Falling Wedge Pattern adalah pola yang bisa membuka gerbang cuan bagi trader. Seperti apa bentuk dan cirinya?
Falling Wedge Pattern adalah pola pergerakan harga aset yang mengindikasikan reversal bullish. Meski demikian, dalam beberapa kasus, pola ini justru memberikan sinyal keberlanjutan tren harga aset alias Continuation Pattern.
Secara visual, pola ini menunjukkan bahwa terdapat rentetan candlestick yang terlihat tak beraturan. Namun, jika harga-harga tertinggi dari masing-masing candlestick itu dihubungkan, maka ia akan membentuk satu pola garis (trendline) yang melandai.
Begitu pun sebaliknya. Jika harga-harga terendah dari masing-masing candlestick itu juga dihubungkan, maka ia pun akan membentuk satu pola garis tren yang sama-sama menurun.
Pada akhirnya, upper trendline dan lower trendline tersebut akan menyempit sebelum nantinya harga aset bergerak ke fase bullish. Sebagai contohnya, Sobat Cuan bisa melihat ilustrasi Falling Wedge Pattern di ilustrasi berikut!
Sebagai salah satu pola reversal, pola baji ini mendemonstrasikan kondisi di mana koreksi harga di pasar mulai kehilangan momentumnya secara berangsur-angsur. Namun, berbeda dengan pola reversal lain yang berlangsung pada kurun waktu yang lebih singkat, pola ini memerlukan 10 hingga 50 periode trading hingga dapat terbentuk sempurna.
Baca Juga: Mengenal Ascending Triangle Pattern dan Strategi Tradingnya!
Secara sekilas, pola ini memang cukup sulit untuk dikenali. Namun, untuk mengidentifikasinya, trader harus menemukan tiga syarat berikut sebelum meyakini bahwa pola harga yang terjadi adalah Falling Wedge.
Adapun tiga karakteristik dasar Falling Wedge tersebut adalah:
Dua garis tren, yakni upper trendline dan lower trendline, tampak menyempit ke bawah. Sebab, Falling Wedge Pattern terjadi pada downtrend di mana koreksi harga aset mulai semakin menampakkan titik jenuhnya.
Jika kamu menggunakan candlestick dalam melakukan analisis teknikal, maka kemunculan pola ini umumnya diikuti dengan kehadiran batang-batang yang semakin mengecil yang mengindikasikan bahwa rentang harga penutupan dan pembukaan aset pun semakin sempit.
Penyempitan rentang harga tertinggi dan terendah pada pola Falling Wedge harusnya diikuti dengan turunnya volume penawaran. Turunnya volume penawaran ini memantik upper trendline ke level yang lebih rendah hingga mendekati level lower trendline-nya.
Penurunan volume itu juga menunjukkan pergeseran momentum yang terjadi berangsur-angsur lantaran frekuensi aksi jual pun kian menipis. Sehingga, semakin kecil volume penawaran, maka batang candlesticks akan semakin pendek hingga dua garis tren tersebut akhirnya bertemu di satu titik.
Pada pola Falling Wedge, breakout terjadi ketika dua garis tren nyaris bertemu. Di titik ini, momentum jual sudah mencapai level oversold sehingga tren berbalik jadi bullish.
Hanya saja, breakout kemudian terjadi di upper trendline. Pada kondisi tersebut, downtrend sudah berbalik arah jadi uptrend diikuti dengan konsentrasi volume permintaan yang mengalahkan volume penawaran.
Trader kerap menemukan pola palsu pada chart trading mereka. Agar tidak terjebak sinyal palsu, maka kamu dapat memastikan pola ini dengan dua cara, yakni:
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, penurunan volume penawaran mengindikasikan momentum bearish yang melemah. Jika tren kehilangan momentumnya, maka potensi terjadinya reversal semakin meningkat.
Namun jika volumenya tidak mengalami penurunan, maka ada kemungkinan besar tren yang terjadi akan terus berlanjut.
Pada Falling Wedge Pattern, pergerakan harga aset di bawah level fibonacci retracement 50% memvalidasi keaslian pola. Indikator sederhana ini dapat kamu gunakan sebagai konfirmasi tambahan sebelum memutuskan untuk menggunakan sinyal reversal bullish dalam mengeksekusi aksi trading-mu.
Baca Juga: Mengenal Bullish Pennant dan Tips Gali Cuan Bermodal Pola Teknikal Ini!
Setelah mengenali pola dan memastikan keasliannya, kamu dapat menyusun strategi trading menggunakan sinyal reversal bullish dari pola ini. Berikut beberapa saran yang bisa jadi bahan pertimbangan kamu!
Level terbaik untuk masuk ke pasar yang berpotensi reversal ialah saat pola sudah terkonfirmasi sepenuhnya.
Dalam kasus Falling Wedge Pattern, trader biasanya melakukan entry setelah breakout terjadi, yakni ketika harga menembus upper trendline. Sebab, jika trader melakukan aksi trading sebelum breakout, bisa-bisa mereka terjebak dengan sinyal palsu.
Dengan demikian, Sobat Cuan juga bisa melakukan aksi entry setelah breakout terjadi. Jika memang tanda-tanda reversal muncul, maka itulah saat yang tepat bagimu untuk masuk ke pasar!
Ada beberapa saran level stop loss saat kamu memutuskan untuk trading dengan pola reversal bullish. Pertama, pada level sedikit di atas garis support-nya. Kedua, yakni pada titik lower high terakhir sebelum breakout.
Saran manapun yang kamu ambil, pastikan kamu memasang order ini ya, Sobat Cuan!
Pola reversal bullish umumnya tidak memiliki panduan terperinci mengenai target profit ideal. Namun, trader yang baik harus mengkalkulasi potensi risiko dan peluang profit dengan jitu sebelum masuk ke pasar.
Kamu bisa menggunakan rasio risiko:profit atau tolok ukur lainnya berdasarkan analisis kamu saat menentukan target cuan ini.
Jadi bagaimana Sobat Cuan? Sudah siap trading bermodal pola Falling Wedge?
Download aplikasi Pluang untuk investasi Saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Sumber: Investopedia
Bagikan artikel ini