondong-bondong menyerbu pasar obligasi pemerintah AS.
Sayangnya, aksi itu membuat tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS melesat dan membuat harga emas pasrah kembali melorot.
Asal tahu saja, kenaikan yield obligasi pemerintah AS meningkatkan opportunity cost investor dalam menggenggam emas. Nah, pada kondisi tersebut, pelaku pasar tentu akan minggat dari pasar emas.
Baca juga: Pluang Insight: Menilik Berkah dan Musibah dari Tensi Rusia-Ukraina
Nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa dibilang begitu-begitu saja di pekan ini. Sang indeks domestik menutup sesi perdagangan Jumat (11/3) di level 6.922,60 poin, melemah 0,08% dibanding sepekan sebelumnya. Kendati demikian, IHSG tetap kokoh untuk melaju ke level psikologis 7.000 pada pekan ini.
Kinerja pasar domestik terbilang berfluktuasi karena harga komoditas tambang bergerak bak roller coaster gara-gara tensi geopolitik antara Rusia dan Ukraina bergerak maju-mundur sepanjang pekan ini. Kondisi tersebut dapat dimaklumi mengingat sebagian besar emiten bursa domestik memang berkutat di sektor tersebut.
Adapun harga komoditas yang kecipratan cuan dari tarik-ulurnya konflik di Eropa Timur adalah nikel. Pada pekan ini, harganya bahkan sempat menyentuh US$100.000 per ton nya, sebuah sejarah baru dalam dunia komoditas, setelah para trader meramal suplainya akan mengetat akibat tensi geopolitik yang dimaksud.
Namun, salah satu dedongkot nikel China, Tsingshan, yakin bahwa harga nikel seharusnya tidak berada di level tersebut. Alhasil, perseroan pun melancarkan aksi short atau jual besar-besaran.
Hanya saja, trader malah melakukan prank balik ke sang raja nikel tersebit dengan melakukan aksi beli. Kondisi tersebut mirip dengan kasus saham Gamestop yang melibatkan perusahaan hedge fund versus investor ritel pada 2020 silam.
Nah, harga komoditas yang jungkat-jungkit tersebut membuat saham emiten tambang seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Central Omega Resources Tbk (DKFT), dan PT Harum Energy (HRUM) lesu berjemaah sejak Rabu.
Selain itu, fluktuasi harga komoditas juga menuntuk investor asing untuk jaga jarak dengan pasar domestik. Aksi tersebut tercermin dari nilai net foreign sell sebesar Rp10.67 Triliun.
Angka tersebut memang terlihat jumbo ya, Sobat Cuan. Namun, jangan khawatir, sebab sebagian besar angka tersebut terjadi setelah munculnya transaksi di pasar negosiasi sebesar Rp11.97 Triliun.
Setelah ditutup di level 6.922,60 poin pada Jumat (11/3), IHSG masih berada di atas support kuatnya yakni 6.890. Dari pergerakannya, IHSG masih terkonsolidasi dan tetap akan menguji resistance psikologisnya di level 7.000.
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang.
Bagikan artikel ini