Obligasi punya karakteristik yang unik dan berbeda dengan instrumen lain. Lantas, apa saja konsep dasar obligasi?
Obligasi adalah salah satu investasi efek berpendapatan tetap yang bertujuan untuk memberikan tingkat pertumbuhan nilai investasi dengan risiko yang relatif lebih stabil dari saham.
Investasi ini berbentuk surat utang yang berisi janji penerbit ke pembeli obligasi untuk membayar imbalan berupa bunga (kupon) pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada akhir waktu yang telah ditentukan serta dapat diperjual-belikan.
Adapun yang dimaksud penerbit adalah perusahaan swasta maupun pemerintah yang menerbitkan surat utang untuk mendapatkan modal agar kinerja perusahaan tidak terhambat akibat kekurangan dana.
Baca juga: Serba-serbi Investasi Obligasi yang Perlu Kamu Ketahui
Sama seperti instrumen investasi lainnya, obligasi juga memiliki konsep dasar obligasi yang harus diperhatikan oleh calon investornya. Lantas, apa saja konsep dasar obligasi yang perlu diketahui?
Obligasi punya banyak jenis. Namun secara sederhananya, obligasi terbagi atas jenis penerbitnya, yakni obligasi pemerintah, korporasi, dan ritel.
Hanya saja, jika ditilik lebih detail, maka instrumen investasi ini dapat dikategorikan berdasarkan nominal, penerbit, sistem pembayaran bunga, dan imbal hasil. Berikut penjelasannya:
Obligasi berdasarkan nominal terdiri atas dua jenis, yakni:
Obligasi berdasarkan penerbit terdiri atas tiga jenis, yakni:
Obligasi berdasarkan sistem pembayaran bunga terdiri atas empat jenis, yakni:
Obligasi berdasarkan imbal hasil terdiri atas dua jenis, yakni:
Nilai obligasi dikenal dengan jumlah emisi obligasi atau nilai utang pokok. Nilai ini adalah informasi dasar perihal jumlah dana yang akan didapatkan dari investor atau jumlah uang yang dibutuhkan oleh penerbit obligasi. Besaran nominal yang dikeluarkan harus didasarkan oleh aliran arus kas perusahaan, kinerja perusahaan, dan tujuan bisnis agar investasi bergerak sesuai fakta.
Instrumen investasi ini memiliki periode waktu mulai dari 1-10 tahun. Umumnya, waktu jatuh tempo surat obligasi adalah lima tahun dan para investor lebih memilih obligasi jangka pendek karena nilai risikonya yang lebih kecil dibandingkan obligasi jangka panjang.
Membeli obligasi tidak semudah membeli suatu barang di toko. Pembelian obligasi dikuatkan dalam sebuah kontrak yang berisi hak dan kewajiban pihak penerbit dan pemegang aset, serta ketentuan dan batasan dalam bertransaksi seperti pembelian atau penjualan aset tetap perusahaan, penarikan pinjaman, pembayaran dividen, dan sebagainya.
Adapun konsep dasar obligasi berikutnya berkaitan dengan imbalan, yakni Principal Rate dan Coupon Rate.
Principal Rate adalah nominal uang yang perlu dibayarkan oleh penerbit surat utang pada pemegang obligasi saat masa jatuh tempo. Nilai principal rate berkaitan dengan redemption value, maturity value, par value or face value.
Sementara itu, Coupon Rate adalah tingkatan bunga yang harus dilunasi oleh penerbit obligasi pada pemegang obligasi di setiap tahunnya. Umumnya, investor akan mendapatkan informasi waktu penerimaan Coupon Rate saat masa penawaran.
Bunga obligasi dikenal dengan kupon dan besarannya pun berbeda, tergantung pada jenis surat, penerbit, maupun kesepakatan antara pembeli dan penerbit surat. Umumnya, kupon obligasi berkisar 5-10% dan perhitungannya mengacu pada persentase bunga dalam setahun terhadap harga obligasi.
Dalam obligasi terdapat rating atau peringkat yang menunjukkan risiko berupa huruf, simbol atau angka. Umumnya, peringkat ini terdiri dari dua hingga tiga huruf dengan simbol tertentu, seperti AAA, BBB+, AA-, dan sebagainya.
Peringkat risiko dapat mempengaruhi tingkat suku bunga dan potensi risikonya. Semakin tinggi rating sebuah obligasi, maka semakin kecil risiko dan tingkat suku bunganya. Dengan begitu, investor bisa memilih obligasi sesuai dengan potensi risiko dan imbal hasilnya berdasarkan rating.
Dalam obligasi, jika penerbit mengalami kebangkrutan yang mengakibatkan gagal bayar, maka investor dapat mengklaim aset yang dijual oleh penerbit atau mengklaim hasil penjualan aset tersebut.
Jadwal pembayaran kupon yang dibayarkan oleh penerbit obligasi sesuai dengan isi perjanjian. Umumnya, pembayaran kupon setiap per trimester, per semester, atau triwulan sekali.
Baca juga: Mau Raih Passive Income? Yuk, Investasi di 3 Instrumen Berikut!
Setiap instrumen investasi pasti memiliki potensi risiko. Adapun konsep dasar obligasi tentang risiko tercantum seperti berikut.
Suku bunga acuan memiliki hubungan terbalik dengan harga obligasi. Misalnya, ketika suku bunga acuan naik, maka harga obligasi cenderung turun dan begitu pun sebaliknya. Nah, risiko ini muncul ketika perubahan suku bunga acuan tidak seperti yang diharapkan investor.
Apabila suku bunga turun secara signifikan, investor menghadapi kemungkinan pembayaran di muka. Namun, jika suku bunga naik, maka investor akan terjebak dengan instrumen yang menghasilkan nilai di bawah harga pasar.
Semakin lama waktu jatuh tempo, maka semakin besar pula risiko suku bunga yang ditanggung investor. Pasalnya, investor tentu akan kesulitan untuk memprediksi perkembangan pasar di masa depan.
Risiko gagal bayar adalah kondisi ketika investor tidak mendapatkan pembayaran bunga dan pokok yang jatuh tempo sesuai perjanjian karena penerbit tidak bisa membayar utang.
Risiko pembayaran di muka mengacu pada risiko kehilangan bunga karena penerbit mengembalikan sebagian pokok pinjaman lebih awal. Ketika terjadi pembayaran di muka, investor harus menginvestasikan kembali dana dengan tingkat bunga yang lebih rendah.
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi Saham AS, indeks saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Sumber: Tanam Duit, Investopedia, OJK, OCBC, Accurate
Bagikan artikel ini