Dalam perdagangan saham dikenal yang namanya volatilitas pasar. Secara sederhana volatilitas dapat dipahami sebagai besarnya jarak antara fluktuasi pasar.
Volatilitas pasar adalah ukuran statistik dari dispersi pengembalian untuk sebuah aset tertentu. Ukuran nilai ini menggunakan standar deviasi, semakin tinggi volatilitas pasar, semakin berisiko sebuah investasi.
Periset dari Investopedia, Amanda Morelli menemukan bahwa terjadi fluktuasi pasar tercepat sepanjang sejarah Negeri Paman Sam itu. Ditambah dengan aksi unjuk rasa pasar, dan PHK tertinggi yang ada di Amerika.
Kondisi ini menyebabkan terjadi volatilitas yang tinggi. Semakin tinggi volatilitas itu, semakin tinggi risiko dalam investasi. Dan Morelli menemukan bahwa dua kubu investor yaitu investor muda dan investor tua menerapkan strategi berbeda dalam menyikapi kondisi tersebut.
Baca juga: Cuan dengan Manfaatkan Celah Bid Ask Spread untuk Dapatkan Untung
Volatilitas yang tinggi belakangan ini di pasar saham Amerika memang menjadikan adanya risiko tinggi saat berinvestasi. Namun, gejolak fluktuasi pasar tidak lantas menjadikan investor patah arang.
Setidaknya dalam temuan Amanda Morelli, risiko itu telah terpolarisasi ketika investor yang lebih muda berburu dan mengumpulkan saham paling berisiko dengan harapan imbalan yang lebih besar, sementara investor yang lebih tua mencari keamanan dari blue chips, dana pasar uang, dan tabungan konvensional.
Morelli menemukan bahwa karena adanya volatilitas tinggi, 37% dari investor yang lebih muda dan lebih berisiko menginvestasikan lebih banyak uang pada bulan Mei ini daripada bulan Maret, dan 39% berinvestasi lebih sering.
Para investor muda ini mungkin melihat peluang generasional untuk membeli saham dengan diskon dan mengandalkan pengembalian dinamika pasar saham yang sama dari 2010-2019 dengan Federal Reserve yang akomodatif dan juga adanya triliunan stimulus fiskal.
Sementara itu, para investor tua yang masuk generasi X dan Baby Boomers menyikapi volatilitas pasar dan fluktuasi pasar ini dengan lebih berhati-hati dan mencari jalan yang lebih aman.
Cara itu di antaranya adalah terus menambahkan blue chips dan saham teknologi besar, banyak yang kadung membeli saham maskapai penerbangan yang sayangnya kemudian kolaps karena pandemi COVID-19.
Bahkan investor besar seperti Warren Buffett menyerah pada maskapai penerbangan, meskipun ia mengatakan pada Februari 2020 ia akan menahan saham itu. Buffet mengklaim bisnisnya rusak dan akhirnya harus menjual saham-saham maskapai tersebut.
Lain lagi dengan para investor muda, mereka percaya saham di sektor ini dapat pulih. Mereka punya waktu untuk mencari tahu. Maka, mereka menyikapi volatilitas pasar yang tinggi itu justru dengan lebih agresif membeli.
Baca juga: Ketahui Beda Revenue & Profit, Plus 3 Cara Genjot Perolehan Profit Perusahaan
Volatilitas banyak digunakan di pasar sekuritas. Ini berkaitan dengan perubahan besar di kedua arah.
Sederhananya, ini terjadi apabila harga saham naik dan turun lebih dari 2% selama periode waktu berkelanjutan. Volatilitas adalah besaran jarak harga antara fluktuasi pasar.
Harga yang naik tiba-tiba kemudian turun drastis disebut terjadinya peningkatan tinggi. Sedangkan saat pasar dalam kondisi tenang atau tidak ada fluktuasi pasar, ini disebut sebagai volatilitas rendah.
Bagaimana cara mengetahui? Menurut para ahli, volatilitas pasar dapat dilihat dengan cara mengukur perkembangan pasar, misalnya dalam jangka waktu 30 hari.
Metode pengukuran ini dirasa efektif untuk mengukur investasi di masa depan, sehingga kita dapat menciptakan arah pasar.
Baca juga: Jajal Peruntungan Bisnis Kuliner Online, Ini 7 Cara yang Bisa Kamu Coba
Saat terjadi volatilitas tinggi, kamu akan mendapatkan peluang profit besar karena harga akan bergerak jauh dari penutupan harga sebelumnya.
Namun, ini juga berbanding lurus dengan peluang risiko kamu karena tidak ada yang dapat memprediksi dan menahan pergerakan pasar. Fluktuasi pasar adalah sesuatu yang tak dapat dikendalikan.
Untuk meminimalisir risiko, kamu harus menggunakan stop loss.
“Cut your losses short and let your profits run.”
Pepatah ini sangat berguna saat ada situasi volatilitas yang tinggi.
Saat peluang profit berbanding lurus dengan peluang risiko, maka untuk mengantisipasi loss yang tidak terkendali, kamu dapat menempatkan posisi stop loss yang lebih kecil dibandingkan dengan level target profit yang ingin kamu capai.
Biasanya volatilitas pasar akan meninggi ketika ada informasi baru yang berbeda dengan ekspektasi ketika ada rilis data dari salah satu event penting dalam situasi market.
Dalam pasar, ada 4 data ekonomi Amerika Serikat yang memengaruhi sentimen pasar dengan signifikan.
Di sini kamu harus menyediakan kalender ekonomi agar memperoleh informasi jadwal rilis data atau event penting yang dapat memicu naiknya volatilitas pasar.
Kamu dapat memanfaatkan volatilitas yang tinggi ketika di pertemuan sesi perdagangan setiap hari di mana likuiditas pasar sedang tinggi, atau tatkala ada rilis berita penting seperti data ekonomi AS.
Saat volatilitas sedang tinggi, bijaklah menyikapinya dengan mempertimbangkan besaran lot, menentukan take profit, serta menempatkan stop loss. Ini penting agar kamu dapar meraup profit saat ada volatilitas pasar yang tinggi.
Sumber: Investopedia
Mulai Investasi dengan Risiko Kecil, Sudah Coba 5 Jenis Investasi Ini Belum?
Emas atau Perak, Pilihan Investasi Logam Manakah yang Lebih Menguntungkan?
Ada Nggak Sih Pajak Penjualan Emas Batangan dan Bagaimana Perhitungannya?
Tetap Bisa Traveling Saat Kantong Tipis dengan 9 Trik Ini!
Gaji Pas-pasan? Pertimbangkan 4 Hal Ini untuk Mengambil Utang Produktif
Bagikan artikel ini