Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro (Segera Hadir)
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Advanced Order

support-icon
Dirancang untuk Investor (Segera Hadir)
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

chatRoomImage

Scan kode QR untuk download Pluang di Android dan iOS.

Informasi Terkini UntukmuBlogBerita & AnalisisPelajariKamus
bookmark

Cari berita, blog, atau artikel

Berita & Analisis

Tips Jual Aset dengan Analisis Bearish Divergence

Tips Jual Aset dengan Analisis Bearish Divergence

12 Dec 2022, 7:06 AM·Waktu baca: 4 menit
Kategori
Tips Jual Aset dengan Analisis Bearish Divergence

Trader biasanya menggunakan Bearish Divergence untuk mencegah rugi saat melakukan trading. Namun, apa saja sinyalnya? Simak di sini! 

Apa Itu Bearish Divergence?

Secara umum, Divergence adalah kondisi di mana harga sebuah aset bergerak berlawanan dari indikator teknikal yang terlihat, misalnya indikator Oscillator, atau bertolak belakang dengan data lainnya. Divergence sendiri merupakan pertanda bahwa tren harga saat ini bakal segera berubah. Sehingga, Bearish Divergence adalah pertanda bahwa harga sebuah aset akan melandai ketika harga aset sedang reli ke level tertingginya sementara indikator Oscillator-nya tidak mampu mencapai titik puncak baru.

Sinyal ini berangkat dari konsep Lehman Brothers yang menyebut bahwa terciptanya harga di level tertinggi baru harus dikonfirmasi oleh indikator teknikal yang sejalan dengan fenomena tersebut.

Jika indikatornya malah bergerak ke level yang lebih rendah dan membentuk titik harga terendah baru saat harga berada pada titik tertinggi baru dan indikator Oscillator-nya tidak menguat, maka trader harus memberi perhatian khusus terhadap kondisi tersebut. Sebab, fenomena seperti ini mengindikasikan bahwa reli harga aset akan kehilangan momentumnya. Sebuah sinyal yang mudah sekali untuk dicermati, bukan?

Bearish Divergence
Contoh Kondisi Bearish Divergence. Sumber: Investopedia

Kendati demikian, Bearish Divergence hanyalah mengindikasikan pelemahan tren semata. Pasalnya, Bearish Divergence seringkali tidak berujung pada perubahan arah tren harga baru.

Baca Juga: Apa Artinya Reversal dan Seperti Apa Sinyalnya?

Apa Manfaat Memahami Bearish Divergence?

Investor biasanya menggunakan Bearish Divergence sebagai pertanda memasang posisi jual agar ia tidak terjerumus dalam kerugian yang teramat sangat dalam melakukan trading. Dengan kata lain, Bearish Divergence adalah sinyal penting bagi trader untuk melancarkan strategi keluar dari pasar (exit strategy)

Oleh karenanya, Bearish Divergence adalah salah satu sinyal penting yang perlu dipahami trader sebelum melakukan trading.

Pun begitu, sinyal tersebut tidak mampu memberikan petunjuk terkait titik harga jual yang spesifik bagi trader. Sinyak tersebut hanyalah "wangsit" yang memberi tahu tentang isyarat pelemahan tren harga aset ke depan.

Mengenal Dua Jenis Bearish Divergence

Meski Bearish Divergence terbilang relatif mudah untuk diketahui trader, namun sinyal ini rupanya memiliki dua jenis, yakni Hidden Bearish Divergence dan Regular Bearish Divergence. Lantas, apa perbedaan keduanya?

Regular Bearish Divergence

Regular Bearish Divergence adalah kondisi di mana harga pada grafik harga berada pada posisi tertinggi baru (higher high), sedangkan indikator Oscillator berada pada posisi tinggi yang lebih rendah (lower high). Jika sinyal ini muncul dalam grafik harga, maka harga aset terindikasi bakal terjadi Reversal dari uptrend menjadi downtrend alias bearish.

Nah, Sobat Cuan dapat memanfaatkan kondisi ini untuk memasang posisi jual asetmu sebelum harganya longsor.

Hidden Bearish Divergence

Hidden Bearish Divergence adalah situasi di mana harga aset pada grafik harga mengarah ke puncak tertinggi yang lebih rendah dari sebelumnya (lower high), sedangkan indikator Oscillator berada pada posisi tertinggi baru (higher high).

Berbanding terbalik dengan Regular Bearish Divergence, kondisi ini justru menandakan bahwa tren reli masih berpotensi berlanjut. Dengan demikian, Hidden Bearish Reversal bisa dibilang sebagai sinyal "palsu" Reversal. Apa alasannya?

Indikator Oscillator sejatinya mencerminkan posisi jenuh jual (oversold) atau jenuh beli (overbought). Sehingga, jika indikator tersebut terlihat menanjak kala harga aset membentuk titik tertinggi baru yang lebih rendah, artinya trader lain masih melakukan aksi akumulasi aset tersebut.

Nah, jika kamu menemukan pola ini dalam chart kamu, maka artinya kamu masih dapat mempertimbangkan untuk menahan dulu aset kamu sebab tren harganya masih kuat menanjak.

Namun, tentu saja keputusan tersebut berbalik ke diri kamu sendiri ya, Sobat Cuan. Pertimbangkan pula aspek lain dalam mengambil keputusan investasi, seperti target profit, tujuan investasi hingga selera risiko kamu,

Indikator Teknikal yang Mampu Memperlihatkan Bearish Divergence

Setelah memahami jenis-jenisnya, berikut ini beberapa indikator teknikal yang bisa kamu pakai untuk menganalisis Bearish Divergence di chart trading kamu!

1. MACD

Moving Average Convergence Divergence (MACD) dapat menjadi salah satu fasilitas indikator trading untuk menentukan momentum market. Indikator ini efektif mendeteksi pergerakan harga berikut divergensinya.

Sekadar informasi, MACD adalah indikator oscillator yang dikembangkan dari dua garis indikator utama. Garis pertama adalah garis MACD yang umumnya didapat dari mengurangi Exponential Moving Average (EMA) dalam kurun 12 sesi (12-periods) dengan EMA dengan kerangka waktu 26 sesi (26-periods).

Ketika garis MACD terlihat membentuk titik tertinggi baru yang lebih rendah sementara harga aset malah terus menanjak, maka ada kemungkinan tren reli harga aset akan berganti haluan. Oleh karenanya, Sobat Cuan bisa memasang posisi jual di situasi tersebut.

Namun, kamu juga perlu mengetahui bahwa MACD bukanlah indikator yang sempurna dan bisa memberikan sinyal reversal "tipu-tipu". Pasalnya, karena MACD menggunakan data historis EMA sebanyak 26 dan 12 hari, maka indikator ini menggunakan data harga di periode sebelumnya. Dengan kata lain, indikator ini tidak mampu menangkap kondisi pasar saat ini dengan sempurna.

2. RSI

Relative Strength Index (RSI) dapat mengidentifikasi zona overbought dan oversold harga suatu aset.

Mirip dengan cara kerja histogram MACD, trader cukup memperhatikan titik dimana pergerakan harga aset dan indikator RSI bergerak berlawanan arah sebagai sinyal divergensi. Setelahnya, trader bisa memasang aksi jual di posisi tersebut.

3. Stochastic Oscillator

Stochastic Oscilator membandingkan harga penutupan terkini dengan tren harga penutupan sebelumnya di satu rentang periode tertentu. Karenanya, indikator yang satu ini dapat dipergunakan untuk membaca momentum harga, termasuk Bearish Divergence.

Lewat sinyal overbought alias jenuh beli dan sinyal oversold alias jenuh jual, kamu dapat mengidentifikasi momentum yang tengah berjalan di market.

Kendati begitu, Oscillator memiliki akurasi yang rendah dalam membaca sinyal Reversal. Karenanya kamu memerlukan indikator lain sebagai konfirmasi.

Baca Juga: Bagaimana Cara Menggunakan Sinyal Stochastic dalam Trading?

Download Pluang di Sini!

Mulai Perjalanan Investasimu dengan Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emasS&P 500 dan Nasdaq index futuresSaham AS, serta lebih dari 140 aset kripto dan belasan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!

Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!

Sumber: Investopedia, ig.com

Ditulis oleh
channel logo

Fathia Nurul Haq

Right baner

Bagikan artikel ini

Apakah artikel ini berguna untukmu?

like
like
Right baner
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1

Daftar