Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Leveragearrow-icon

support-icon
Dirancang untuk Investor
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Keamanan

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

Informasi Terkini UntukmuBlogBerita & AnalisisPelajariKamus
bookmark

Cari berita, blog, atau artikel

Berita & Analisis

Pluang Insight: Kala Suku Bunga Membuat Laba Bank of America Berjaya

Pluang Insight: Kala Suku Bunga Membuat Laba Bank of America Berjaya

20 Apr 2023, 5:46 AM·Waktu baca: 7 menit
Kategori
Pluang Insight: Kala Suku Bunga Membuat Laba Bank of America Berjaya

Bank of America merilis laporan keuangan kuartal I 2023 yang ternyata cukup cemerlang. Penasaran seperti apa isinya? Simak selengkapnya di sini!

Bagaimana Kinerja Bank of America di Kuartal I 2023?

Pendapatan Bank of America

Sejumlah emiten pasar saham AS terlihat bernasib apes di tiga bulan pertama tahun ini karena diadang tantangan seperti ketidakpastian makroekonomi dan kenaikan suku bunga acuan. Namun, nasib itu tampaknya tidak berlaku bagi salah satu bank terbesar AS, Bank of America (BAC). Pasalnya, perusahaan sukses menorehkan pertumbuhan pendapatan yang mumpuni dan keluar sebagai salah satu emiten juara di periode tersebut.

Mengutip dari siaran persnya yang dirilis Selasa (18/4), perusahaan berhasil membukukan pendapatan sebesar US$26,3 miliar di triwulan I 2022 alias melesat tajam 13% dari US$23,2 miliar di periode yang sama setahun sebelumnya. 

Apabila ditilik lebih jauh, prestasi tersebut rupanya ditopang oleh pendapatan bunga bersih (NII) perusahaan yang sangat kokoh. Tercatat, Bank of America menghimpun NII sebesar US$14,4 miliar atau terbang 25% dari kuartal I tahun lalu.

Capaian itu pun tak lepas dari dua faktor utama, yakni kenaikan suku bunga acuan dan solidnya penyaluran kredit perusahaan.

Sekadar informasi, bank sentral AS The Fed telah berkali-kali mengerek suku bunga acuan sepanjang tahun lalu. Pada kuartal lalu, suku bunga AS sendiri telah menyentuh rentang 4,75%-5%, melonjak tajam dari 0%-0,25% di periode yang sama tahun sebelumnya.

Kenaikan suku bunga acuan sudah barang tentu menjadi berkah bagi sektor perbankan. Pasalnya, perbankan pun memiliki ruang untuk mengerek bunga kreditnya. Hasilnya, seperti yang sudah bisa ditebak, Bank of America pun ikut memetik buahnya di awal tahun ini.

Namun, perbankan tidak mungkin menikmati berkah kenaikan suku bunga acuan jika tidak dibarengi pertumbuhan penyaluran kredit yang juga kuat. Untungnya, dalam hal ini, perusahaan pun mampu membukukan penyaluran kredit outstanding sebesar US$1,03 triliun di kuartal lalu atau tumbuh 7% dari US$962 miliar di triwulan yang sama tahun sebelumnya.

Dari total penyaluran kredit tersebut, segmen consumer banking ternyata menjadi kontributor terbesar yakni sebesar US$304 miliar atau 29,24% dari total penyaluran kredit sepanjang kuartal lalu. Angka tersebut pun membaik 7,04% dari US$284 miliar di triwulan I 2022.

Tren penyaluran kredit Bank of America kuartalan (1Q22-1Q23)
Tren penyaluran kredit Bank of America kuartalan (1Q22-1Q23). Sumber: Bank of America

Salah satu alasan atas pertumbuhan ini adalah semakin getolnya nasabah Bank of America untuk memanfaatkan solusi jasa keuangan digital melalui Erica, yakni sebuah platform asisten virtual yang mampu melayani kebutuhan nasabahnya dengan kilat. 

Pada triwulan lalu, pengguna Erica pada segmen consumer banking tercatat sebanyak 45 juta akun dengan interaksi sebanyak 166,7 juta kali. Capaian tersebut melesat luar biasa dibanding kuartal I 2022, masing-masing sebanyak 39 juta akun dan 27,8 juta interaksi.

Baca Juga: Pluang Insight: Kala Kenaikan Bunga Acuan Menjadi Berkah Bagi Bank of America

Laba Bank of America

Pendapatan Bank of America yang tumbuh kekar rupanya ikut berdampak positif pada raihan laba bersihnya. Sebagai buktinya, perusahaan terlihat mencetak laba bersih US$8,2 miliar di triwulan lalu, menanjak 15% dari US$7,1 miliar di kuartal I 2022. Alhasil, Bank of America juga berhasil mencatat laba per saham US$0,94 atau naik 18% dari US$0,8 di kuartal I tahun lalu.

Seperti yang sudah diprediksi, jika dibedah dari segmennya, maka segmen consumer banking menyumbang laba bersih terbesar dengan nilai US$3,1 miliar atau 43,66% dari total laba bersih perusahaan. Menariknya, capaian tersebut juga tumbuh 4% dari periode yang sama tahun lalu.

Namun, jika ditilik dari sisi pertumbuhannya, maka Bank of America boleh berbangga diri dengan segmen global banking miliknya. Sebab, perusahaan berhasil mengoleksi laba bersih sebesar US$2,6 miliar atau melejit 48% dari periode yang sama di 2022. 

Hal ini diketahui merupakan buah dari pendapatan segmen global banking sebesar US$6,2 miliar atau tumbuh 19% jika dibandingkan dengan kuartal I tahun lalu. Bahkan, prestasi tersebut merupakan himpunan pendapatan kuartalan segmen global banking terbesar kedua sepanjang sejarah perusahaan.

Tak ketinggalan, perusahaan juga mampu menumbuhkan laba bersih dari aktivitas trading sebesar 9% dibandingkan kuartal I tahun lalu meski pendapatan dari aktivitas investment banking seperti IPO, penerbitan surat utang, atau merger & acquisition turun 20% dibandingkan dengan kuartal I 2022.

Kendati mencetak laba yang mumpuni, perusahaan sejatinya menghadapi sejumlah batu sandungan yang menjegal perusahaan untuk membukukan laba lebih baik di triwulan lalu. 

Pertama, perusahaan ternyata harus membayar beban nonbunga sebesar US$16,2 miliar atau membengkak 5,88% di kuartal yang sama tahun sebelumnya karena perusahaan membayar beban pajak gaji yang lebih tinggi, menggelontorkan dana investasi teknologi yang lebih besar, dan membayar beban pengawasan kepada lembaga penjamin simpanan AS (FDIC) dengan nilai yang juga lebih tinggi.

Kedua, laba bersih dari segmen global wealth dan investment management ternyata gagal “naik panggung” seperti segmen-segmen lainnya. Pada kuartal lalu, perusahaan membukukan laba bersih sebesar US$917 juta dari segmen tersebut atau melorot 19% dari triwulan I 2022 akibat volatilitas di pasar modal dan melandainya valuasi di pasar instrumen berpendapatan tetap.

Baca Juga: Pluang Insight: Duel Kinerja JP Morgan vs Bank of America. Siapa Paling Unggul?

Menimbang Prospek Saham Bank of America

Meski nasib mujur menghampirinya di kuartal lalu, namun Bank of America justru menaksir bahwa kondisi itu hanya bertahan seumur jagung. Pasalnya, perusahaan meramal akan meraup pendapatan bunga bersih sebesar US$14,3 miliar di kuartal II 2023 atau turun 2% dari triwulan sebelumnya.

Namun, proyeksi itu bukanlah argumen tanpa dasar. Sejauh ini, Bank of America memandang terdapat dua faktor yang menyebabkan terjadinya kondisi tersebut.

Pertama, perusahaan tentu harus membayar bunga simpanan, atau bunga dana pihak ketiga (DPK), lebih tinggi seiring meningkatnya suku bunga acuan. Hal ini tentu akan meningkatkan beban penyaluran pembiayaan dan menekan pendapatan bunga bersihnya.

Kedua, Bank of America juga menaksir bahwa pertumbuhan kredit korporasi belum akan meningkat signifikan di kuartal II lantaran kondisi ekonomi yang masih diselubungi ketidakpastian. Dengan kata lain, perusahaan kemungkinan akan menggantungkan pertumbuhan kreditnya pada pertumbuhan utang kartu kredit.

Namun, perlu diingat bahwa kredit korporasi adalah pembiayaan bernilai jumbo. Sehingga, jika penyaluran pembiayaan di segmen itu tersendat, maka kinerja penyaluran kredit perusahaan yang jadi taruhannya.

Di samping itu, perusahaan juga akan dihadapkan pada tantangan seperti kehadiran beban nonbunga sebesar US$15,8 miliar di kuartal II 2023 alias membengkak 7,5% dari periode yang sama tahun lalu. Tak cuma itu, pertumbuhan lini bisnis investment banking perusahaan diramal masih akan tiarap sebelum ada kepastian mengenai kebijakan pelonggaran suku bunga The Fed.

Tetapi, yang namanya tantangan pasti akan dibarengi dengan peluang. Berbincang mengenai hal itu, Bank of America rupanya memiliki beberapa katalis positif yang bisa mengembuskan angin segar ke kinerja keuangannya di 2023.

Sebagai contoh, perusahaan berencana membuka 500 kantor cabang baru di beberapa wilayah AS yang dilengkapi dengan teknologi yang canggih. Melalui kantor cabang tersebut, pelanggan dapat menikmati fasilitas mesin anjungan tunai mandiri (ATM) dan fasilitas konferensi video sehingga mereka dapat berkomunikasi dengan petugas bank di luar kantor.

Inisiatif tersebut, bersama dengan keberhasilan Erica dan Zelle, diharapkan dapat meningkatkan penawaran dan penjualan produk perbankan secara digital, seperti kredit pemilikan rumah (KPR), kredit kendaraan bermotor (KKB), dan kartu kredit. Hal ini juga membuktikan bahwa Bank of America terus menyelaraskan aktivitas perbankannya sesuai dengan kebutuhan pelanggan di zaman sekarang.

Selain itu, masyarakat AS diperkirakan akan semakin menaruh kepercayaan terhadap Bank of America menyusul krisis likuiditas perbankan yang melanda bank-bank kelas menengah AS sejak awal tahun.

Apalagi, simpanan yang terdapat di Bank of America terlihat cukup berkualitas. Per kuartal I 2023, 55% dari US$1,9 triliun total simpanan yang terdapat di perusahaan berasal dari segmen ritel dan bisnis kecil, di mana 83% di antaranya telah berbisnis dengan Bank of America selama lebih dari lima tahun terakhir.

Nah, reputasi ini diharapkan dapat menggaet lebih banyak nasabah berkualitas sehingga Bank of America pun bisa menjadi penyedia fasilitas simpanan terbaik di industri perbankan. Akibatnya, perusahaan juga akan bisa menghimpun sumber dana yang cukup untuk menyalurkan pembiayaan.

Masih menyoal sumber pendanaan, Bank of America juga memiliki akses yang mudah ke pasar utang lantaran surat utang perusahaan saat ini memiliki rating A-/AA- dari lembaga pemeringkat seperti S&P Global dan Fitch. Adapun per akhir Maret 2023, Bank of America memiliki total utang US$747,3 miliar dan aset kas dan setara kas sebesar US$376,2 miliar.

Kemudahan Bank of America dalam mengoleksi likuiditas, baik dari dana pihak ketiga dan pasar surat utang, diharapkan dapat memenuhi permintaan kredit masyarakat. Apalagi, permintaan kredit diramal masih bertumbuh dengan baik meski didera ancaman seperti kebijakan moneter ketat dan risiko resesi ekonomi.

Terakhir, Bank of America juga berkesempatan mengerek tingkat Return on Equity (ROE) setelah mengumumkan akan mengembalikan ekuitas sebesar US$4 miliar kepada pemegang saham melalui mekanisme pembelian saham kembali dan pembayaran dividen.

Menimbang seluruh tantangan dan peluang tersebut, analis pun menilai bahwa Bank of America bakal tetap menduduki jawara sebagai bank dengan pertumbuhan paling kokoh di AS. Konsensus analis Bloomberg sendiri menetapkan rating Buy bagi saham BAC dengan target harga US$36.97 atau 23% lebih baik dari harga penutupannya per Rabu (19/4).

Transaksi Saham BAC di Sini!

Mulai Perjalanan Investasimu dengan Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi Saham ASindeks saham ASemas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!

Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!

Ditulis oleh
channel logo

Marco Antonius

Right baner

Bagikan artikel ini

Apakah artikel ini berguna untukmu?

like
like
Right baner
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1

Daftar