Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Fitur Proarrow-icon

support-icon
Dirancang untuk Investor
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Keamanan

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

Berita & Analisis

Menguak 3 Jenis Perusahaan AI di Pasar Modal AS
shareIcon

Menguak 3 Jenis Perusahaan AI di Pasar Modal AS

14 Jul 2023, 8:20 AM·Waktu baca: 5 menit
shareIcon
Kategori
jenis perusahaan AI

Teknologi AI kini sedang dibidik oleh perusahaan AS. Namun, apa saja tiga jenis perusahaan AI utama yang ada di pasar saham AS?

Mengenal Jenis Perusahaan AI Sebagai Petunjuk Investasi

Popularitas ChatGPT di akhir 2022 bukanlah “garis finis” dari perkembangan teknologi AI. Malahan, peristiwa tersebut membuka mata investor bahwa teknologi AI sebenarnya bisa dikembangkan lebih jauh menjadi sesuatu yang lebih fantastis.

Namun, investor tentu bertanya-tanya, sejauh apa perkembangan teknologi AI ke depan? Selain itu, bagaimana cara melirik potensi investasi di saham-saham sektor AI?

Dalam menjawab hal tersebut, investor perlu mengetahui bahwa ekosistem AI terbagi menjadi tiga jenis yakni penjualan produk atau jasa AI, perusahaan pemrograman dan infrastruktur AI, dan produsen perangkat keras pendukung pekerjaan AI.

Seperti apa detail masing-masing kelompok ekosistem tersebut?

Baca Juga: Mengenal Perplexity AI, Teknologi Pesaing Baru ChatGPT

Jenis Perusahaan AI

1. Produk dan Jasa AI

Jika investor ingin berinvestasi di sektor AI, maka kemungkinan besar mereka juga ingin memiliki eksposur secara langsung di perusahaan yang memang menggantungkan harapannya pada AI. 

Berinvestasi di tipe-tipe perusahaan tersebut memungkinkan investor untuk ikut menikmati cuan langsung dari hype yang saat ini sedang berlangsung.

Bahkan, mereka pun kemungkinan bisa menikmati return yang lebih baik di masa depan. Pasalnya, perusahaan-perusahaan ini masih memiliki ruang untuk ekspansi dengan menjual produk-produknya ke klien baru dan memproduksi terobosan baru. ‘

Kabar baiknya, terdapat perusahaan yang pendapatannya memang langsung disokong oleh AI meski pilihannya sangat terbatas. Salah satunya adalah C3.AI, yakni perusahaan yang memiliki visi untuk memecahkan masalah di dunia nyata berdasarkan teknologi AI. Dengan melihat potensi AI di masa depan, perusahaan ini pun memiliki kesempatan untuk berkembang lebih besar. 

Selain itu, terdapat pula perusahaan lain yang tidak memiliki fokus bisnis di teknologi AI secara langsung namun berkomitmen untuk terus berinovasi dengan teknologi tersebut.

Di antaranya adalah Adobe yang menciptakan platform AI di segmen pemasaran dan desain atau UiPath yang menjual piranti lunak AI untuk melakukan otomatisasi menggunakan robot.

Namun, kabar buruknya, kompetisi di sektor AI pun makin panas di tahun ini sehingga tak semua perusahaan benar-benar punya masa depan cemerlang. Tak hanya itu, valuasi dari sejumlah perusahaan pun dinilai terlalu mahal.

Baca Juga: Apa Saja 4 Saham AI Populer di Pasar Saham AS?

2. Infrastruktur dan Pemrograman AI

Menciptakan model AI tentu membutuhkan modal besar, data lengkap, dan tenaga ahli yang mumpuni. Menariknya, ketiga elemen tersebut dimiliki oleh perusahaan teknologi berskala besar.

Namun, perusahaan teknologi tak mau sekadar menciptakan modelnya semata. Mereka justru ingin membangun infrastruktur yang bisa menyokong ekosistem mereka.

Saat ini, Microsoft berada di posisi teratas untuk segmen pemrograman AI melalui kerja sama eksklusif dengan OpenAI. Kolaborasi ini diharapkan dapat membawa arus pendapatan baru dengan mengintegrasikan ChatGPT milik OpenAI ke dalam mesin pencari Bing dan aplikasi produktivitasnya. 

Selain itu, terdapat pula Alphabet yang getol mengintegrasikan AI melalui beberapa otomatisasi seperti pada bidang periklanan dan promosi konten. Apalagi, Alphabet memiliki beberapa anak usaha seperti DeepMind, perusahaan perangkat lunak AI, dan Waymo, perusahaan kendaraan otonom yang kemungkinan juga bakal menggunakan teknologi AI.

Kabar terakhir, anak usaha Alphabet, Google, baru saja merilis teknologi chatbot pesaing ChatGPT bernama Bard.

Selain Microsoft dan Alphabet, beberapa perusahaan yang termasuk dalam segmen ini seperti di bawah ini. Perusahaan tersebut memang berkantong tebal, tapi kontribusi segmen AI terhadap keseluruhan bisnisnya masih dipertanyakan:

  1. Meta Platforms: mendesain model AI untuk realitas tertambah (AR) dan realitas virtual (VR).
  2. Apple: Memasang API Stable Diffusion pada perangkat Apple bagi developer aplikasi.
  3. Amazon: Integrasi AI pada aspek bisnisnya seperti personalisasi produk rekomendasi, algoritma e-commerce hingga asisten virtual.
  4. Palantir: Memproduksi perangkat lunak pemrosesan data berbasis AI.
  5. Tesla: Menciptakan robot manusia, mobil swakemudi, dan Uber-robot taksi.
  6. Alibaba & Baidu: Memproduksi produk seperti ChatGPT

3. Produsen Perangkat Keras

Saat “demam emas” melanda AS pada abad ke-19 lalu, sebenarnya sektor yang ketiban untung paling besar bukanlah sektor pertambangan itu sendiri, melainkan produsen alat pertambangannya.

Nah, jika situasi itu dikaitkan dengan “demam AI” saat ini, maka produsen chip semikonduktor dan piranti lunak berpotensi keluar jadi juara di pusaran kompetisi teknologi AI.

Sebagai buktinya, tengok saja produsen chip Nvidia.

Per 30 Mei 2023, nilai kapitalisasi pasar Nvidia berhasil menyentuh US$1 triliun alias melesat 180% sejak awal tahun. Hal ini pun tak terlepas dari peran Nvidia sebagai produsen utama unit pemrosesan grafis (GPU) bagi penciptaan teknologi AI. Di samping itu, Nvidia juga berkomitmen untuk tak hanya menciptakan teknologi AI dasar namun menciptakan satu ekosistem infrastruktur AI yang besar.

Selain Nvidia, produsen chip asal Taiwan, Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) juga berpotensi keluar jadi juara di perang AI. Pasalnya, ia menjalankan pesanan dari perusahaan chip lainnya seperti Nvidia. Jadi, jika Nvidia kebanjiran pesanan, maka TSMC pun akan ikut kecipratan untungnya.

Tak ketinggalan, terdapat produsen lain yang bisa kecipratan berkah seperti  Advanced Micro Devices dan Intel. Hanya saja, eksposur kedua perusahaan itu di teknologi AI memang belum setebal Nvidia.

Bisa dibilang, saham-saham perusahaan tersebut menjadi pilihan terbaik bagi investor. Pasalnya, pengembangan AI berkapabilitas canggih masih berada di tahap awal, sehingga perusahaan teknologi pasti memfokuskan perhatiannya pada pemanfaatan infrastruktur dan kepemilikan “motor penggerak” yang mantap.

Di samping itu, mengoleksi saham produsen perangkat keras adalah pilihan aman bagi investor jika mereka ingin menginjakkan kaki di sektor AI. Sebab, perusahaan chip tidak bertaruh pada risiko besar seperti pengembangan piranti lunak, sehingga masa depan sektor ini masih “lebih jelas” dari dua kategori ekosistem AI lainnya.

Kendati demikian, perusahaan-perusahaan ini pun berpotensi tidak mendulang keuntungan sebesar perusahaan AI murni dan teknologi besar.

Apa Tantangan dan Peluang Investasi di 3 Jenis Perusahaan AI?

Peluang investasi di saham AI sepintas tampak menggiurkan, Namun, investor pun sebaiknya tak perlu menafikkan beberapa risiko seperti tingkat adopsi teknologi yang tidak sesuai harapan, munculnya regulasi penghambat perkembangan AI, dan persoalan etika.

Selain berkaca pada risiko di masa depan, investor pun perlu mempertimbangkan valuasi saham perusahaan AI yang ingin dikoleksi.

Saat ini, investor cenderung mengabaikan valuasi perusahaan ketika berinvestasi. Tetapi kenyataannya, valuasi adalah cerminan penting mengenai kesesuaian harga sahamnya di pasar dengan aspek fundamental perusahaannya. 

Jangan sampai, investor menyerok saham dengan banderol tinggi namun valuasinya bikin gigit jari. Sehingga, mereka pun harus cermat dalam mencari saham perusahaan yang sehat namun dengan valuasi yang murah.

Terakhir, dan yang paling terpenting, jangan pernah mengambil keputusan berdasarkan tren sesaat semata. Apalagi, tren teknologi berkembang begitu pesat, sehingga apa yang menjadi hits saat ini belum tentu akan menjadi tren lagi di masa depan.

Sebagai contohnya, mari tengok ke dekade 2000-an di mana Netscape dan AOL menjadi dua raja internet saat itu. Sayang, eksistensi keduanya seolah hilang ditelan bumi dua dekade kemudian. Peristiwa tersebut mengajarkan investor untuk jangan terlalu gegabah dan mengikuti euforia pasar sesaat.

Dengan demikian, menimbang potensi dan tantangan teknologi AI ke depan, investor perlu cermat dalam berinvestasi di sektor AI. 

Salah satu caranya adalah dengan membuat “kantong” diversifikasi yang berisikan perusahaan dari masing-masing kategori ekosistem AI. Kemudian, mengingat rekam jejak kinerja keuangannya dan nilai kapitalisasi pasarnya, investor pun bisa memperbesar porsi portofolionya di segmen produk dan jasa AI dengan kapitalisasi pasar jumbo.

Baca Juga: Apa Itu Threads? Mengenal Medsos Baru Milik Meta

Mulai Perjalanan Investasimu dengan Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang untuk investasi Saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!

Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!

Ditulis oleh
channel logo

Marco Antonius

Right baner

Marco Antonius

Bagikan artikel ini

Artikel Terkait
teknologi
Mengenal 7 Aplikasi AI Populer Untuk Bantu Produktivitas
news card image
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1