Bearish Pennant adalah salah satu pola jitu untuk mengukur keberlanjutan tren bearish. Seperti apa bentuk dan ciri-cirinya?
Bearish Pennant adalah salah satu pola analisis teknikal yang mengindikasikan keberlanjutan harga aset (Continuation Pattern) ketika harga aset sedang berada di fase bearish.
Secara visual, pola ini memperlihatkan bahwa harga aset mengalami konsolidasi singkat seolah-olah berlawanan dengan arah tren bearish yang terjadi. Namun, alih-alih mengalami pembalikan harga (reversal), harga aset rupanya melanjutkan pelemahan harga hingga menembus titik support-nya.
Sobat Cuan bisa melihat ilustrasi pola Bearish Pennant melalui contoh berikut!
Pola Pennant sendiri terbagi atas dua jenis, yakni Bullish Pennant dan Bearish Pennant. Keduanya terbentuk dalam kerangka waktu yang relatif lebih pendek saat tren berkondolidasi. Rata-rata pola sudah membentuk Pennant setelah minggu ketiga, atau lebih cepat dari itu.
Selain itu, keduanya punya ciri khas, yakni area support dan resistance yang kian "mengetat" antar waktu. Jika titik-titik harga pembukaan dan penutupan itu digabungkan, maka keduanya akan membentuk garis atas dan bawah yang terlihat simetris.
Trader biasanya memanfaatkan pola ini untuk mengidentifikasi peluang jual. Tetapi, menyikapi pola bearish seperti ini amat bergantung pada gaya trading dan pasar yang kamu pilih untuk mengembangkan portofolio trading kamu.
Baca Juga: Mempelajari Falling Wedge Pattern dan Fungsinya dalam Trading
Yang namanya tren, baik uptrend maupun downtrend, pasti mengalami interupsi.
Dalam kasus Bearish Pennant, interupsi terjadi ketika trader tergugah untuk mengakumulasi aset setelah harga melandai selama beberapa saat lamanya. Nah, serangkaian interupsi ini pun membentuk konsolidasi harga, di mana harga aset terlihat naik-turun selama beberapa waktu di dalam rentang support dan resistance-nya.
Hanya saja, selama masa konsolidasi tersebut, setiap kenaikan harga aset pasti selalu direspons dengan aksi ambil untung (take profit). Hal ini terjadi lantaran belum ada sentimen positif kuat yang mampu menggugah trader untuk melakukan aksi akumulasi lebih banyak lagi. Alhasil, tren harga aset selalu gagal mengalami breakout berulang-ulang kali.
Pada akhirnya, trader pun merasa bahwa aksi take profit lebih menguntungkan ketimbang akumulasi. Akibatnya, setelah pola ini muncul, harga aset pun terus melandai ke bawah hingga menembus level support-nya.
Namun, pola ini biasanya tidak berlangsung lama mengingat periode maksimal terbentuknya Bearish Pennant hanyalah tiga minggu saja. Bahkan, pola ini dianggap sudah selesai sebelum dua garis trendlines mencapai titik temunya dan menuju level breakout.
Baca Juga: Mengenal Rising Wedge Pattern dan Fungsinya dalam Trading
Terdapat tiga bagian utama dalam pola Pennant, yakni tiang, pennant atau panji, dan level breakout. Lantas, seperti apa penjelasan masing-masing bagian tersebut?
Salah satu ciri khas mencolok dari pola ini adalah munculnya tiang alias pole. Bagian ini terbentuk dari serangkaian candlestick yang melandai dan terlihat seperti "gagang", yang mencerminkan bahwa harga aset mengalami koreksi harga yang tajam.
Namun, berbeda dari pola-pola lainnya, volume trading saat proses terbentuknya tiang juga ikut meningkat. Pada fase ini, trader biasanya sudah bisa mengantisipasi bahwa konsolidasi mungkin akan segera terbentuk.
Setelah tiang terbentuk, harga kemudian akan berkonsolidasi dengan tren support dan resistance yang kian lama terlihat seperti segitiga mengerucut. Pada saat ini, volume trading juga terlihat susut sementara yang mengakibatkan harga aset pun gagal breakout berkali-kali.
Pada Bearish Pennant, pola sejatinya sudah terbentuk sempurna meski masing-masing dua garis tren belum menemui titik temu. Setelah berkonsolidasi sekian lama, harga aset akhirnya terjun hingga menembus titik support-nya dan melanjutkan tren bearish-nya.
Keberlanjutan tren bearish sejatinya bukanlah akhir dari petualangan trading seseorang. Malahan, trader, termasuk Sobat Cuan, bisa memanfaatkan pola ini untuk melancarkan beberapa strategi trading. Berikut contohnya!
Pada short trader biasanya memanfaatkan level lower trendline terakhir sebelum breakdown sebagai level entry-nya. Maklum, para short trader biasanya memang mengantisipasi penurunan harga aset demi bisa cuan maksimal.
Namun, jika Sobat Cuan bukanlah short trader, maka yang perlu kamu lakukan justru adalah memasang target stop loss.
Sebagai upaya preventif kehilangan banyak modal saat pola gagal breakout, kamu bisa memasang stop-loss pada badan candle pertama di garis tren paling atas (upper trendlines). Pasalnya, kamu bisa memanfaatkan level ini sebagai acuan resistence harga sementara selama kondolidasi berlangsung.
Selanjutnya, resistance ini berlaku saat harga melanjutkan downtrend. Sehingga, level ini ideal untuk memastikan dana trading kamu aman jika sewaktu-waktu harga bergerak di luar prediksi.
Baca Juga: Mengenal Ascending Triangle Pattern dan Strategi Tradingnya!
Download aplikasi Pluang untuk investasi Saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Sumber: Think Markets, Stockmarketedu, tradingmo
Bagikan artikel ini