Salah satu kunci cuan trader adalah melihat sinyal yang disebut Bullish Divergence. Yuk, pelajari sinyal tersebut di artikel berikut!
Bullish Divergence adalah situasi di mana harga aset secara kasat mata melandai ke level terendah terbarunya, namun indikator teknikal, misalnya indikator Oscillator, malah menunjukkan bahwa tren harga aset sebenarnya punya potensi uptrend yang kuat.
Bullish Divergence mengabarkan bahwa tren harga aset akan segera berubah dari pelemahan menjadi penguatan. Oleh karenanya, trader kerap memanfaatkan situasi tersebut sebagai peluang untuk memborong aset. Mereka kemudian akan menjualnya kembali ketika harga aset terus bergerak mencapai titik tertinggi terbarunya.
Trader biasanya mendeteksi Bullish Divergence ketika harga aset turun ke level terendah terbarunya. Hanya saja, indikator teknikal lain seperti Oscillator malah menciptakan titik terendah yang lebih tinggi dibanding sebelumnya.
Jika Sobat Cuan berhasil membaca momentum tersebut, maka artinya kesempatan cuan trading kamu sudah membentang di depan mata! Sehingga, Sobat Cuan yang ingin melakukan trading juga wajib hukumnya memahami situasi satu ini.
Dalam trading, kondisi ini merupakan salah satu dari dua variasi kondisi Divergence, yakni satu keadaan di mana pergerakan harga suatu aset berlawanan dengan sinyal yang dimunculkan oleh indikator teknikal atau bertolak belakang dengan data lainnya.
Nah, sementara itu, variasi lain dari kondisi Divergence adalah Bearish Divergence. Yakni, situasi di mana harga sebuah terlihat seolah-olah seperti sedang reli, sementara indikator teknikalnya malah memperlihatkan pelemahan tren harga aset.
Trader kerap menggunakan sinyal divergensi, baik saat bullish maupun bearish sebagai indikator untuk melacak tren harga aset ke depan. Keduanya merupakan sinyal yang menandai perubahan dari sebuah tren harga yang sedang berlangsung.
Namun, meski sama-sama tergolong sinyal divergensi, perbedaan mendasar tersebut memberikan wangsit yang berlawanan bagi trader dalam menempatkan posisi jual-beli di pasar.
Di satu sisi, situasi Bullish Divergence bisa dibilang adalah sinyal bagi trader untuk melakukan aksi serok di pasar lantaran tren harga akan berbalik menguat. Di sisi lain, Bearish Divergence lebih tepat dipakai sebagai sinyal jual karena memberi pertanda bahwa situasi uptrend akan segera usai.
Situasi Bullish Divergence sebenarnya tergolong mudah untuk dideteksi trader. Namun, trader awam mungkin masih bingung dalam memanfaatkan indikator teknikal apa saja yang mampu menunjukkan sinyal tersebut.
Nah, di bawah ini merupakan beberapa indikator teknikal yang bisa Sobat Cuan gunakan untuk melihat kondisi Bullish Divergence!
Salah satu indikator teknikal yang cukup populer dalam membaca sinyal divergence adalah Relative Strength Index (RSI). Trader biasanya menggunakan indikator tersebut untuk mengidentifikasi apakah harga suatu aset tengah berada di zona jenuh beli (overbought) atau jenuh jual (oversold).
Sekadar informasi, garis RSI bergerak di rentang nilai antara 0-100. Indikator RSI yang menembus angka 70 kerap disebut kondisi overbought, sehingga ada kemungkinan tren harga akan melemah. Sementara itu, angka RSI yang mencapai 30 mengindikasikan kondisi oversold. Implikasinya, ada kemungkinan tren harga akan terus melemah.
Kondisi Bullish Divergence terjadi jika harga aset terlihat membentuk titik terendah terbarunya, namun garis RSI malah menanjak dan membentuk titik terbarunya. Di sini, trader seharusnya bisa menangkap bahwa potensi reversal dari downtrend ke uptrend bakal terjadi.
Indikator teknikal lainnya yang mampu mendeteksi Bullish Divergence adalah Moving Average Convergence Dinvergence (MACD).
Sekadar informasi, MACD adalah indikator oscillator yang dikembangkan dari dua garis indikator utama. Garis pertama adalah garis MACD yang umumnya didapat dari mengurangi Exponential Moving Average (EMA) dalam kurun 12 sesi (12-periods) dengan EMA dengan kerangka waktu 26 sesi (26-periods).
Pada esensinya, MACD bekerja dengan mengukur momentum dan menilai kekuatan dari tren yang tengah berlangsung. Karenanya, indikator ini dapat membaca reversal pada tren ketika terjadi crossover pada kedua garis indikatornya.
Dengan memanfaatkan indikator tersebut, situasi Bullish Divergence terjadi ketika garis MACD bergerak menanjak membentuk titik terendah terbarunya. Padahal, di waktu yang sama, pergerakan harga aset sedang melemah. Nah, pada kondisi ini, maka Sobat Cuan harus bersiap-siap melihat pergantian haluan tren harga aset.
Selain menggunakan RSI dan MACD, Sobat Cuan bisa menggunakan indikator Stochastic Oscillator.
Indikator Stochastic Oscillator adalah indikator yang memperlihatkan momentum dalam trading. Dalam analisis teknikal, momentum sendiri diartikan sebagai tingkat laju pergerakan harga sebuah aset. Oleh karenanya, indikator ini digunakan untuk mengukur kekuatan atau kelemahan tren harga sebuah aset dalam satu periode tertentu.
Sama seperti RSI, indikator ini memperlihatkan kondisi overbought atau oversold dari harga sebuah aset. Sehingga, jika garis harga aset terlihat semakin melandai namun indikator Stochastic Oscillator terlihat terus meningkat, maka ada kemungkinan Bullish Divergence akan terjadi.
Lebih lanjut, banyak trader meyakini bahwa indikator ini lebih efektif dalam melihat momentum harga ketimbang indikator lainnya. Alasannya, Oscillator memiliki keunggulan dalam memberikan gambaran kondisi pasar terkini secara presisi.
Sama seperti sinyal trading pada umumnya, Bullish Divergence juga punya keunggulan dan kelemahannya tersendiri. Berikut penjelasannya!
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, Saham AS, serta lebih dari 140 aset kripto dan belasan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Sumber: Investopedia, How to Trade
Bagikan artikel ini