NVDA akan melaporkan kinerja keuangannya sepanjang 4Q23 pada hari Kamis (2/22) dini hari. Sebagai perusahaan produsen dan perancang chip semikonduktor yang memiliki reputasi kuat di China, NVDA mampu bersaing mengalahkan kompetitornya dan memperbesar pangsa pasar nya. Simak selengkapnya di sini!
NVIDIA Corp adalah perusahaan teknologi yang berfokus pada pengembangan dan produksi chip semikonduktor serta Unit Pemrosesan Grafis (GPU) demi kegiatan gaming, pertambangan aset kripto, dan penggunaan profesional. Selain itu, NVIDIA juga menyediakan prosesor inti bagi ponsel pintar dan perangkat otomotif.
Sejak didirikan 1993 silam, NVIDIA kini menjelma menjadi salah satu perusahaan teknologi paling bonafide sejagat. Per tanggal 8 Februari 2024, nilai kapitalisasi pasarnya sukses menembus US$1.72 triliun.Selain itu, Nvidia juga kini dikenal sebagai anggota The Magnificent 7, yakni tujuh perusahaan teknologi paling top di AS.
Saat ini, perusahaan memfokuskan aktivitasnya pada lima segmen bisnis utama. Kelimanya berhasil menyumbang pendapatan US$26,91 miliar bagi perusahaan di 2022, tumbuh 0,2% dibanding setahun sebelumnya.
Kelima segmen bisnis itu terdiri dari:
Meski menancapkan kuku kuat di sektor teknologi, NVIDIA sejatinya masih memiliki pesaing yang siap menjegalnya di kompetisi industri chip, seperti Intel Corp, Advanced Micro Device Inc (AMD) dan Qualcomm.
Ukuran pasar semikonduktor global bernilai US$ 591,8 miliar pada tahun 2022 dan diperkirakan akan mencapai US$ 1.883,7 miliar pada tahun 2032 atau menunjukan pertumbuhan sebesar 12.3% CAGR dari tahun 2022 sampai 2032.
Pertumbuhan ditopang oleh beberapa aspek seperti pertumbuhan yang cepat dari industri elektronik, peralatan industri, otomotif, jaringan dan komunikasi, dan pemrosesan data. Selain itu, meningkatnya popularitas teknologi terbaru seperti kecerdasan buatan (AI) dan Internet of Things (IoT) yang memungkinkan chip memori untuk memproses volume data yang sangat besar dalam waktu yang lebih singkat diharapkan dapat memberikan peluang pertumbuhan kepada para pelaku pasar di masa mendatang.
Bagi NVIDIA, China bukanlah sekadar destinasi ekspor biasa semata. Malahan, Negara Tirai Bambu tersebut adalah kontributor utama pendapatan perusahaan jika ditilik secara aspek geografis.
Sebagai buktinya, pendapatan sebesar US$12,8 miliar, atau 47,3% dari total pendapatan perusahaan di 2022, berasal dari kawasan China, yang terdiri dari Taiwan, China daratan, dan Hong Kong. Jika dibedah lebih jauh, sebanyak 21,4% dari angka tersebut berasal dari China daratan dan Hong Kong sementara sisa 25,9% berasal dari Taiwan.
Kuatnya kontribusi pendapatan dari China pun tak lepas dari cengkeraman kuat NVIDIA di pasar chip canggih di kawasan tersebut. Tak tanggung-tanggung, NVIDIA bahkan menguasai 90% pangsa pasar produk chip AI di wilayah yang dimaksud.
Sayangnya, cengkeraman NVIDIA di China kemungkinan semakin longgar akibat pengetatan kebijakan ekspor chip dari AS ke negara tersebut.
Dalam regulasi yang diterbitkan Oktober 2023 tersebut, pemerintah AS memperketat standar dan spesifikasi chip-chip canggih yang bisa diekspor ke China. Akibatnya, NVIDIA pun tak leluasa dalam mengekspor dua chip canggihnya ke negara tersebut. Bahkan, perusahaan juga mengaku bahwa kebijakan itu berpotensi menghantam kinerja keuangannya.
Namun, mengingat China adalah ladang emas baginya, NVIDIA tentu saja tak tinggal diam merespons kondisi tersebut. Perusahaan sendiri telah merilis beberapa chip baru yang di khususkan untuk di ekspor ke China, seperti:
Salah satu hal mencolok yang dilakukan Broadcom setahun terakhir adalah melakukan pembelian kembali (buyback) sahamnya. Sampai dengan tahun 2025, NVIDIA akan melakukan pembelian kembali sahamnya sebesar US$25 miliar. Hal ini turut didukung dengan jumlah cash sebesar US$13,3 miliar dan pendapatan sebesar US$26,97 miliar pada tahun 2022.
Manajemen menempuh langkah tersebut karena meyakini bahwa valuasi saham NVIDIA masih tergolong murah dibandingkan dengan prospek cerah perusahaan dan performa di masa depan.
Aksi buyback tentu akan mengurangi jumlah saham NVIDIA yang beredar di pasar modal (free float). Imbasnya, nilai saham dan EPS NVIDIA pun berpotensi meningkat dalam jangka pendek.
Bicara soal raihan pendapatan, NVIDIA boleh saja berbangga diri. Pasalnya, perusahaan selalu mencatat pertumbuhan pendapatan yang positif dalam beberapa tahun terakhir.
Pada 2022, Nvidia berhasil menghimpun pendapatan US$26,97 miliar atau tumbuh 22,7% jika dihitung secara CAGR sejak 2019 dan 0,2% secara tahunan, di mana segmen data center menjadi kontributor utamanya.
Pada tahun 2023, diproyeksikan NVIDIA akan mengalami penurunan pertumbuhan pendapatan disebabkan karena adanya kebijakan pengetatan ekspor chip yang diberlakukan AS. Kendati begitu, langkah mitigasi yang dilakukan NVIDIA berhasil mencegah perusahaan dari membukukan pertumbuhan pendapatan negatif di tahun ini.
Menurut ramalan analis, NVIDIA diharapkan bisa membukukan pendapatan US$59,1 miliar di tahun 2023 atau meningkat tajam ke level 119,3%.
Sejak awal tahun ini, pamor NVIDIA tiba-tiba melejit berkat perkembangan pesat teknologi AI. Prestasi itu pun tak lepas dari besarnya dana yang dikucurkan perusahaan untuk riset dan pengembangan (RnD) inovasi-inovasi terbarunya.
Pada 2022, NVIDIA menganggarkan biaya RnD sebesar US$7,3 miliar atau tumbuh 32,5% secara CAGR sejak 2018. Dana tersebut digunakannya untuk mengembangkan bahasa pemrograman CUDA, algoritma, mengembangkan sistem AI, layanan cloud, dan sistem perangkat lunak lainnya.
Secara keseluruhan, NVIDIA memang terbilang menganggarkan biaya RnD yang lebih tinggi dibandingkan dengan kompetitornya. Hal ini semestinya bisa mendorong NVIDIA dalam menciptakan produk-produk anyar yang nantinya diharapkan bisa menguasai pasar terlebih dulu dibanding pesaing-pesaing sengitnya.
Dalam lima tahun terakhir, NVIDIA sukses mencetak tingkat pertumbuhan laba yang positif.
Hal ini ternyata disebabkan karena dua faktor.
Pertama, perseroan telah mengembangkan sistem data center-nya dengan baik, sehingga monetisasi yang tercipta dari segmen tersebut pun terbilang sangat mumpuni. Kedua, Nvidia berhasil menciptakan margin laba kotor produk-produk chip yang mantap berkat skala ekonomis yang sangat tinggi. Sebagai buktinya, margin laba kotor perusahaan di 2022 tercatat sebesar 66,8% atau naik signifikan dari 60,2% di 2018.
Tahun ini, NVIDIA sepertinya berupaya keras untuk memonetisasi pengembangan teknologi AI miliknya demi menjaga pertumbuhan laba yang positif. Hanya saja, regulasi ekspor chip terbaru dari AS kemungkinan akan menjegalnya dalam mencapai hal tersebut.
Sejauh ini, analis memprediksi bahwa pendapatan NVIDIA di tahun ini akan mencapai US$8,36 miliar atau ambles 25,68% dari US$11,25 miliar setahun sebelumnya.
Menurut konsensus, harga wajar saham NVIDIA ($NVDA) berada di US$675,25 dari harga penutupan 8 Februari 2024. Lebih lanjut, apabila ditilik dari rasio harga saham terhadap labanya (rasio P/E), valuasi NVDA saat ini berada di angka 33,3x PE atau lebih “mahal” dibandingkan rata-rata kompetitornya sebesar 29,6x PE. Kendati begitu, investor sepertinya “mewajarkan” harga premium tersebut mengingat NVIDIA tak kenal lelah untuk terus berinovasi dan tetap memiliki neraca keuangan stabil di tengah kondisi ekonomi yang tak tentu.
Seperti yang disinggung sebelumnya, 58,2% dari total pendapatan NVIDIA berasal dari China. Sehingga, lambatnya pemulihan ekonomi di China dapat berdampak pada permintaan komputer dan pada akhirnya bisa ikut memperlambat pertumbuhan produk perusahaan, terutama pada segmen data center.
Tensi geopolitik antara AS dan China yang kian memanas bikin NVIDIA pusing tujuh keliling. Betapa tidak, regulasi pengetatan ekspor chip terbaru AS membuat perusahaan tidak bisa mengekspor dua chip canggih terlarisnya ke Negara Tirai Bambu tersebut.
Memang, perusahaan berencana untuk menelurkan chip baru dengan spesifikasi yang bisa memenuhi ketentuan ekspor AS. Namun, animo permintaannya di China tentu belum bisa diramal dengan pasti.
NVDA harus terus berinovasi mengembangkan teknologi AI di berbagai segmen bisnisnya agar tidak kalah bersaing dengan kompetitornya seperti AMD.
Sebagai perusahaan teknologi, perusahaan harus berani untuk menggelontorkan biaya RnD yang semakin jumbo untuk membuat terobosan baru agar tidak tertinggal dengan kompetitornya yang berisiko membuat NVIDIA kehilangan pangsa pasarnya.
Download aplikasi Pluang untuk investasi Saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Bagikan artikel ini