Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Fitur Proarrow-icon

support-icon
Dirancang untuk Investor
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Keamanan

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

Kamus

Teori Keynesian dalam Ekonomi
shareIcon

Teori Keynesian dalam Ekonomi

56275  dilihat·Waktu baca: 4 menit
shareIcon
Teori Keynesian dalam Ekonomi

Apa Itu Keynesian Economy?

Keynesian economy adalah teori ekonomi tentang pengeluaran total dalam perekonomian dan pengaruhnya terhadap output, inflasi, dan situasi ketenagakerjaan.

Teori ini dikembangkan oleh ekonom Inggris John Maynard Keynes, yang juga dijuluki bapak ekonomi modern, di tahun 1930-an dalam upaya untuk memahami Depresi Besar (The Great Depression).

Keynesian Economy
John Maynard Keynes. Sumber: Public Domain/Investopedia

Kala itu, ia beranggapan, intervensi pemerintah adalah hal krusial bagi sebuah negara untuk bisa keluar dari jeratan resesi ekonomi. Sehingga, Keynes menganjurkan pemerintah untuk menggenjot pengeluarannya dan menurunkan tarif pajak untuk merangsang permintaan masyarakat dan, pada akhirnya, meloloskan diri dari resesi ekonomi.

Bahkan, lebih lanjut, Keynes juga percaya bahwa intervensi pemerintah yang menyasar pada permintaan agregat dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih optimal lagi. Tak heran jika Ekonomi Keynesian dianggap sebagai teori ekonomi dari “sisi permintaan agregat” yang berfokus pada perubahan ekonomi jangka pendek.

Nah, teori Keynes tersebut sejatinya bertolak belakang dengan teori ekonomi klasik yang menyebut bahwa seluruh mekanisme ekonomi, baik pembentukan harga hingga permintaan dan penawaran, haruslah berjalan apa adanya (laissez-faire).

Baca juga: Apa Itu Skala Ekonomis?

Mengenal Munculnya Keynesian Economy

Teori Ekonomi Keynes Berasal dari Depresi Besar

Keynes pertama kali mencurahkan gagasannya mengenai Keynesian Economy dalam sebuah buku bertajuk The General Theory of Employment, Interest, and Money yang dirilis pada 1936. Melalui buku tersebut, Keynes mencoba mengambil sisi berbeda dari ekonom pada umumnya terkait penanganan Depresi Besar yang melanda ekonomi global pada masa itu.

Sebelum Depresi Besar terjadi, ekonom selalu beranggapan bahwa investor dan bisnis selalu memanfaatkan rendahnya harga bahan baku dan rendahnya upah sumber daya manusia ketika ekonomi sedang lesu. Hal itu dapat dimaklumi mengingat pelaku usaha tentu akan memanfaatkan sumber daya berharga murah untuk memaksimalkan cuan sebesar-besarnya. Jika kondisi ini dibiarkan apa adanya, maka ekonomi pun semestinya akan kembali ke keseimbangan semula.

Sayangnya, teori itu tak tercermin ketika Depresi Besar berlangsung. Kala itu, sejumlah negara memang membukukan angka pertumbuhan ekonomi yang suram. Namun, investor dan pebisnis justru enggan memanfaatkan sumber-sumber daya yang tersedia meski tengah berharga murah. Hasilnya, tingkat pengangguran cukup tinggi dan output perekonomian terbilang rendah.

Mengenal Lebih Jauh Buah Pikir Keynes

Berkaca pada gagalnya teori ekonomi klasik di masa keguncangan ekonomi, Keynes pun mengutarakan opininya mengenai penanganan ekonomi yang semestinya dilakukan di saat-saat itu.

Keynes berpendapat bahwa investor dan dunia bisnis pasti akan diliputi ketakutan berlebih ketika situasi ekonomi sedang tidak sehat. Alasannya sederhana, pelaku usaha tentu ogah memproduksi barang dan jasa ketika permintaannya terlihat tidak pasti. Sebagai implikasinya, pelaku usaha pun enggan memanfaatkan tenaga kerja dan bahan bakunya untuk kegiatan produksi meski harganya sedang murah-murahnya.

Namun, jika ketakutan tersebut dibiarkan terus menerus, maka kegiatan ekonomi pun akan mandek. Hasilnya, pertumbuhan ekonomi tidak akan tercipta dan tingkat pengangguran pun akan selalu tinggi. Ujung-ujungnya, ekonomi pun tak akan kembali ke posisi ekuilibriumnya seperti semula.

Dalam situasi tersebut, Keynes beranggapan bahwa pemerintah seharusnya menjadi satu-satunya lembaga yang semestinya memiliki kuasa untuk "memanipulasi" permintaan agregat di masyarakat. Pasalnya, munculnya permintaan pasti akan menggugah pelaku usaha untuk kembali melakukan proses produksi dan menyerap tenaga kerja. Pada akhirnya, intervensi pemerintah itu pun akan kembali menggerakkan ekonomi.

Untuk mendongkrak permintaan agregat, pemerintah disarankan untuk menambah belanjanya dan memfokuskan belanja tersebut untuk memperbaiki daya beli masyarakat.

Tak ketinggalan, Keynes juga menyarankan pemerintah untuk memangkas tarif pajak agar masyarakat tergerak untuk membelanjakan uangnya. Selain itu, penurunan tarif pajak pun diharapkan bisa mendorong pelaku usaha untuk tetap berinvestasi di masa-masa sulit.

Baca juga: Apa Itu Command Economy?

Mengenal Karakteristik Keynesian Economy

Keynesian economy memiliki sejumlah poin-poin unik yang membedakannya dengan teori ekonomi klasik. Lantas, seperti apa ringkasannya?

  1. Keynesian economy percaya bahwa pemerintah dan sektor swasta adalah dua aktor utama yang dapat menyeimbangkan permintaan agregat. Sebagai contoh, jika konsumsi masyarakat sedang lesu, maka pemerintah harus bekerja keras untuk kembali mengerek permintaan agregat. Sebaliknya, jika konsumsi masyarakat tengah membludak, maka pemerintah harus bekerja keras untuk mengerem konsumsi agar tidak terjadi kenaikan harga barang dan jasa.
  2. Harga dan upah akan bereaksi lambat terhadap perubahan permintaan dan penawaran. Akibatnya, akan terjadi gejolak kelangkaan dan surplus sumber daya, khususnya tenaga kerja, di jangka pendek.
  3. Perubahan permintaan agregat akan berdampak paling kuat pada kondisi ketenagakerjaan dan output perekonomian pada jangka pendek. Sementara itu, perubahan permintaan agregat tidak akan mempengaruhi harga barang dan jasa di jangka pendek. 
  4. Kaum penganut Keynesian economy percaya bahwa setiap belanja yang digelontorkan pemerintah memiliki efek pengganda (multiplier effect), yakni seberapa besar output ekonomi akan bertambah jika pemerintah menambah anggarannya dalam jumlah tertentu. Jika angka multiplier tersebut lebih dari 1, maka kenaikan belanja pemerintah sebesar US$1 akan berdampak terhadap output ekonomi sebesar lebih dari US$1.
  5. Kebijakan fiskal dan moneter adalah alat utama yang direkomendasikan oleh untuk mengelola ekonomi dan memerangi pengangguran.

Kesimpulan

Keynesian economy adalah sebuah gagasan ekonomi yang mencoba mendobrak stigma teori ekonomi klasik pada saat itu. Keynes mengatakan, permintaan agregat adalah faktor esensial untuk kembali menggerakkan ekonomi di tengah situasi sulit. Sehingga, pemerintah perlu mengelola permintaan agregatnya agar tidak mengalami kejatuhan ekonomi.

Seiring perubahan ekonomi, kalian juga perlu menyesuaikan finansialmu. Dengan investasikan sebagian penghasilanmu, ekonomi pribadi menjadi stabil. Berikut adalah dua indikator ekonomi yang bisa pengaruhi investasimu.

Atau mungkin, kamu cemas akan resesi ekonomi memengaruhi portofolio investasimu? Kamu bisa ikuti lima langkah di artikel ini.

Mulai Perjalanan Investasimu dengan Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emasS&P 500 dan Nasdaq index futuresSaham AS, serta lebih dari 140 aset kripto dan belasan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!

Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!

Sumber: Investopedia, International Monetary Fund

Baca juga:

Apa Itu Kapitalisasi Pasar?

Outlook Dolar AS Masih Terlihat Bearish, Lalu Apa Rekomendasinya?

Memahami Analisa Saham 52 Weeks High Low dalam Investasi

Ditulis oleh
channel logo

Galih Gumelar

Right baner

Galih Gumelar

Bagikan artikel ini

Artikel Terkait

Indeks

Right baner
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1