Dua pekan lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mengonfirmasi bahwa Indonesia masih berada dalam jeratan resesi ekonomi. Pertumbuhan ekonomi pada 2020 tercatat -2,07% secara tahunan, menyebabkan tekanan ekonomi kali ini adalah yang terparah sejak krisis moneter 1998 silam. Wah, apakah hal ini akan berdampak ke analisis investasi kamu?
Memang, beberapa lembaga seperti Bank Dunia dan International Monetary Fund (IMF) meramal bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan pulih hingga akhir tahun ini. Namun, resesi yang berlangsung sekarang tentu membuat investor mesti memikirkan strategi dalam menyesuaikan portofolio investasi mereka.
Saat resesi ekonomi, investor cenderung menjual saham yang berisiko tinggi dan berpindah pada sekuritas yang lebih aman, seperti hutang pemerintah. Bagi investor pemula, hal ini merupakan sebuah tantangan. Apalagi, kamu tentu tidak akan pernah tahu kapan resesi akan berakhir.
Namun, dengan berpegang pada teori portofolio dan analisis investasi yang mumpuni, keuntungan pada saat situasi ekonomi lemah pun bukan suatu hal yang mustahil jika kamu melakukan diversifikasi portofolio! Nah, kenali yuk, teori portofolio dan analisis investasi seperti apa yang mesti kamu siapkan di saat resesi!
Baca juga: Kerap Disamakan, Inilah Perbedaan Resesi Ekonomi dan Krisis
Ketika berhubungan dengan pasar, resesi cenderung menyebabkan investor menghindari saham yang berisiko atau risk aversion. Namun sejatinya, kunci berinvestasi sebelum, selama, dan setelah resesi adalah dengan memerhatikan dengan seksama gambaran pasar secara umum.
Cara ini akan lebih efektif melegakan sifat harap-harap cemas kamu daripada gemetaran mengukur waktu yang tepat keluar pasar. Sebab, tidak ada yang bisa menjamin kapan siklus tersebut terjadi, termasuk investor ritel atau bandar.
Lantas, bagaimana caranya mengukur gambaran pasar modal kamu secara umum?
Memadukan dua elemen tersebut bisa menolong investasi kamu. Pertama-tama, coba pertimbangkan indikator ekonomi makro yang terdampak resesi, misalnya inflasi. Kemudian, analisis bagaimana pengaruhnya terhadap pasar modal.
Teorinya, ketika resesi terjadi, perusahaan akan mengurangi investasi bisnis, konsumen pun akan memperlambat pengeluaran, serta orang-orang akan mulai pesimis tentang masa depan.
Sejarah membuktikan bahwa pasar ekuitas terbukti bisa diandalkan sebagai indikator utama resesi ekonomi. Itu karena, pasar ekuitas masih bisa bekerja secara efektif meski dalam masa turun atau downturn.
Berinvestasi pada perusahaan kelas atas atau blue chip, yang memiliki sejarah panjang bisa bertahan pada saat pasar turun, adalah pilihan yang sangat bijak.
Kamu bisa menelisik beberapa indikator sebagai bahan pertimbangan. Misalnya, seberapa kuat neraca mereka, seberapa banyak utangnya, dan apakah mereka memiliki arus kas yang sehat? Ingatlah, perusahaan dengan banyak utang bisa mengancam investasi kamu jika mereka tidak bisa membayar utang serta operasionalnya.
Diversifikasi sangat penting selama resesi karena ada beberapa industri dan perusahaan yang bisa diperkuat selama resesi. Diversifikasi juga bisa bertindak sebagai check and balances atas kerugian portofolio selama resesi.
Pasar pendapatan tetap atau fixed-income bisa terdampak juga selama resesi. Investor cenderung menghindar dari risiko kredit, seperti obligasi korporasi dan sekuritas yang didukung hipotek (MBS) yang memiliki presentasi lebih tinggi untuk gagal bayar. Menjual saham fixed-income sering dilakukan investor sebagai upaya menyelamatkan diri.
Dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip di atas, portofolio investasi kamu semakin komprehensif. Selanjutnya, perhitungan investasi seperti apa yang perlu dipikirkan?
Baca juga: Angin Positif di Tengah Ketidakpastian Ekonomi, Harga Emas Naik Rp942 ribu per Gram
Setelah mengenal prinsip-prinsip portofolio investasi saat resesi, sekarang waktunya kalian membuat perhitungan atau analisis investasi.
Bidang komoditas menjadi alternatif investasi. Komoditas, yang berarti sebagai input, sangat diperlukan pada saat pertumbuhan ekonomi. Semakin cepat pertumbuhannya, makan semakin banyak penawaran komoditas. Hasilnya, harga komoditas akan naik.
Atur mindset kamu agar berinvestasi untuk pemulihan. Ciri orang sukses adalah dia yang bisa berpikiran jauh ke depan. Coba kamu mulai analisis, bagaimana ketika ekonomi mulai pulih? Sektor mana saja yang harus diawasi?
Strategi ampuh yang sering digunakan pemerintah adalah mengurangi suku bunga untuk meningkatkan jumlah uang beredar. Akibatnya, permintaan pasar akan investasi yang berisiko tinggi akan meningkat. Dengan kata lain, pasar ekuitas memiliki potensi yang sangat besar pada saat pemulihan ekonomi.
Indikator lain yang mesti masuk dalam analisis kamu adalah faktor risiko dan kekhawatiran hasil. Memerhatikan faktor-faktor internal dan eksternal investasi merupakan pilihan bijak. Hal ini tidak hanya membuat portofolio lebih kuat. Tapi juga membuat kamu semakin berhati-hati dalam mengambil keputusan.
Disiplin belajar, beralih dari investasi berisiko tinggi selama masa optimis, dan merangkul semua risiko ketika orang lain menghindari adalah kunci portofolio investasi saat resesi. Jadi, mari persiapkan portofolio investasi kamu dari sekarang demi diversifikasi portofolio yang canggih!
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Sumber: Investopedia, Kontan
Bagikan artikel ini