Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Fitur Proarrow-icon

support-icon
Dirancang untuk Investor
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Keamanan

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

Berita & Analisis

Apa Itu Stochastic Oscillator dan Bagaimana Cara Membacanya?
shareIcon

Apa Itu Stochastic Oscillator dan Bagaimana Cara Membacanya?

28 Jun 2023, 7:18 AM·Waktu baca: 5 menit
shareIcon
Kategori
Stochastic Oscillator

Stochastic Oscillator dikenal sebagai indikator momentum dalam trading. Namun, apa fungsi dan bagaimana cara membaca indikator ini?

Apa itu Stochastic Oscillator?

Stochastic Oscilator adalah indikator dalam analisis teknikal yang mencerminkan momentum. Dalam dunia trading, momentum sendiri diartikan sebagai tingkat laju pergerakan harga sebuah aset.

Indikator ini diturunkan dari perbandingan antara harga penutupan aset di satu titik tertentu dan rentang pergerakan harganya dalam satu kurun yang spesifik.

Lebih lanjut, indikator Stochastic Oscillator umumnya menggunakan skor 0-100 dalam mengukur momentum pasar. Melalui angka-angka tersebut, trader bisa mengetahui apakah aset tersebut mendekati fase jenuh jual (oversold) atau jenuh beli (overbought). Implikasinya, trader bisa membaca apakah tren yang terjadi saat ini sedang menguat atau justru mengalami pelemahan.

Bagi trader, Stochastic Oscillator dianggap sebagai indikator leading. Maksudnya, indikator ini dapat menemukan sinyal pergerakan harga sebelum harga betul-betul bergerak.

Baca Juga: Bagaimana Cara Menggunakan Sinyal Stochastic dalam Trading?

Mengenal Asumsi Dasar Stochastic Oscillator

Indikator ini sendiri dicetuskan oleh seorang trader AS bernama George Lane di tahun 1950. Dalam beberapa sesi wawancara, ia mengatakan bahwa Stochastic Oscillator tidak berpatokan pada harga dan volume semata. Alih-alih, satu-satunya patokan indikator ini adalah kecepatan momentum harga yang terlihat dari serangkaian harga penutupan sebuah aset dalam satu rentang waktu tertentu.

Hal tersebut didasarkan pada asumsi bahwa harga penutupan suatu aset di pasar akan sejalan dengan arah tren. Logika simpelnya, jika tren sedang bullish, maka harga aset akan ditutup mendekati harga tertingginya. Sebaliknya, pada tren bearish, harga penutupan akan mendekati harga jual terendah. Asumsi yang cukup sederhana, bukan?

Lambat laun, trader pun semakin tertarik untuk mengadopsi konsep tersebut.

Sebelum kemunculan Stochastic Oscillator, trader selalu menganggap bahwa harga aset bisa ditebak berdasarkan tren. Namun, mereka kemudian menyadari bahwa momentum tren tersebut juga merupakan faktor penting dalam menebak arah harga aset berikutnya. Pasalnya, sebelum harga benar-benar bergerak, indikator momentum telah mendemonstrasikan pergerakan tersebut lebih dulu.

Akibatnya, selisih waktu antara pergerakan momentum dan pergerakan harga pasar memberikan banyak waktu bagi trader untuk memikirkan keputusan trading-nya dengan matang.

Baca Juga: Menjelajahi Ragam Indikator Oscillator

Bagaimana Cara Kerja Stochastic Oscillator?

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, indikator ini bekerja dengan mendefinisikan wilayah overbought dan oversold berbasis rentang skor antara 0-100.

Dalam hal ini, rentang 0-20 dianggap sebagai area oversold sementara 80-100 dianggap sebagai area overbought. Nah, untuk mengetahui apakah momentum saat ini terbilang overbought atau oversold, indikator Stochastic Oscillator menggunakan dua garis yang terus bergerak di antara rentang skor 0-100 tersebut.

Garis pertama biasanya disebut dengan %K adalah garis yang menggambarkan persentase selisih harga penutupan dengan harga terendah suatu aset dalam kurun waktu tertentu.

Secara pribadi, Lane berpendapat bahwa periode Stochastic Oscillator yang paling baik digunakan sebagai dasar analisis adalah 14 periode terakhir. Periode yang dimaksud bisa berupa menit, jam, hari maupun minggu.

Dengan demikian, jika mengambil periode milik Lane, maka %K merupakan persentase selisih harga penutupan dengan harga terendah aset dalam 14 periode berbanding selisih antara masing-masing harga terendah yang terjadi selama 14 periode tersebut. Sehingga, bisa dibilang bahwa garis %K adalah cerminan kondisi harga aset saat ini.

Sementara itu, garis kedua, yang biasa disebut %D, merepresentasikan rata-rata pergerakan harga aset dalam kurun tiga hari terakhir, atau Simple Moving Average (SMA) dalam tiga periode terakhir. Dengan kata lain, jika garis %K mewakili kondisi harga aset saat ini, maka garis %D adalah cerminan indikator tren harga dalam rentang waktu yang lebih panjang.

Untuk melihat contoh garis %K dan %D dalam indikator ini, Sobat Cuan bisa menyimak ilustrasi berikut!

Stochastic Oscillator
Ilustrasi Stochastic Oscillator. Sumber: Howtotrade

 

Bagaimana Cara Membaca Indikator Stochastic Oscillator?

1. Untuk Melihat Reversal

Kedua garis tersebut bermanfaat untuk memberikan sinyal trading. Trader dipercaya harus bersiaga jika garis %K melintasi garis %D. Apa sebabnya?

Pertemuan dua garis tersebut dipercaya sebagai sinyal bahwa momentum harga sedang berubah. Sebab, kedua garis yang bersilangan tersebut adalah bukti bahwa pergerakan harganya saat itu tidak lagi mengikuti tren harga yang berlangsung dalam tiga hari terakhir. Sehingga, ada indikasi bahwa pembalikan tren harga (reversal) segera berlangsung dan trader disarankan untuk meningkatkan kewaspadaan.

2. Untuk Mengukur Kekuatan Tren

Selain itu, dua garis tersebut juga bisa digunakan untuk mengukur kekuatan tren yang sedang berlangsung.

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, garis Stochastic Oscillator bergerak di antara nilai 0-100. Namun, biasanya trader menggunakan rentang 20-80 karena masing-masing dipercaya sebagai batas titik momentum oversold dan overbought.

Jika indikator itu bergerak ke bawah nilai 20, maka harga aset tersebut diyakini sedang masuk zona oversold dan menjadi indikasi bahwa tren harga aset sedang tidak kuat. Lebih lanjut, momentum harga aset dikatakan sedang lemah jika indikator tersebut berada di bawah level 20 untuk waktu yang lama.

Sementara itu, indikator yang berada di atas 80 dalam waktu lama menunjukkan bahwa momentum harga sedang kuat-kuatnya. Sehingga, trader disarankan untuk tidak tergesa-gesa merealisasikan cuan dengan menjual asetnya.

Baca Juga: Cara Membaca Indikator Oscillator dalam Trading

Apa Saja Fungsi Stochastic Oscillator?

1. Melakukan Pemetaan Area Overbought dan Oversold

Area overbought dan oversold memang tidak bisa jadi patokan utama dalam membuat keputusan. Suatu aset bisa saja bertahan beberapa waktu pada area ini tanpa tanda-tanda akan mengalami reversal.

Namun, pemetaan area ini amat membantu dalam mendefinisikan status harga dan dinamika suplai dan permintaan di pasar aset. Ini dapat menjadi sebagai salah satu pertimbangan dalam membuat keputusan trading.

2. Menunjukkan Terjadinya Divergensi

Divergensi terjadi saat gelombang %K dan %D mengalami ikut menurun, yang artinya momentum tren sedang melemah. Saat divergensi terjadi, kamu perlu mewaspadai terjadinya reversal.

Tips Menggunakan Stochastic Oscilator dalam Trading

Stochastic Oscilator punya reputasi yang perlu kamu waspadai, yakni kerap membuat sinyal palsu. Terkadang, pergerakan harga enggan tunduk pada momentum, sehingga trader berpotensi mengalami kerugian jika memutuskan trading bermodalkan indikator ini saja.

Nah, agar terhindar dari kemungkinan tersebut, Sobat Cuan bisa mengikuti beberapa tips berikut!

1. Padankan Stochastic Oscillator dengan RSI

Relative Strength Index (RSI) dan Stochastic Oscillator sama-sama menggunakan momentum harga sebagai objek analisis utamanya. Bedanya, RSI lebih berpatokan pada kecepatan perubahan harga, sementara indikator ini bekerja dengan asumsi harga penutupan.

Memadupadankan dua indikator momentum itu akan membuat kamu punya peta yang lebih baik terhadap momentum harga. Bahkan, para trader pun menyimpulkan bahwa RSI lebih unggul pada pasar yang sedang trending, sementara Stochastic Oscillator lebih efektif di pasar yang sedang sideways.

2. Analisis Area Overbought dan Oversold

Pada dasarnya, membeli aset saat harganya sedang oversold dan menjualnya pada area overbought adalah trading plan yang ideal. Tapi, kamu memerlukan analisis tambahan sebelum mengeksekusi rencana ini.

Selain RSI, analisis fundamental, volume penawaran, hingga analisis pola pada chart trading lain juga perlu kamu perhatikan.

Mulai Perjalanan Investasimu dengan Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi Saham ASindeks saham ASemas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!

Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!

Sumber: Investopedia ,Babypips

Ditulis oleh
channel logo

Fathia Nurul Haq

Right baner

Fathia Nurul Haq

Bagikan artikel ini

Artikel Terkait
trading
Mengenal Bullish Harami Pattern dan Cara Tradingnya
news card image
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1