Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Fitur Proarrow-icon

support-icon
Dirancang untuk Investor
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Keamanan

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

Blog

Memahami Analisa Saham 52 Weeks High Low dalam Investasi
shareIcon

Memahami Analisa Saham 52 Weeks High Low dalam Investasi

28 Jul 2020, 4:15 AM·READING_TIME
shareIcon
Kategori
52 week high low

Salah satu analisa saham yang dijadikan patokan investasi adalah 52 week high low. Mengapa demikian?

“Volume and Price Patterns Around a Stock’s 52-Week Highs and Lows: Theory and Evidence”, bentuk kerja sama 3 universitas di Amerika Serikat, tahun 2008, menjelaskan efektivitas strategi ini.

52 week high low

Secara singkat, buku tersebut menjelaskan bahwa seiring dengan berjalannya waktu, 52 week high low semakin terbukti dan relevan dalam pasar saham besar. Sementara itu, strategi ini tidak terlalu berpengaruh untuk analisa saham kecil.

Angka-angka dalam analisa ini menjadi harga patokan di mana sekuritas telah diperdagangkan dalam periode tertentu atau setara dalam satu tahun.

Analisa saham ini dipandang sebagai indikator teknis dalam pasar saham.

Baca juga: Atur Stabilitas Keuangan Masa Pandemi, Ketahui 5 Kebijakan Moneter BI

Apa itu 52 week high low?

Analisa saham ini adalah indikator teknis yang biasanya digunakan oleh investor dan penjual. Angka-angka yang muncul menjadi figur penting karena menjadi prediktor pergerakan harga saham di masa mendatang.

Misalnya, ada seorang investor yang tertarik pada suatu saham tertentu karena harganya hampir mendekati harga tertinggi atau terendah dalam 52 minggu terakhir. Tentu saja, range harga yang ada harus eksis dalam rentang 52 pekan tersebut.

Tinggi rendah harga ditentukan pada harga penutupan harian. Pada kenyataannya, suatu saham sering melanggar titik tertinggi intraday 52 week. Namun, pada akhirnya, harga saham tersebut akan ditutup di bawah 52 week high.

Hal sama berlaku ketika suatu harga saham turun. Ini akan membuat titik baru dalam 52 week low, dan gagal ditutup pada titik terendah pada minggu baru 52 week. Kegagalan untuk mendaftarkan titik baru pada penutupan dengan analisa saham ini bisa sangat berpengaruh secara signifikan.

Salah satu fungsi utamanya adalah untuk membantu menentukan titik masuk atau keluar. Ini penting dilakukan terhadap saham yang diperjualbelikan. Contohnya, seorang penjual membeli saham A pada saat harganya melebihi 52 week high atau menjual saham tersebut pada saat jatuh melebihi 52 week low.

Rasionalisasi dari perilaku ini adalah jika harga melampaui titik 52 week high low (baik melebihi atau berada di bawah range, harus ada beberapa momentum yang cukup kuat untuk melanjutkan pergerakan harga ke arah yang sama.

Stop-order adalah salah satu fasilitas yang sering digunakan oleh investor dalam strategi ini. Stop-order ada untuk memulai posisi baru atau pun menambahkan posisi baru pada pergerakan harga yang sedang eksis.

Baca juga: Baru Belajar Investasi? Ketahui 5 Contoh Kelas Aset dan Cara Mengelolanya

Tren putar balik dari 52 week high low

Jika sebuah saham telah mencapai intraday 52 week high, namun ditutup negatif pada hari itu juga, maka saham tersebut bisa terhenti dan susah bangkit. Bisa dipastikan jika harga saham tersebut tidak akan jauh lebih tinggi dari harga terakhir penutupan.

Hal tersebut dapat dilihat dari prestasi harian yang muncul ketika penjualan sekuritas jauh lebih tinggi daripada harga pembukaannya. Kemudian, harganya jatuh, bahkan lebih rendah atau hampir menyamai harga pembukaannya, pada hari itu juga.

Profesional dan investor seringkai menggunakan 52 week high low sebagai cara untuk menetapkan pesanan take-profit sekaligus mengunci kemungkinan keuntungan. Mereka juga biasa menggunakan 52 week low untuk menentukan level stop-loss sebagai cara membatasi kerugian.

Mengingat kecenderungan bias titik atas di pasar saham, 52 week high bisa juga merepresentasikan bullish di pasar. Hal ini biasanya dikarenakan ada sejumlah investor yang siap memberikan apresiasi harga lebih lanjut untuk mengunci sebagian bahkan semua keuntungan mereka.

Saham yang sedang high sangat rentan terjadi aksi ambil untung (profit-taking) yang menghasilkan pullback dan pembalikan tren (trend reversals).

Demikian pula, ketika saham membuat titik terendah baru dan gagal untuk mendaftarkan harga penutupan baru, keadaan ini dibaca sebagai perubahan tanda dari bawah.

Hal ini dapat ditentukan dari candlestick harian, yang terjadi ketika sekuritas diperdagangkan secara signifikan lebih rendah dari harga pembukaannya. Keadaan ini dapat memicu penjual atau short-sellers untuk membeli dan menutup posisi mereka. Dampak lainnya, keadaan ini mendorong para bargain hunters untuk mulai bergerak.

Diversifikasikan Portofoliomu dengan Investasi Emas Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang di sini untuk membeli emas digital dengan harga paling kompetitif di pasaran! Selisih harga jual-beli terendah dan tanpa biaya tersembunyi apapun. Emas yang kamu beli aman karena disimpan di Kliring Berjangka Indonesia (BUMN), produk emas Pluang dikelola oleh PT PG Berjangka yang sudah terlisensi dan diawasi oleh BAPPEBTI. Kamu juga bisa menarik fisik emasnya dalam bentuk logam mulia Antam dengan kadar 999.9 mulai dari kepingan 1 gram hingga 100 gram!

Sumber: Investopedia

Simak juga:

Apa Itu Strike Price?

Investasi Saham Sesuai Kondisi Pasar, Bagaimana Caranya?

Cuan dengan Manfaatkan Celah Bid Ask Spread untuk Dapatkan Untung

Ditulis oleh
channel logo

Galih Gumelar

Right baner

Bagikan artikel ini

Artikel Terkait

Artikel Terkait

no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1