Dunia investasi saham mengenal istilah analisis fundamental dan teknikal pasar modal. Namun, apakah keduanya bisa digabungkan? Jika ya, maka bagaimana cara tepat melakukannya?
Dalam investasi atau trading saham, investor biasanya menggunakan amunisi dalam bentuk analisis fundamental dan teknikal.
Analisis fundamental saham adalah metode untuk menganalisis kelayakan saham berdasarkan laporan keuangan dan kondisi ekonomi terkait emiten tersebut. Secara singkatnya, analisis fundamental adalah analisis yang mencari nilai intrinsik dari sebuah saham.
Sementara itu, analisis teknikal adalah mengukur arah pergerakan saham atau trennya bermodalkan data historis pergerakan harga saham tersebut. Bagi trader dan investor, penggunaan analisis ini cukup masuk akal lantaran pola pergerakan harga aset di masa lalu umumnya akan terulang lagi di masa depan.
Dalam analisis teknikal, trader biasanya mengesampingkan faktor-faktor fundamental sebuah aset dan hanya akan menjalankan aksi sesuai dengan data-data historis harga aset.
Namun, kehadiran dua analisis itu menimbulkan beberapa pertanyaan: Bagaimana sejatinya hubungan antara analisis fundamental dan teknikal saham? Apakah trader dan investor bisa menggabungkan keduanya? Atau harus memilih salah satu saja?
Ternyata, investor dan trader bisa mengombinasikan keduanya saat melakukan keputusan trading. Mereka bisa menggunakan analisis fundamental untuk mengetahui gambaran besar situasi yang terjadi saat ini dan bisa memanfaatkan analisis teknikal untuk menentukan titik masuk dan keluar yang paling optimal.
Secara lebih rinci, berikut tambahan-tambahan informasi yang bisa didapatkan trader dan investor ketika mereka mengombinasikan analisis fundamental dan teknikal saham!
Baca Juga: Lebih Baik Investasi Saham Domestik atau Saham Global? Atau Keduanya?
Perpaduan antara dua teknik analisis akan menghasilkan hasil yang lebih akurat terhadap beberapa faktor berikut ini:
Ketika seorang investor ingin melakukan riset dalam memilih saham andalannya, maka ia bisa memulainya dengan melihat volume.
Volume sendiri adalah hasil perpaduan antara analisis teknikal dan fundamental yang sangat populer di kalangan trader ketika ingin melakukan konfirmasi triangulasi saat trading.
Secara fundamental, volume adalah cerminan sentimen pasar terhadap saham tersebut. Pasti ada alasan mengapa trader tiba-tiba mengoleksi atau membuang satu saham di satu waktu tertentu. Hanya saja, kekuatan jual-beli tersebut, plus kemungkinan pembalikan harganya (reversal), tentu hanya bisa diukur melalui analisis teknikal.
Nah, dengan memadukan analisis fundamental dan teknikal, trader dan investor bisa mendapatkan konteks yang lebih dalam mengenai penurunan atau kenaikan volume trading saham.
Selain itu, kombinasi antara analisis fundamental dan teknikal juga bisa membuat trader dan investor melacak pergerakan harga saham ke depan dengan lebih baik.
Analisis fundamental punya kelebihan dalam memetakan harga berikut kelayakan saham tersebut pada periode yang lebih panjang. Di dalamnya, analisis tersebut juga meliputi industri mana yang sedang memiliki kinerja baik dan potensial pada periode mendatang.
Namun, trader atau investor tentu bertanya-tanya, apakah saham potensial itu akan selalu berkinerja mulus? Di kondisi seperti apa nilai saham tersebut akan mengalami guncangan, reli, atau justru mengalami reversal? Nah, pertanyaan itu tentu bisa dijawab melalui analisis teknikal.
Secara singkatnya, analisis fundamental dapat membantu pelaku pasar memilih saham apa saja yang sekiranya potensial di masa depan. Sementara itu, analisis teknikal dapat membantu mereka dalam menentukan momentum yang tepat untuk masuk atau keluar dari pasar.
Baca Juga: Mengapa Harga Saham Sulit Diramal?
Reaksi pasar melalui pergerakan harga akan membentuk pola. Pola-pola ini memiliki kecenderungan untuk berulang sepanjang waktu.
Sebagai contoh, pasar saham cenderung mengulangi pola bearish tiap kali The Fed memutuskan untuk menaikkan bunga acuan. Sebabnya, kebijakan The Fed amat memengaruhi sentimen pasar. Namun, seberapa besar reaksi pasar terhadap kabar tersebut tentu bisa diukur melalui analisis teknikal.
Dengan demikian, analisis fundamental membantu kamu memahami alasan di balik pola pergerakan harga saham yang terus berulang. Sementara itu, melalui analisis teknikal, kamu akan mampu menebak kapan pola akan berulang dan seberapa kuat dampaknya.
Kendati demikian, memadukan analisis fundamental dan teknikal pasar modal juga memiliki kekurangan tersendiri. Lantas, apa saja kekurangan tersebut?
Trader dan investor bisa mengantisipasi pergerakan harga masa depan melalui analisis fundamental dan teknikal. Namun, gabungan analisis ini tidak bisa menaksir data-data fundamental yang mungkin bisa terjadi di masa depan.
Sebagai contoh, menurut historinya, analisis fundamental bisa jadi menemukan bahwa harga saham terkoreksi karena aksi korporasi tertentu. Namun, koreksi harga saham di masa depan bisa jadi tidak ditentukan oleh hal tersebut, sehingga prediksi pergerakan harga yang dilakukan pelaku pasar bisa menyimpang signifikan dari kenyatannya.
FOMO alias fear of missing out adalah sikap ikut-ikutan yang patut kamu hindari. Pasalnya, tren tidak selalu bergerak sesuai prediksi. Apalagi jika prediksi tersebut bukan berlandaskan analisis yang memadai.
Sayangnya, sikap FOMO ini kadang sulit diantisipasi baik dari sisi analisis fundamental maupun teknikal.
Tidak seperti histori harga saham yang berulang dan berpola sehingga dapat ditebak, faktor makroekonomi dalam analisis fundamental tidak memiliki chart analisis yang serupa.
Kamu tidak bisa menebak begitu saja kapan akan terjadi krisis maupun pandemi. Bisa saja kebijakan suatu perusahaan mengubah arah harga sahamnya dalam semalam tanpa bisa kamu antisipasi sebelumnya.
Tak hanya itu saja, seringkali fenomena makro menyebabkan efek domino yang sulit terbaca. Misalnya, kebijakan OPEC meningkatkan suplai minyak tidak selalu direspons positif oleh pasar.
Subjektivitas tentunya tidak bisa dihindarkan, termasuk saat menganalisis pergerakan harga. Baik melalui pendekatan analisis fundamental maupun analisis teknikal, subjektivitas kamu sebagai analis akan memainkan peran dalam memetakan harga dan memproses data serta informasi.
Ini patut kamu antisipasi. Sebab, unsur subjektif seringkali membuat bias saat menganalisis. Jika dapat menyikapinya dengan baik, subjektivitas tersebut bisa juga menjadi keuntungan tersendiri bagi kamu.
Baca Juga: Apa Untungnya Beli Saham IPO?
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi Saham AS, indeks saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Sumber: Investopedia, forexacademy
Bagikan artikel ini