Saham Apple disebut-sebut sebagai salah satu saham paling mahal dan berkualitas. Tapi, apa sih alasannya? Simak di sini!
Saat ini, saham Apple disebut sebagai salah satu jimat cepat kaya masa kini. Konon katanya saat melantai pertama kali dulu, saham Apple Inc. mencetak 300 miliarder baru, lho!
Saat ini saham Apple pun masuk ke dalam kelompok FAANG alias geng saham teknologi paling berharga di pasar saham AS bersama Meta Platforms, Amazon.com, Netflix, dan induk Google, Alphabet.
Namun, seperti apa sih kisah perjalanan Apple hingga menjadi raksasa teknologi seperti saat ini?
Baca Juga: Mending Beli iPhone atau Saham Apple? Yuk, Simak Ilustrasinya Berikut!
Apple didirikan pada 1 April 1976 oleh Steve Jobs dan Steve Wozniak. Mereka dibantu oleh Ronald Wayne, seorang pensiunan pebisnis berpengalaman di bidang industri teknologi, yang membantu duo Steve dalam urusan administrasi dan dokumentasi dengan bayaran berupa 10% saham perusahaan.
Produk pertama Apple yakni sebuah komputer karya tangan terampil Wozniak diberi nama Apple 1 lahir pada tahun tersebut. Demi membiayai Apple 1, Jobs memutuskan untuk menjual bus Volkswagennya. Sementara Wozniak menjual kalkulator HP-65 yang cukup trendi kala itu lantaran ikut dalam misi luar angkasa Apollo.
Setahun kemudian, yakni 1977, dynamic duo Steve itu membentuk Apple Computer, Inc tanpa Wayne yang menjual 10% kepemilikannya dengan harga US$800. Di tahun itu pula Apple meluncurkan produk keduanya, yakni Apple II, yang menjadi salah satu produk fenomenal dalam perjalanan Apple.
Singkat cerita, pada 1984, Apple pun merilis sebuah komputer personal yang diberi nama Macintosh yang menggegerkan dunia teknologi. Pasalnya, komputer tersebut memperkenalkan pengalaman pengguna berbasis grafis, bukan command line yang umum digunakan produk komputer pada saat itu.
Namun, setahun berikutnya, Steve Jobs pun "ditendang" dari perusahaan. Hanya saja, kondisi itu tak membuatnya patah arang. Ia kemudian mendirikan NeXT Computer di tahun yang sama, yang kemudian dibeli kembali oleh Apple pada 1996.
Jobs akhirnya kembali memimpin Apple pada 1997. Di bawah tangan dinginnya, Apple sukses meluncurkan produk ikonik seperti iMac dan iBook yang mulai diperkenalkan pada 1998 dan 1999.
Kemudian, pada 2001, perusahaan juga mengumumkan tiga terobosan yang berperan penting pada posisinya sebagai salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia. Yakni peluncuran Mac OS X, dibukanya gerai resmi Apple yakni Apple Store, dan peluncuran iPod.
Lalu, di tahun 2007 Jobs pun mengubah nama Apple Computer Inc. menjadi Apple Inc. Inilah tahun di mana iPhone, salah satu produk paling diunggulan oleh Apple diluncurkan secara perdana. Konon, iPhone pertama laris manis sebanyak 270.000 unit dalam 30 jam saja!
Sayang, Jobs mengundurkan diri sebagai CEO pada 2011. Tongkat estafet kepemimpinan Apple pun kemudian digenggam oleh Tim Cook.
Namun, bukan berarti inovasi Apple pun berhenti. Malahan, di bawah komando Cook, Apple berhasil meluncurkan jam tangan canggih Apple Watch dan headset nirkabel Airpods. Bahkan, Apple juga merambah bisnis jasa pembayaran melalui Apple Pay.
Sejak awal, Apple mengetahui bahwa prospek bisnis teknologi akan menjanjikan di masa depan. Makanya, perusahaan pun tak ragu melantai di bursa Nasdaq dengan kode AAPL pada 12 Desember 1980. Saat itu, saham AAPL yang dibanderol US$22 per lembar itu berhasil terjual US$4,6 juta pada penawaran perdananya.
Ternyata, anggapan perusahaan benar adanya. Sehari sejak melantai di bursa Nasdaq, harga AAPL terbang 32% menjadi US$29 per lembar saham dan mengantar valuasi perusahaan menjadi US$1,77 miliar pada saat itu.
Meski terlihat manis, perjalanan saham Apple tetap saja berliku, utamanya pada dekade 1990-an. Harga saham Apple terpantau tiarap 60% sejak 1987 hingga 1997.
Untungnya, saham Apple kembali bersinar pada dua tahun setelahnya lantaran antusiasme pelaku pasar atas kembalinya Jobs sebagai pucuk pimpinan perusahaan. Pasalnya, berkat jibaku Jobs, Apple berhasil mencetak laba US$309 juta di tahun pertama masa jabatannya.
Tetapi, selain itu, kinclongnya kinerja saham Apple pun konon juga didorong fenomena yang disebut dot-com boom. Asal tahu saja, kedua faktor tersebut sukses meroketkan nilai AAPL sebesar 212% dan 115% masing-masing pada 1998 dan 1999.
Sayangnya, saham Apple kemudian rontok, bahkan hingga mencapai US$6,56 per lembar pada April 2003, karena sebuah fenomena awal dekade 2000-an bernama dotcom bubble. Tetapi, nilai AAPL rupanya mampu kembali bangkit hingga US$199 per lembar pada 2007 berkat kuatnya penjualan produk.
Selebihnya, kenaikan nilai AAPL didorong oleh inovasi perusahaan. Pada Juli 2011, contohnya, nilai AAPL menembus US$400 per lembar. Padahal, dua tahun sebelumnya, nilai AAPL sempat menyentuh level terendah US$78 per lembar gara-gara krisis subprime mortgage yang melanda AS.
Hal ini pun terjadi berkat tingginya penjualan produk-produk baru Apple seperti iPad dan iPhone dan Macbook seri terbaru yang teknologinya saat itu tidak dimiliki kompetitornya.
Moncernya penjualan Apple terus membumbungkan nilai sahamnya. Bahkan, berkat nilai saham yang terus melambung, Apple menjadi satu-satunya perusahaan AS dengan kapitalisasi pasar hampir menyentuh US$3 triliun di 2022.
Lantaran sahamnya tak pernah sepi peminat, harga saham Apple pun makin lama semakin mahal. Agar harga sahamnya bisa dijangkau investor, perusahaan pun memutuskan "membelah saham" (stock split) sebanyak lima kali sejak melantai di bursa AS 42 tahun silam.
Lantas, seperti apa detail masing-masing stock split tersebut?
Fakta uniknya, beberapa analis mengatakan bahwa harga saham Apple seharusnya bisa dibanderol US$1.800 per lembar jika perusahaan tak memutuskan stock split! Hanya saja, meski mengalami stock split berulang kali, saham Apple disebut-sebut tetap berhasil melahirkan 300 miliarder baru di AS.
Sejak dulu, investor menganggap saham Apple sebagai aset berkualitas wahid karena pertumbuhannya yang cemerlang dan harganya yang mahal. Namun, apa sih alasan di balik tingginya harga saham Apple?
Berbicara mengenai kinerja keuangan, Apple selalu mampu menunjukkan taringnya. Pasalnya, kinerja penjualan Apple terbilang cukup stabil dan malahan bisa tumbuh fantastis jika terjadi peluncuran produk baru.
Salah satu bukti kekuatan penjualan Apple terjadi pada kuartal II 2009. Pada masa tersebut, perusahaan sukses membukukan penjualan sebesar US$28,6 miliar atau meroket tiga kali lipat dari US$9,08 miliar di periode yang sama setahun sebelumnya. Hal itu terjadi berkat kemunculan iPhone dan iPad seri pertama.
Analis beranggapan, kunci kesuksesan penjualan Apple terletak pada produk-produknya yang canggih. Bahkan, investor punya keniscayaan bahwa produk-produk Apple kini sudah menjadi kebutuhan primer masyarakat modern.
Di samping itu, Apple pun kini sudah memiliki fans garis keras, yang kerap disebut Apple Fanboy, yang selalu siap memborong produk-produk terbarunya.
Zaman dahulu, masyarakat mungkin tak terpikir untuk memiliki tablet pintar yang beroperasi layaknya komputer canggih. Selain itu, mereka juga mungkin tak terpikir untuk memiliki komputer jinjing yang lebih ringan dari sebuah buku. Nah, Apple mewujudkan seluruh impian itu dan inilah yang menjadi daya pikat utama perusahaan di mata investor.
Melalui inovasi produk, Apple menciptakan pasar bagi produk yang sebelumnya nihil di pasaran. Sehingga, perusahaan mampu menjadi pemain utama di pasar tersebut tanpa kompetitor sama sekali.
Terlebih, komitmen Apple untuk inovasi tidak main-main. Sepanjang sembilan bulan di 2022, misalnya, perusahaan diketahui menggelontorkan US$19,49 miliar hanya untuk urusan riset dan pengembangan.
Pertumbuhan nilainya yang kencang tentu membuat investor tergiur untuk mengoleksi saham Apple.
Sebagai gambaran, melansir data Finbox, nilai AAPL tumbuh 723,5% dalam 10 tahun terakhir per artikel ini ditulis. Artinya, jika 10 tahun lalu kamu berinvestasi sebesar US$1.000 dolar di saham Apple, maka kemungkinan besar dana investasimu sudah beranak pinak jadi US$7.235 atau sekitar Rp115,76 juta!
Dengan kinerja seperti demikian, Sobat Cuan mungkin tergugah memiliki aset satu ini. Namun, tak perlu khawatir, sebab kamu bisa memiliki saham Apple di aplikasi Pluang!
Di Pluang, kamu bisa berinvestasi saham Apple mulai dari 0,1 lembar saham saja. Selain itu, kamu hanya memerlukan tiga kali klik saja untuk mulai bertransaksi saham Apple. Hal itu tentunya bisa kamu lakukan jika telah melakukan verifikasi dasar alias proses KYC.
Baca Juga: Selain Saham Apple, Ini 10 Saham Terbesar Milik Warren Buffett!
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, Saham AS, serta lebih dari 140 aset kripto dan belasan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Sumber: Investopedia, Finbox, EDN, LA Times, CNet
Bagikan artikel ini