ROE adalah salah satu indikator fundamental penting dalam melacak profitabilitas perusahaan. Pelajari ROE di artikel berikut!
Return on Equity (ROE) adalah salah satu rasio yang mengukur kinerja satu perusahaan. ROE dinyatakan dalam bentuk persentase yang dihasilkan dengan membagi laba bersih perusahaan dengan ekuitas yang dimiliki pemegang saham.
Lebih lanjut, ROE juga bisa disebut imbal dari aset bersih (return on net assets) mengingat ekuitas pemegang saham setara dengan aset perusahaan dikurangi modal, sesuai dengan prinsip akuntansi.
Bagi investor, indikator ROE adalah alat yang mengukur profitabilitas perusahaan dan seberapa efisien sebuah korporasi dalam menghasilkan laba. Dengan kata lain, angka ROE melambangkan kemampuan perusahaan dalam mengubah modal menjadi cuan. Artinya, semakin tinggi angka ROE, maka semakin efisien pula modal yang dikeluarkan perusahaan dalam menghasilkan profit.
Baca Juga: Annual Return
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, cara mengalkulasi ROE pada umumnya adalah dengan membandingkan laba bersih perusahaan dengan ekuitas pemegang saham. Namun, keduanya harus memenuhi syarat utama, yakni memiliki angka positif.
Jika Sobat Cuan ingin menghitung ROE, maka kamu bisa mencari data laba bersih melalui laporan keuangan suatu perusahaan. Sementara itu, kamu bisa menemukan data ekuitas pemegang saham melalui neraca (balance sheet) perusahaan.
Kemudian, kamu pun sepatutnya menggunakan data laba bersih dan ekuitas pemegang saham dalam satu rentang periode tertentu, misalnya 12 bulan. Hal ini ditujukan agar hasil perhitungan ROE benar-benar menggambarkan profitabilitas satu perusahaan dalam periode tersebut.
Sebagai contoh, anggap saja perusahaan A memiliki laba bersih Rp500 juta dan ekuitas yang dimiliki pemegang saham sebesar Rp1,5 miliar. Maka, ROE perusahaan A adalah 30%, yang merupakan persentase dari pembagian Rp500 juta dengan Rp1,5 miliar.
Namun, selain itu, ROE juga bisa didapatkan dari formula 1 dikurangi rasio pembayaran dividen kepada pemegang saham (dividend payout) di satu periode tertentu. Metode perhitungan ini umum disebut sebagai rasio retention.
Rumus ini bisa digunakan lantaran rasio dividend payout mewakili laba bersih yang didapatkan setiap pemegang saham. Sehingga, jika hasil perhitungan tersebut dibandingkan dengan hasil formula yang sama di periode sebelumnya, maka investor bisa mengetahui seberapa besar pertumbuhan dividen yang telah mereka terima.
Sesuai perhitungannya, tingkat ROE yang tinggi semestinya menggambarkan kemampuan baik sebuah perusahaan dalam "mengubah" modal menjadi laba.
Namun, definisi tersebut tidak sepenuhnya benar. Pasalnya, untuk menentukan baik atau buruknya tingkat ROE, sang investor perlu membandingkan ROE satu perusahaan dengan perusahaan lain di sektor yang sama.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan yang bergerak di sektor konsumer boleh saja memiliki ROE tinggi, misalnya 35%. Hanya saja, perusahaan-perusahaan lain di sektor serupa memiliki rata-rata ROE sebesar 40%.
Dengan demikian, maka profitabilitas perusahaan tersebut kalah efektif dibanding pesaingnya yang berkecimpung di sektor yang sama. Sehingga, tolok ukur dalam menentukan baiknya tingkat ROE satu perusahaan adalah memastikan bahwa nilainya lebih tinggi dari rerata sektoralnya.
Hanya saja, investor tidak boleh membandingkan tingkat ROE satu perusahaan dengan perusahaan lain yang bergerak di sektor berbeda. Ini lantaran tingkat profitabilitas antar satu sektor dengan sektor lainnya pun terbilang bervariasi.
Sebagai contoh, perusahaan teknologi atau ritel AS umumnya memiliki tingkat ROE normal 18%. Sementara itu, tingkat ROE perusahaan sektor utilitas AS bisa lebih rendah, yakni 10%.
Lebih lanjut, investor juga perlu membandingkan tingkat ROE satu perusahaan dengan rasio cost of equity, yakni tingkat pengembalian yang diharapkan investor setelah menanamkan modal di perusahaan tersebut.
Jika perusahaan tersebut mampu menghasilkan ROE lebih baik dari nilai cost of equity-nya, maka perusahaan itu dianggap sukses menghasilkan profitabilitas yang baik.
Begitu pun sebaliknya. Nilai ROE yang lebih rendah dari cost of equity menunjukkan bahwa perusahaan sebenarnya kurang efektif dalam mengelola modalnya untuk menciptakan cuan.
Baca Juga: Debt to Equity Ratio
ROE adalah salah satu indikator fundamental yang digunakan investor untuk memilih dan mengevaluasi investasi saham.
Melalui ROE, Sobat Cuan bisa memilih saham perusahaan apa saja yang diharapkan bisa mendulang cuan mumpuni dengan modal yang murah. Selain itu, bagi Sobat Cuan yang sudah menggenggam satu saham dalam satu periode tertentu, kamu dapat memanfaatkan ROE untuk menimbang apakah tetap menyimpan saham tersebut atau justru melepasnya.
Di samping itu, ROE adalah permulaan yang baik bagi kamu untuk mengestimasi pertumbuhan harga saham dan pertumbuhan dividen dari satu perusahaan di masa depan.
Sama seperti indikator fundamental lainnya, ROE adalah sesuatu yang memiliki kekurangannya tersendiri.
Salah satunya, perhitungan ROE bisa menjadi bias jika perusahaan memutuskan untuk membeli kembali sahamnya (buyback). Sebab, aksi ini akan mengurangi jumlah saham beredar. Sehingga, sesuai formulanya, nilai ROE perusahaan tersebut bisa melejit jika angka penyebutnya pun menyusut.
Selain itu, hasil perhitungan ROE kadang juga bisa menjadi bias lantaran formulanya tidak mengikutsertakan aset-aset tidak berwujud dari ekuitas yang dimiliki pemegang saham.
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, Saham AS, serta lebih dari 140 aset kripto dan belasan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Sumber: Investopedia, Corpotate Finance Institute
Bagikan artikel ini