Dalam investasi, koreksi adalah penurunan 10% atau lebih pada harga sekuritas dari harga puncak terbaru. Pengertian koreksi ini dapat terjadi pada aset individual, seperti saham atau obligasi individual, atau indeks yang mengukur sekelompok aset.
Aset, indeks, atau situasi pasar dapat jatuh terkoreksi secara singkat atau untuk periode berkelanjutan, sekian hari, minggu, bulan, atau bahkan lebih lama. Akan tetapi, koreksi pasar rata-rata berumur pendek dan berlangsung antara tiga dan empat bulan.
Faktor makroekonomi skala besar hingga ke persoalan dalam rencana manajemen perusahaan dapat menjadi alasan koreksi beragam aset, dari saham, indeks, hingga pasar yang dipengaruhi.
Dalam dunia investasi, koreksi diibaratkan seperti laba-laba di bawah tempat tidur. Kamu tahu koreksi itu akan terjadi, ada di sana, mengintai, tetapi tidak tahu kapan itu akan muncul berikutnya.
Baca juga: Bursa Saham Sedang Terkoreksi, Kenali Pola Investasi Saham dengan Cara Ini
Berdasarkan laporan CNBC pada 2018, rata-rata koreksi untuk S&P 500 berlangsung empat bulan dan nilainya turun sekitar 13% sebelum keadaan ekonomi kembali pulih.
Mudah untuk memperkirakan mengapa investor pemula barangkali khawatir dengan pengertian koreksi ini ataupun menghadapi penyusutan 10% atau lebih besar di aset portofolio mereka.
Bagi kebanyakan investor, bagi pasar untuk jangka panjang, koreksi hanyalah lubang kecil di jalan menuju tabungan pensiun. Untuk investor jangka panjang, koreksi ini tidak akan terlampau mengkhawatirkan karena mereka percaya bahwa pada akhirnya pasar akan pulih.
Dalam proses charting koreksi, investor ataupun analis pasar memproyeksikan koreksi berdasarkan analisis pasar dengan membandingkan satu indeks pasar dengan yang lain.
Lewat metode ini, seorang analis dapat menemukan bahwa indeks berkinerja buruk dapat diikuti oleh indeks serupa yang juga berkinerja buruk. Tren kemiripan ini dapat menjadi tanda bahwa koreksi pasar akan segera terjadi.
Tinjauan analisis teknis terkait dukungan dan resistensi harga dapat membantu memprediksi kapan pembalikan dapat terjadi. Atau justru situasi akan berkonsolidasi mengarah menjadi koreksi.
Pengertian koreksi teknis terjadi ketika aset atau seluruh pasar mengalami inflasi berlebih. Analis menggunakan chart atau grafik untuk melacak perubahan dari waktu ke waktu dalam suatu aset, indeks, atau pasar.
Beberapa alat yang digunakan oleh para analis untuk meninjau pengertian koreksi ini ialah Bollinger Bands, envelope channels, dan trendlines (garis tren) untuk menentukan di mana harus mengharapkan penguatan ataupun resistensi harga.
Baca juga: Outlook Negatif S&P Bisa Tekan IHSG, Cermati Saham Emiten yang “Aman” Kala Pandemi
Sebelum terjadinya koreksi pasar, saham individu mungkin tampak kuat atau bahkan berkinerja baik. Selama periode koreksi, aset individu berkinerja buruk karena kondisi pasar yang buruk. Koreksi adalah situasi yang dapat dipicu banyak faktor.
Akan tetapi, penting dicatat, bahwa koreksi menciptakan waktu yang ideal untuk membeli aset bernilai tinggi dengan harga diskon. Ini dapat dilakukan sejauh investor mempertimbangkan risiko terkait pembelian.
Melindungi investasi dari koreksi memang terkesan sulit. Namun, ini dapat dilakukan. Untuk menghadapi penurunan harga ekuitas, investor dapat menetapkan stop-loss order atau stop-limit order.
Strategi pertama otomatis dipicu ketika harga mencapai tingkat yang telah ditetapkan investor. Namun, transaksi mungkin tidak dapat dieksekusi pada tingkat harga tersebut jika harga jatuh dengan cepat.
Stop order selanjutnya menetapkan harga target yang ditentukan dan harga batas luar untuk trading. Penerapan stop loss dalam menghadapi pengertian koreksi ini menjamin di mana stop-limit berhadapan dengan penjaminan harga.
Banyak broker akan mengizinkan stop order berakhir setelah suatu periode koreksi berhasil dilalui.
Baca juga: Borong Saham “Diskon” Saat Pandemi COVID-19, Strategi Cuan Jangka Panjang
Sementara koreksi dapat mempengaruhi semua jenis ekuitas, koreksi lebih sering terjadi pada beberapa ekuitas tertentu. Saham-saham kecil dengan kapitalisasi tinggi di sektor yang terbilang volatile, seperti sektor teknologi, cenderung bereaksi paling kuat.
Sektor-sektor lain terbilang lebih buffer. Saham-saham consumer goods, misalnya, cenderung bertahan akiat siklus bisnis. Ini lantaran saham-saham jenis ini melibatkan produksi atau penjualan kebutuhan primer.
Diversifikasi aset dapat menawarkan perlindungan dalam situasi koreksi. Terutama jika melibatkan aset yang bertentangan dengan aset yang terkoreksi. Aset berwujud nyata seperti komoditas atau real estat adalah opsi alternatif pendamping untuk aset keuangan seperti saham.
Meski koreksi pasar dapat menjadi tantangan, dan penurunan 10% secara signifikan dapat merugikan banyak portofolio investasi, pengertian koreksi dianggap cukup sehat untuk menjaga kestabilan pasar.
Untuk pasar, koreksi dapat membantu menyesuaikan dan mengkalibrasi ulang penilaian aset yang mungkin menjadi tinggi secara berkelanjutan. Bagi investor, koreksi dapat memberikan peluang untuk mengambil keuntungan dari potongan harga aset.
Setelah menelusuri pengertian koreksi, kamu sudah tahu dong trik-trik untuk memantau dan mengatasi jika terjadi koreksi pada asetmu?
Sumber: Investopedia
Pengin Bikin Start-up? Ini 5 Strategi Awal yang Harus Kamu Ketahui
Tetap Bisa Traveling Saat Kantong Tipis dengan 9 Trik Ini!
Menyulap Hobi Menjadi Bisnis dengan 7 Trik Andalan Ini!
Mau Financially-Savvy? Dengerin 7 Podcast Spotify Keuangan Ini, yuk!
Mau Cuan Investasi Saham untuk Pemula? Intip Dulu Panduannya di Sini!
Bagikan artikel ini