Selamat akhir pekan, Sobat Cuan! Kondisi pasar AS, kripto, dan IHSG pekan ini sukses melewati bayang-bayang kenaikan suku bunga acuan The Fed meski sempat mengalami konsolidasi di awal pekan. Lantas, apakah kondisi ini bakal bertahan pekan depan? Simak selengkapnya di Pasar Sepekan berikut!
Untuk ke sekian kalinya, pasar kripto harus dikocok-kocok sepanjang pekan ini. Meski demikian, beberapa aset kripto utama masih sukses bertengger di zona hijau dalam seminggu terakhir. Simak rangkumannya di tabel berikut!
Sejak awal pekan, pelaku pasar memang terlihat tidak pede untuk membenamkan diri di pasar modal. Pasalnya, mereka cenderung bersikap wait and see dalam menanti dua peristiwa besar yang diantisipasi pada pekan ini: Kenaikan suku bunga acuan The Fed dan perkembangan langkah diplomasi Rusia dan Ukraina untuk menyelesaikan kedua konflik di antara mereka.
Meski tak punya korelasi langsung dengan kenaikan bunga acuan The Fed, namun aset kripto sedikit banyak ikut terpengaruh. Pasalnya, hal itu akan sangat mempengaruhi minat pelaku pasar untuk berkecimpung di pasar aset berisiko, termasuk pasar kripto.
Sekadar informasi, seluruh aset berisiko memiliki sensitivitas tinggi akan kenaikan suku bunga. Ini mengingat kenaikan suku bunga acuan akan menjadi batu sandungan bagi pertumbuhan ekonomi, sementara aset berisiko akan berkinerja moncer kala pertumbuhan ekonomi tokcer.
Untungnya, pelaku pasar priced in dengan cepat pengumuman The Fed tersebut lantaran kenaikan suku bunga acuan tersebut sudah sesuai ekspektasi pasar, yakni 25 basis poin.
Optimisme pelaku pasar kemudian ikut didorong oleh niatan Rusia dan Ukraina yang masih ingin melanjutkan langkah diplomasi meski sempat terbentur jalan buntu. Perkembangan itu, tentu saja, bikin pelaku pasar yakin bahwa konflik di antara keduanya bakal mereda. Pasar kripto pun akhirnya menunjukkan reversal.
Dari sisi analisis teknikal, total kapitalisasi pasar aset kripto pun telah mengalami fase konsolidasi dan membentuk pattern pennant. Hal ini dapat diartikan bahwa jika aset kripto berterbangan lagi di pekan mendatang dan memecahkan trennya, maka aset kripto akan bergerak ke arah positif.
Jika melihat tabel di atas, Sobat Cuan dapat melihat bahwa pertumbuhan nilai Avalanche (AVAX) terbilang paling mumpuni di antara kawan-kawannya. Hal ini terjadi setelah jaringan Avalanche sudah memungkinkan penggunanya untuk melakukan jasa pinjam-meminjam, mendapatkan yield, dan trading menggunakan stablecoin milik Terra, UST.
Namun, koin asli jaringan Terra, LUNA, justru lunglai selama sepekan terakhir. Kuat dugaan, lesunya nilai LUNA terjadi setelah investor terlihat menurunkan permintaan UST setelah mereka kembali selera berkubang di pasar berisiko. Nilai LUNA yang mati gaya cukup ironis mengingat koin tersebut sukses meroket meski pasar kripto diterpa badai kencang.
Di pekan ini, sektor DeFi telah mengambil panggung utama dengan penguatan sebesar 8,58%. Peristiwa ini bikin lega pelaku pasar mengingat sektor DeFi telah melemah signifikan sejak awal tahun ini.
Pemenang utama dari sektor DeFi kali ini adalah THORChain (RUNE) dengan total return sebesar 52,4%. Katalis di balik reli RUNE sendiri dapat dikaitkan dengan peluncuran fitur protokol likuiditas lintas-rantai yang mencakup peluncuran synthetics. Selain RUNE, Aave (AAVE) juga berhasil tumbuh 32,4% di pekan ini setelah memperkenalkan pembaruan terbaru jaringannya.
Pergerakan indeks AS pekan ini bisa dibilang cukup volatil di kala para investor menunggu dengan sabar mengenai kebijakan moneter The Fed dan juga sinyal perdamaian Rusia dan Ukraina.
Kendati demikian, trio indeks AS masih sukses parkir di zona hijau pekan ini. Nilai indeks Dow Jones menguat 5,5%, sementara indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing menguat 6,2% dan 8,2% dibanding pekan lalu.
Hal ini terjadi setelah pelaku pasar nampaknya sudah mulai priced in dengan kenaikan suku bunga acuan The Fed. Tak hanya itu, pelaku pasar juga mencerna perkembangan damai Rusia dan Ukraina sepanjang pekan ini. Pasalnya, jika konflik kedua negara makin berlarut-larut, maka harga komoditas energi bisa kena getahnya.
Untungnya, Rusia dan Ukraina sepakat untuk menyelesaikan tensi keduanya melalui jalur diplomasi. Imbasnya, harga minyak acuan pun perlahan melorot dan mulai kembali ke kisaran US$100 per barel. Kemarin, harga minyak West Texas Intermediate, misalnya, ditutup di US$104,99 per barel.
Apalagi, China, sebagai negara adidaya dunia, juga tak mengingingkan pecah perang di Ukraina. Komentar ini disampaikan pemimpin China Xi Jinping ketika mengadakan pertemuan virtual bersama Presiden AS Joe Biden kemarin. Dengan demikian, ada potensi bahwa negara-negara adidaya akan terus mendukung resolusi damai antara Ukraina dan Rusia agar konflik antara keduanya tak meluas.
Pluang beranggapan, katalis pergerakan indeks pekan ini tampaknya akan membuat performa indeks AS makin ajeg. Kini, pelaku pasar sudah bisa memasang posisi investasinya setelah The Fed mengumumkan bakal mengerek kenaikan bunga acuan tujuh kali tahun ini. Selain itu, harga komoditas pun diharapkan tetap stabil akibat perkembangan positif resolusi damai Rusia dan Ukraina.
Dengan demikian, ada kemungkinan volatilitas di pasar modal bakal meredam dalam beberapa pekan mendatang. Selain itu, risiko resesi ekonomi pun diharapkan bisa tetap rendah. Nah, faktor-faktor tersebut sangat penting untuk meningkatkan selera pelaku pasar untuk berkubang di pasar modal.
Sembari menunggu pelaku pasar mencerna informasi yang berseliweran saat ini, Sobat Cuan dapat memanfaatkan momentum ini untuk mengoleksi saham-saham yang sudah terkoreksi cukup dalam (buy the dip).
Setelah berjaya dalam beberapa pekan terakhir, harga emas akhirnya kena batunya juga. Harga emas di pasar spot pada Sabtu (19/3) pagi bertengger di US$1.922 per ons, melemah 2,96% dibanding sepekan sebelumnya.
Kali ini, nilai sang logam mulia harus keok dihantam keperkasaan tingkat imbal hasil obligasi pemerintah. Sekadar informasi, kenaikan yield obligasi AS akan meningkatkan opportunity cost dalam menggenggam emas, sehingga pelaku pasar tentu akan menjauhi aset safe haven tersebut.
Tingkat imbal hasil obligasi AS terdongkrak setelah pelaku pasar mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan The Fed sebesar 25 basis poin. Namun, tingkat imbal hasil obligasi AS makin merangkak naik setelah pengumuman tersebut plus niatan The Fed yang berencana menambah kenaikan suku bunga acuanya enam kali sepanjang tahun ini.
Selain itu, pamor emas sebagai aset safe haven perlahan luntur setelah krisis geopolitik antara Rusia dan Ukraina perlahan adem. Hal ini terjadi setelah kedua negara sepakat untuk menyelesaikan krisis keamanan tersebut melalui jalur diplomasi.
Nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa dibilang bikin gigit jari di pekan ini. Sang indeks domestik menutup sesi perdagangan Jumat (19/3) di level 6.954,97 poin, menguat 0,47% dibanding sepekan sebelumnya. Kendati demikian, IHSG tetap mampu menembus level psikologis 7.000 meski gagal parkir di atas level tersebut.
Kinerja pasar domestik terbilang berfluktuasi karena kekhawatiran pasar akan kenaikan suku bunga AS yang diumumkan pada hari Rabu kemarin. Namun, pergerakan pasar malah mengindikasikan investor nampaknya sudah melakukan priced in terhadap seluruh kekhawatiran tersebut.
Selain itu, kinerja IHSG semakin kurang bertenaga setelah harga komoditas perlahan melandai. Maklum, sebagian besar penghuni bursa domestik adalah emiten yang berkutat di sektor komoditas. Sehingga, amblasnya harga komoditas tentu akan membuat potensi cuan mereka oleng di masa depan.
Harga komoditas melempem setelah konflik Rusia dan Ukraina diprediksi bakal mereda. Pasalnya, keduanya berniat mau menyelesaikan tensi tersebut melalui jalur damai, meski, hingga saat ini, perkembangannya masih buntu.
Hal ini membuat pelaku pasar berpaling dari saham komoditas dan merangsek menuju saham perbankan, sebuah sektor yang diramal bakal kecipratan cuan kala rezim suku bunga tinggi.
Selain itu, meski harga komoditas kompak terkoreksi, beberapa saham komoditas seperti PT Bumi Resource Minerals Tbk (BRMS), PT Adaro Minerals Tbk (ADMR), dan PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) masih mencetak return yang memuaskan. Hal ini terjadi setelah investor yakin bahwa harga komoditas yang terlanjur tinggi bakal menjadi angin segar bagi kinerja keuangan emiten-emiten tersebut sepanjang 2022.
Meski IHSG bergerak kalem pekan ini, investor asing masih mencatat aksi beli bersih (net foreign buy) dengan nilai yang tak tanggung-tanggung yakni Rp7,22 triliun di seluruh pasar. Mereka tetap getol memborong saham-saham saham-saham berkapitalisasi besar seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).
Di sisi lain, pelaku pasar asing juga paling banyak melego saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).
Melihat dari pergerakannya, IHSG sekarang harus terkonsolidasi di area 6.950 hingga 7.000.
Pluang beranggapan, dengan pergerakan yang belum cukup kuat berada di atas level 7.000, IHSG pun terlihat akan memiliki kecenderungan untuk melemah ke level 6.872 di pekan mendatang sebelum melanjutkan penguatannya. Untuk saat ini, IHSG masih di channel bullish-nya dan belum terlihat mengalami tekanan yang signifikan.
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang.
Bagikan artikel ini