Investor tampaknya tak bisa tidur tenang meski long weekend menghampiri pekan ini. Betapa tidak, indeks saham AS dan kripto kompak berguguran. Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan emas sukses melenggang manis di waktu yang sama. Mengapa performa mereka terlihat bervariasi? Simak ulasannya di sini!
Aset kripto lagi-lagi menempuh jalan yang kurang mulus di pekan ini. Pasalnya, aset kripto utama terlihat angot-angotan, seperti yang terlihat di tabel berikut:
Secara umum, memblenya kinerja pasar kripto pagi ini terjadi lantaran pelaku pasar begitu berhati-hati dengan keputusan trading-nya. Sikap tersebut tercermin dari volume perdagangan kripto yang terbilang rendah dalam sepekan terakhir.
Tekanan dari sisi makroekonomi yang kentara selama sepekan terakhir menjadi alasan pelaku pasar untuk tidak gegabah dalam membenamkan diri di pasar kripto sepekan terakhir.
Di awal pekan, pelaku pasar sempat berhadapan dengan kenaikan tingkat imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun, yang bahkan sempat menyentuh 2,83%. Peristiwa ini menjadi sinyal bahwa suku bunga acuan The Fed akan meroket ke depan, sehingga pelaku pasar pun memilih minggat dari pasar aset spekulatif, termasuk aset kripto.
Kemudian, di pertengahan pekan, pelaku pasar juga dihadapkan pada perilisan inflasi tahunan AS pada Maret yang menembus 8,5%, alias rekor tertingginya dalam 41 tahun terakhir.
Biasanya, sesuai tren historisnya, perilisan data makroekonomi akan membuat pasar kripto oleng dalam jangka pendek.
Namun, data tersebut malah sukses mendorong kinerja aset-aset kripto di pertengahan pekan. Pasalnya, ternyata inflasi tersebut sudah sesuai dengan ekspektasi pasar. Selain itu, pelaku pasar meyakini bahwa inflasi Maret merupakan "puncak dari siklus inflasi besar" yang menerjang AS sejak tahun lalu.
Kendati pasar kripto merah berjemaah, namun jika melihat tabel di atas, maka nilai XRP terlihat memiliki kinerja yang lumayan, yakni tumbuh 4,95% dalam sepekan terakhir. Nilai XRP tersenyum setelah CEO Ripple, Brad Garlinghouse, optimistis bahwa pihaknya bisa memenangkan gugatan versus otoritas pasar modal AS (Securities and Exchange Commission/SEC).
Sekadar informasi, SEC menggugat hukum Ripple pada 2020 lalu karena diduga memasarkan aset investasi yang "ilegal".
Jika dilihat secara sektoralnya, maka aset kripto sektor Web3 keluar sebagai pencundang di pekan ini setelah nilainya melorot 12,57% dalam sepekan terakhir. Langkahnya kemudian diikuti oleh kinerja sektor gaming yang merosot 11,41%.
Koin sektor Web3 keluar sebagai jongos setelah enam dari 10 koin dengan kapitalisasi pasar terbesar di sektor ini melemah dengan persentase hingga dua digit, yang dipimpin oleh pelemahan nilai Filecoin (FIL) sebesar 15,8% dalam tujuh hari terakhir.
Baca juga: Rangkuman Pasar: Jelang Long Weekend, IHSG 'Cemen', Kripto Tampil Keren!
Trio indeks saham AS lagi-lagi mengalami pekan yang penuh turbulensi. Nilai Dow Jones Industrial Average (DJIA) terlihat tidak selamat lantaran oleng 0,38% dalam sepekan terakhir. Begitu juga dengan S&P 500 dan Nasdaq Composite yang harus terkoreksi lebih dalam masing-masing 2,39% dan 3,93%.
Lagi-lagi, saham sektor teknologi menjadi biang kerok pelemahan indeks Wall Street. Namun, hal itu seharusnya dapat dimaklumi lantaran tekanan dari aspek makroekonomi memang begitu kuat.
Di satu sisi, saham sektor teknologi harus menghadapi musuh bebuyutannya, yakni kenaikan yield obligasi AS bertenor 10 tahun. Hal ini terjadi setelah pelaku pasar obligasi meramal bahwa The Fed akan bertindak sangat agresif dalam meningkatkan suku bunga acuannya lantaran inflasi diperkirakan sudah mencapai puncaknya.
Sekadar informasi, kenaikan tingkat imbal hasil obligasi AS akan mengerdilkan nilai arus kas yang bakal diterima perusahaan teknologi berkategori growth stocks ke depan.
Tapi ketakutan pelaku pasar tak berhenti di situ saja. Pelaku pasar pun ketar-ketir setelah melihat nilai tingkat imbal hasil obligasi pemerintah bertenor pendek lebih tinggi ketimbang tenor jangka panjangnya. Hal ini membuka peluang terjadinya inverted yield curve, sebuah kondisi yang digadang merupakan sinyal-sinyal resesi ekonomi AS.
Tak ketinggalan, fokus pelaku pasar pekan ini juga tertuju pada pelaporan kinerja keuangan emiten-emiten pasar modal AS. Sayangnya, earning season kali ini diawali dengan hasil terbilang mengecewakan.
JPMorgan Chase & Co, misalnya, mengumumkan berhasil mencetak laba bersih sebesar US$2,63 per saham atau lebih rendah dari estimasi analis yakni US$2,72 per saham. Hal ini terjadi setelah perseroan menyisihkan sebagian labanya untuk "menalangi" kredit-kredit bermasalah atau gagal bayar.
Sedikit tips untuk Sobat Cuan, earnings season memiliki potensi yang besar untuk membuat kacau pasar saham, terutama untuk pasar AS.
Namun, kamu sejatinya tak perlu terlalu khawatir, karena saham yang berada di sektor yang diuntungkan pada kuartal I, seperti komoditas, bisa memberi hasil yang mengejutkan.
Harga emas di pasar spot pada akhir pekan bertengger di US$1.974,03 per ons, melonjak 1,35% dibanding sepekan sebelumnya US$1.947,65 per ons.
Nilai sang logam mulia berkilau setelah pelaku pasar mengoleksi emas untuk melindungi kekayaannya dari gerusan inflasi. Maklum saja jika mereka ketar-ketir dengan inflasi mengingat inflasi AS menyentuh tingkat tertingginya sejak 1981.
Selain itu, pelaku pasar juga semakin getol mengumpulkan sang logam mulia seiring krisis geopolitik antara Rusia dan Ukraina belum menemui titik teang. Perkembangan terbarunya, Presiden Rusia Vladimir Putin bahkan mengatakan bahwa perundingan damai dengan Ukraina masih menemui jalan buntu.
Baca juga: Pluang Insight: Setelah Naik Daun di 2021, AVAX Siap Meroket Lagi Tahun Ini?
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses parkir di level 7.235,53 di sesi perdagangan Kamis (14/4) alias loncat 0,34% dibanding sepekan sebelumnya.
Kencangnya laju harga komoditas, yang disebabkan oleh krisis geopolitik Rusia dan Ukraina yang masing terombang-ambing, menjadi berkah tersendiri bagi bursa domestik. Maklum saja, sebab sebagian besar penghuni bursa domestik adalah emiten komoditas.
Selain itu, performa IHSG pekan ini juga ditopang oleh aksi Initial Public Offering (IPO) raksasa teknologi Indonesia, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) lantaran jumbonya nilai kapitalisasi pasar perusahaan. Dengan nilai kapitalisasi sebesar Rp445,32 triliun dan rata-rata nilai transaksi Rp1 triliun per hari, GoTo berhasil mengukuhkan dirinya sebagai salah satu jagoan utama di bursa domestik.
Kinerja IHSG saat ini berada lumayan jauh di atas level psikologis 7.000, sehingga pelaku pasar pun semakin getol melakukan aksi beli tak henti-henti. Namun, beberapa trader pun menganggap bahwa kinerja IHSG kali ini sudah masuk ke area overbought alias sudah jenuh beli. Sehingga, ada kemungkinan kondisi pasar modal dalam beberapa pekan ke depan bakal bergelombang.
Selain itu, pelaku pasar asing tampak optimistis terhadap pasar modal Indonesia di pekan ini. Di pekan ini saja, mereka melakukan aksi beli bersih fantastis senilai Rp5,29 triliun.
Mereka terlihat lahap menyantap saham-saham berkapitalisasi jumbo seperti PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Central Asia Tbk (BBCA).
Ada kemungkinan, optimisme pelaku pasar asing disebabkan oleh potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang moncer di kuartal I.
Pertama, meski kini perlahan melandai, namun harga komoditas masih berada di atas awan. Hal ini tentu akan mendongkrak pertumbuhan ekspor Indonesia dan ujungnya mengerek pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Kedua, penyebabnya adalah pelonggaran mobilitas masyarakat. Pekan lalu, pemerintah kembali mengizinkan mudik menjelang hari raya idul fitri, yang diharapkan dapat memulihkan konsumsi masyarakat.
Namun, Sobat Cuan perlu mewaspadai aksi profit taking yang kencang menjelang libur hari raya idul fitri yang kian mendekat. Secara historis, pasar akan bergerak lebih sepi daripada biasanya karena para trader dan manajer investasi sudah mulai berlibur dan juga mengurangi tindakan ketidakpastian dikarenakan libur yang cukup panjang di dua pekan mendatang.
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Bagikan artikel ini