Sektor finansial & Tech jadwalkan rilis laporan keuangan hingga saham Netflix jadi saham tech paling murah, terangkum di The Week Ahead berikut!
Musim perilisan laporan keuangan perusahaan (Earnings Season) berlanjut pekan ini, di mana deretan perusahaan kelas dunia siap memamerkan prestasi keuangannya di triwulan lalu.
Di sektor finansial, Bank of America (BAC), Goldman Sachs (GS) serta Morgan Stanley (MS) dijadwalkan merilis laporan keuangannya pekan ini. Tak ketinggalan, raksasa teknologi seperti Tesla (TSLA) dan Netflix (NFLX) juga akan memeriahkan Earnings Season kali ini.
Kelima perusahaan tersebut dijadwalkan akan menerbitkan laporan keuangannya pada Selasa (10/10) sampai Rabu (11/10) dan diharapkan dapat memengaruhi nilai indeks saham S&P 500 di akhir pekan mengingat nilai kapitalisasi pasar mereka yang sangat besar.
Secara lebih rinci, Sobat Cuan bisa menyimak ringkasan estimasi laba per saham (EPS) kedua perusahaan tersebut pada tabel di bawah ini!
*disclaimer: rata-rata kenaikan diambil dari nilai sehari setelah rilis laporan keuangan selama 8 periode sebelumnya jika berhasil mengalahkan estimasi pasar
Selain lima korporasi tersebut, Sobat Cuan juga bisa melihat jadwal lengkap emiten yang akan merilis laporan keuangannya pada minggu ini di tabel berikut!
Semua mata investor tertuju pada perilisan kinerja keuangan emiten sektor teknologi kuartal III 2023 yang dimulai pekan ini. Namun, investor sepertinya jangan kelewat optimistis terlebih dulu mengingat suku bunga acuan tinggi sepertinya akan menekan aspek keuangan sektor teknologi di kuartal lalu.
Sekadar informasi, The Fed telah mengerek suku bunganya secara agresif dari 0-0,25% di Februari 2022 menjadi 5,25-5,5% hingga September 2023 demi meredam inflasi AS yang terbilang kronis. Artinya, bank sentral AS tersebut sudah menaikkan suku bunga acuannya 525 basis poin dalam kurun 18 bulan terakhir.
Kendati demikian, upaya itu sepertinya belum cukup untuk membinasakan inflasi. Sebagai buktinya, Indeks Harga Konsumen (IHK) AS berada di level 3,7% per September 2023 alias masih lebih tinggi dari target inflasi The Fed 2%.
Kenaikan suku bunga acuan tentu akan ikut mengerek suku bunga pinjaman. Imbasnya, masyarakat AS pun mengerem konsumsinya. Hal tersebut mendorong warga AS untuk ikut mengurangi konsumsi barang nonprimer, termasuk produk-produk teknologi, dan memilih mengalokasikan pendapatannya untuk kebutuhan hidurp. Imbasnya, kinerja keuangan sektor teknologi pun bakal kena getahnya.
Terlebih, dampak ekonomi dari kenaikan suku bunga tersebut diramal bakal semakin terasa jelang akhir tahun.
Menurut FedWatch Tool CME Group, The Fed diramal akan mempertahankan suku bunga acuan pada pertemuan 31 Oktober-1 November 2023 mendatang. Pasalnya, The Fed dianggap masih punya ruang untuk meningkatkan suku bunga acuannya lagi seiring melejitnya tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS.
Apabila terjadi, maka keputusan itu sejatinya melanjutkan keputusan rapat FOMC September di mana The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya. Namun, patut diingat bahwa pada rapat tersebut, 12 dari 19 pejabat The Fed mendukung kenaikan suku bunga acuan satu kali lagi pada tahun ini.
Jika The Fed benar-benar mengerek suku bunga acuannya sekali lagi, maka efeknya bisa dirasakan pada Desember 2023 akibat munculnya lagging effect. Hal itu, sayangnya, bakal semakin menekan aktivitas ekonomi AS dan berimbas negatif ke keuangan perusahaan sektor teknologi di akhir tahun.
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, kenaikan suku bunga acuan memang punya korelasi negatif dengan kinerja keuangan sektor teknologi. Pun demikian, peristiwa itu tampaknya tak begitu memengaruhi kinerja saham-saham emiten sektor tersebut.
Sepanjang 2023, The Fed diketahui telah meningkatkan suku bunga acuannya sebanyak empat kali. Namun, saham tujuh perusahaan teknologi paling bonafide di AS yakni Amazon, Apple, Google, Meta, Microsoft, Nvidia, dan Tesla, atau dikenal sebagai The Magnificent 7, justru tetap mampu memberikan return positif jika dihitung sejak 1 Januari hingga 13 Oktober 2023.
Dari seluruh anggota klub tersebut, Nvidia mencetak prestasi terbaik dengan mencetak kenaikan return lebih dari 200% sepanjang tahun ini. Langkahnya kemudian berturut-turut diikuti oleh Meta, Tesla, Google, Amazon, Microsoft, dan Apple.
Ke depan, return saham sektor teknologi diperkirakan akan memperoleh embusan angin segar yang kencang dari maraknya adopsi teknologi kecerdasan buatan (AI). Pasalnya, menurut lembaga konsultasi McKinsey, teknologi AI generatif berpotensi memberikan nilai tambah sebesar US$4,4 triliun ke nilai output ekonomi global.
Kinerja saham teknologi boleh saja tetap kokoh meski “digoyang” kenaikan suku bunga. Namun, di antara seluruh saham perusahaan teknologi beken AS, saham perusahaan apakah yang sekiranya memiliki valuasi paling “murah”?
Tabel di atas menunjukkan bahwa Netflix (NFLX) adalah saham dengan valuasi termurah di antara jajaran emiten teknologi top AS jika ditilik dari rasio antara harga saham dengan labanya (rasio P/E). Bahkan, valuasi Netflix saat ini sebesar 24,2 juga “terdiskon” dari rata-rata rasio P/E miliknya dalam lima tahun terakhir, yakni 44,5.
Lebih lanjut, konsensus analis juga memproyeksikan bahwa pendapatan NFLX di kuartal lalu bisa mencapai US$8,54 miliar, tumbuh 7,8% dari periode yang sama tahun lalu. Namun, untuk membuktikan proyeksi tersebut, Sobat Cuan ada baiknya menyimak laporan keuangan perusahaan yang dijadwalkan dirilis pada Rabu (18/10).
Selain itu, Sobat Cuan juga bisa menyimak proyeksi valuasi emiten sektor teknologi ke depan dengan menyimak tabel di bawah ini.
Download aplikasi Pluang untuk investasi Saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Bagikan artikel ini