Penyebaran COVID-19 memukul berbagai macam lini usaha, termasuk indeks harga saham. Pandemi ini bisa menjadi waktu yang tepat untuk belajar investasi saham bagi pemula. Simak ulasan di bawah ini untuk memulai investasi, ya!
Bursa saham Indonesia mengalami kerugian sebesar 25 persen atau sekitar Rp1.907 T selama tiga bulan terakhir. Sekitar 20 T keluar dari bursa sebagai dampak penjualan besar-besar selama wabah tersebut. Lantas, bagaimana kiat belajar investasi saham bagi pemula di tengah banyaknya penjualan?
Dalam sejarah dunia, tercatat ada beberapa pandemik global yang memengaruhi perekonomian. Flu Spanyol pada 1918-1920 menjadi wabah terparah yang pernah dialami umat manusia selama 100 tahun terakhir.
Namun, sejarah bursa saham juga menunjukkan jika pandemi adalah waktu yang tepat belajar investasi saham bagi pemula. Simak penjelasan di bawah ini ya untuk memulai investasi kalian!
Baca juga: Belajar Investasi Saham? Intip Yuk Simulasi Trading hingga Strategi Kelola Saham
Pandemi COVID-19 memaksa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jatuh ke zona merah. Berdasarkan data di Bursa Efek Indonesian (BEI), IHSG sempat menyentuh level Rp4.716 dan turun sebesar 25 persen sejak awal tahun. Level tersebut merupakan rekor baru bagi IHSG yang menyentuh harga Rp4.000 terakhir kali pada tahun 2016.
Alhasil, transaksi harian EI turun hingga 1,49 persen menjadi 462 ribu kali. Jika dirata-rata, transaksi harian juga mengalami penurunan yang signifikan, yakni sebesar 23,84 persen menjadi Rp6,34 T.
Sebenarnya, IHSG sudah dalam tren penurunan dari level Rp6.000 ke level atas Rp5.000 sebelum virus korona merebak di Indonesia. Dan IHSG belum merespons negatif ketika pemerintah mengumumkan kasus pertama COVID-19 di Indonesia pada 2 Maret 2020 silam.
Keadaan berbalik dengan cepat pada pekan selanjutnya, yakni tanggal 9 Maret 2020. IHSG anjlok 6,58 persen dalam sehari. Dan itu merupakan penurunan terburuk selama 9 tahun. Terakhir IHSG terpuruk pada 22 September 2011 hingga 9 persen dalam sehari.
Sepanjang kemunculan wabah COVID-19 di Indonesia, IHSG mencapai titik terendah pada level Rp3.937 atau turun 37 persen pada 24 Maret 2020. Otoritas bursa keuangan pun memberikan stimulus demi meredam kejatuhan IHSG. Mereka sempat menaikkan batas bawah penurunan menjadi minus 10 persen dari sebelumnya 25-35 persen. Kemudian, dinaikkan lagi menjadi minus 7 persen.
Kenyataannya, kebijakan tersebut belum cukup efektif mengerem penurunan IHSG. Strategi lain pun diberlakukan. Otoritas bursa memberlakukan trading halt atau penghentian perdagangan saham selama 30 menit jika IHSG anjlok lebih dari 5 persen dalam sehari.
Kebijakan tersebut efektif meredam penurunan bursa saham, meski hanya secara harian. Jika dirangkum, IHSG telah turun 30 persen dalam 14 hari perdagangan sampai ke titik terendah, terhitung kumulatif sejak 5 Maret 2020. Sementata itu, IHSG membutuhkan waktu 16 hari perdagangan untuk turun hingga 40 persen pada krisis keuangan 2008 silam.
Tidak diragukan lagi jika pandemik sangat memengaruhi harga bursa saham. Jangan khawatir, penurunan harga saham bisa menjadi keuntungan bagi beberapa orang. Termasuk kalian, yang ingin belajar investasi saham bagi pemula.
Baca juga: 5 Trik Ringkas Main Saham dengan Modal Kecil Biar Cuan Gede
Lebih dari empat juta orang di dunia sudah terinfeksi virus korona per 10 Mei 2020. Jika dibandingkan dengan virus SARS, yang memakan korban 8 ribu orang dan menewaskan lebih dari 700 orang, korban COVID-19 lebih tinggi. Namun, virus tersebut masih tergolong dalam satu keluarga. Dan, virus SARS juga sangat berdampak pada bursa saham pada 2002-2003 lalu.
Dow Jones Industrial Average (DJIA) sempat terkoreksi dalam pada masa SARS. DJIA menjadi salah satu acuan bursa saham di Amerika Serikat. Fenomena yang sama terjadi di Indonesia. Indonesia yang memiliki korban SARS lebih rendah dibanding dengan negara lain, mengalami penurunan IHSG yang cukup signifikan. IHSG sempat tertahan beberapa waktu setelah rally panjang dari pertengahan 2002.
Hal tidak terduga terjadi pada puncak SARS di awal 2002. Bursa saham mulai rebound dan indeks saham dunia mulai bangkit perlahan ketika World Health Organization (WHO) mengumumkan SARS mulai mereda. IHSG Indonesia pun berangsur membaik dan melanjutkan rally panjang hingga akhir 2004 atau dua tahun pasca-SARS.
Menelisik kembali ke sejarah pada masa SARS, berikut beberapa sektor yang patut dipertimbangkan dalam masa pandemi. Berikut ini jejak dalam sejarah yang bisa jadi modal belajar inevstasi saham bagi pemula kala pandemi.
Sektor konsumsi terbukti lebih kuat menahan guncangan pandemi. Unilever (UNVR), Mayora (MYOR), dan dua indofood (ICBP dan NDF) hanya mengalami penurunan tipis sekitar 17 persen. Raksasa rokok, yakni Sampoerna (HMSP) dan Gudang Garang (GGRM) juga memiliki tren yang sama.
Perbankan juga menjadi primadona dalam masa pandemik. Tiga bank BUMN (BBRI, BMRI, dan BBNI) plus bank Djarum (BBCA) selalu menarik untuk dilihat. Hal ini karena sektor perbankan menjadi cerminan dari pasar modal.
Dalam perjalanannya, nilai saham perbankan selalu mengalami kenaikan. Lihat saja BBCA yang memiliki PER (Price Earning Ratio) 24,9 pada November 2018 dan naik menjadi 22,6 pada 2019. Atau BBNI yang memiliki PER 4,94 dan PBV (Price to Book Value) 0,7 pada 2018.
Berkaca pada tren saham virus SARS, sektor perbankan masih memiliki potensi yang menjanjikan. Bahkan, riset menargetkan potential gain mulai dari 20 persen dari saham-saham tersebut.
Belajar investasi saham bagi pemula di saat pandemi tidaklah mustahil. Ketelitian melihat sejarah bursa saham menjadi kuncinya. Bagaimana, sudah siap memulai investasi di masa pandemi ini?
Sumber: Katadata
Jadi “Cewek Keren” dengan Menghapus Gaya Hidup Boros
Tujuh Langkah Mencapai Kebebasan Finansial
Pengin Bikin Start-up? Ini 5 Strategi Awal yang Harus Kamu Ketahui
Bagikan artikel ini