Pekan lalu merupakan momen yang sangat baik bagi investasi indeks saham Amerika Serikat, S&P 500. Di tengah kinclongnya pelaporan keuangan perusahaan S&P 500, atau biasa disebut earning season, nilai indeks yang dihuni 505 perusahaan beraset jumbo itu terus merangkak naik. Kini, nilai indeks S&P 500 sudah mendekati level 4.200 pada Kamis (29/4).
Hanya saja, kini analis mulai memprediksi bahwa moncernya nilai indeks S&P 500 bakal terhadang oleh dua hal: Ekspektasi inflasi dan kebijakan pemerintah Amerika Serikat (AS) yang berencana menaikkan pajak capital gain. Alias, pajak atas keuntungan investasi.
Khusus untuk pajak capital gain, ini merupakan wacana kebijakan baru yang diajukan Presiden AS, Joe Biden. Yang mengejutkannya, dalam proposalnya, Biden akan melipatgandakan tarif pajak tersebut. Tak berhenti sampai situ, pasar saham AS juga harus menghadapi rencana kenakan pajak penghasilan pada orang-orang kaya.
Respons pasar sudah langsung terlihat. Pada perdagangan Kamis (22/4), nilai indeks S&P 500 langsung jatuh ke level 4.183,18. Ini terjadi sepekan sebelum perusahaan teknologi besar raksasa S&P 500, yang biasa menjadi penopang indeks saham Amerika Serikat, mengumumkan kinerja perusahaannya di kuartal I.
Mungkin, hal ini akan menjadi mimpi buruk bagi investor — untuk sementara. Ketua dan Anggota Pengelola Hedge Fund Great Hill Capital LLC, Thomas Hayes mengatakan indeks S&P 500 bisa saja merosot 2.000 poin jika proposal kenaikan pajak ini diloloskan.
Namun pandangan berbeda diungkapkan oleh Manajer Portofolio Kingsview Investment Management Chicago, Paul Nolte. Memang, aksi jual dari investor akan marak dalam jangka pendek sebagai bentuk reaksi spontan jangka pendek atas rencana tersebut.
“Namun, setelah menjualnya, baru kemudian investor mempertanyakan mengapa kebijakan itu diambil,” jelasnya.
Baca juga: Apa Itu Venture Capital?
Dalam proposalnya, Biden mengusulkan bahwa pajak capital gain akan dipasang 39,6% bagi mereka yang berpenghasilan lebih dari US$1 juta. Usulan pajak tersebut ternyata hampir dua kali lipat dari tarif pajak saat ini yang sebesar 20%.
Selain perkara keuntungan investasi, Biden juga berencana untuk menaikkan tarif pajak pendapatan marginal dari 37% ke 39,6%.
Pemerintah AS harus menempuh kebijakan tersebut demi membiayai stimulus US$1 triliun dalam program “Rencana Keluarga Amerika”. Dana tersebut akan disalurkan untuk penitipan anak, pendidikan pra taman kanak-kanak universal, dan cuti berbayar untuk kelas pekerja.
Lantas, mengapa isu ini menjadi besar di kalangan pasar saham? Sekadar informasi, pajak capital gain dikenakan terhadap cuan yang dihasilkan dari penjualan sebuah aset investasi. Termasuk cuan dari kegiatan menjual saham-saham perusahaan.
Dengan demikian, trader dan investor saham perlu kian waswas. Sebab, kini seluruh keuntungan yang mereka hasilkan dari jual-beli saham akan semakin mini seiring kenaikan tarif pajak tersebut. Akibatnya, investasi saham menjadi kian tak menguntungkan, memaksa mereka untuk mencari kegiatan lain yang bisa mendulang untung lebih baik.
Namun, pajak ini tidak akan berlaku jika sang investor belum menjual aset genggamannya. Selain itu, pajak ini hanya akan berlaku sesuai dengan bracket-bracket penghasilan sang Wajib Pajak (WP) per tahunnya.
Namun, apakah benar kenaikan pajak capital gain akan mempengaruhi kinerja indeks S&P 500?
Di tengah ancaman tersebut, beberapa analis mengatakan bahwa investor tak perlu cemas dengan wacana tersebut.
“Sampai belum ada kejelasan informasi tentang pajak capital gain, pada umumnya pasar akan bergerak tanpa arah. Namun, yang terpenting adalah dampak dari keuntungan perusahaan teknologi di S&P 500 yang semua laporan keuangannya dirilis minggu ini,” ungkap Hayes.
Ya, di tengah isu kenaikan pajak, rupanya pasar lebih memilih untuk memperhatikan kinerja keuangan raksasa teknologi dunia seperti Microsoft Corp (MSFT.O), Induk Google Alphabet Inc (GOOGL.O) dan Facebook Inc (FB.O) yang baru saja melaporkan kinerja kuartalan pekan ini. Di mana, seluruh hasilnya ternyata cukup bikin investor tersenyum lebar.
Lagipula, mau ada kebijakan baru ataupun tidak, kinerja S&P 500 memang terbukti menorehkan capaian luar biasa sepanjang kuartal I tahun ini. IBES Refinitiv memproyeksikan, penghasilan perusahaan-perusahaan di S&P 500 akan melesat 31,9% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Selain itu, banyak juga investor yang menerima rencana kebijakan tersebut dengan lapang. Bahkan, mereka beranggapan bahwa efek dari proposal tersebut hanya bersifat terbatas. Salah satunya adalah tim analis UBS Global Wealth Management yang masih belum menemukan hubungan secara historis antara perubahan tarif pajak capital gain dengan kinerja pasar saham.
“Meskipun kami juga tidak bisa mengesampingkan adanya volatilitas secara sederhana pada pasar ekuitas karena investor bereaksi terhadap proposal ini. Tetapi, umurnya akan sangat pendek,” katanya.
Lagipula pasar saham saat ini tentu lebih tahan banting, mengingat pukulan pajak capital gain ini bukan pertama kalinya terjadi di investasi S&P 50. Hanya saja, dampaknya terbilang berbeda-beda.
Kepala Strategi Pasar LPL Financial Ryan Detrick menjelaskan, nilai return indeks S&P 500 pada tahun 1969 dan 1976 memang sempat merosot dalam enam bulan setelah meningkatnya tarif pajak capital gain di tahun-tahun tersebut.
Namun hal berbeda terjadi pada 1987 dan 2013. Sebab, dalam waktu enam bulan setelah kenaikan tarif, indeks S&P 500 ternyata melonjak secara signifikan.
Sementara itu, analisis data Morningstar yang dilakukan Matthew Miskin memperlihatkan bahwa investor menarik US$38 miliar dari pasar ekuitas dan ETF enam bulan menjelang kenaikan tarif pajak capital gain di 2013. Namun, pada enam bulan ke depan, dana tersebut mampu menghasilkan US$58 miliar lantaran S&P 500 naik 18% selama setahun berikutnya.
“Hal ini menunjukkan jika investor menyerahkan portofolio sahamnya, kemungkinan besar investor akan kehilangan momentum. Pasar saham mungkin akan turun setelah adanya pergerakan kuat, tetapi rasanya risiko utamanya bukan terletak pada pajak capital gain,” jelas Miskin.
Baca juga: Apa Itu Capital Gain?
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Sumber: Reuters, Bloomberg, Fidelity, Investopedia
Bagikan artikel ini