Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro (Segera Hadir)
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Advanced Order

support-icon
Dirancang untuk Investor (Segera Hadir)
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

chatRoomImage

Scan kode QR untuk download Pluang di Android dan iOS.

Informasi Terkini UntukmuBlogBerita & AnalisisPelajariKamus
bookmark

Cari berita, blog, atau artikel

Berita & Analisis

Mitosnya, Maret Selalu Menjadi Bulan Sial Bagi Harga Bitcoin. Benarkah?

Mitosnya, Maret Selalu Menjadi Bulan Sial Bagi Harga Bitcoin. Benarkah?

5 Mar 2021, 4:00 AM·Waktu baca: 3 menit
Kategori
Mitosnya, Maret Selalu Menjadi Bulan Sial Bagi Harga Bitcoin. Benarkah?

Februari 2021 terbukti jadi bulan penuh keberuntungan bagi Bitcoin. Harganya merangkak naik sepanjang bulan tersebut dan bahkan menyentuh posisi puncak mendekati US$58 ribu per keping. Hanya saja, nasib mujur itu tak bertahan lama. Sebab, harga Bitcoin perlahan merosot sebesar US$10 ribu dari titik tersebut.

Pada awal Maret, harga Bitcoin sempat berada di kisaran US$43 ribu per keping. Untung saja, harga Bitcoin kembali membaik di akhir pekan, yakni mendekati US$47 ribu per keping.

Namun, fluktuasi harga Bitcoin yang kilat menjelang Maret tentu bikin investor bertanya-tanya: Apakah Maret akan menjadi bulan yang buruk bagi Bitcoin?

Baca juga: Harga Bitcoin Kembali Masuki Area Rp700 Juta per Keping Hari Ini

Mitos: Harga Bitcoin Tak Pernah Naik di Bulan Maret

Mereka yang menggandrungi aset kripto tentu sering mendengar mitos bahwa harga Bitcoin tidak akan naik di bulan Maret. Malahan, harganya selalu terbanting tajam.

Hal ini ditunjukkan oleh tren imbal hasil bulanan Bitcoin yang selalu terpelanting pada bulan Maret. Tabel di bawah menunjukkan, harga Bitcoin tercatat melemah di enam dari delapan kali bulan Maret dalam delapan tahun terakhir.

Selain Maret, tren harga Bitcoin yang memburuk juga terjadi pada September. Datanya pun sama persis, di mana pelemahan terjadi di enam dari delapan kali bulan September dalam delapan tahun terakhir.

Chief Investment Officer ExoAlpha David Lifchitz punya jawaban atas fenomena ini. Menurutnya, peristiwa harga Bitcoin yang enggan naik pada Maret disebabkan oleh aksi jual yang disengaja oleh investor demi membayar pajak keuntungan modal (capital gain tax) yang sudah mereka bukukan di bulan-bulan sebelumnya.

Di tahun 2021, lanjutnya, kondisinya pun tak berbeda. Bahkan, beberapa investor terlihat sudah melakukan aksi jual sejak akhir Februari. “Ini menunjukkan bahwa pelemahan yang biasa terjadi di bulan Maret telah datang sebulan lebih awal,” jelas dia.

Meski demikian, musim pelaporan pajak bukan satu-satunya penyebab merosotnya harga Bitcoin di bulan Maret. Terdapat beberapa peristiwa insidentil yang menyebabkan harganya tak pernah naik di bulan ketiga setiap tahunnya ini.

Salah satunya adalah fenomena Black Thursday pada Maret 2020 silam. Pada saat itu, harga Bitcoin terjun bebas dari US$10 ribu per keping menjadi US$3.800 hanya dalam hitungan hari setelah pasar modal dan bursa saham AS bersikap bearish akibat pandemi COVID-19. Fenomena Black Thursday bikin gaduh lantaran kontrak berjangka komoditas senilai US$1 miliar dilikuidasi oleh investor

Selain itu, memang pasar aset kripto selalu mendapat hantaman keras di bulan Maret.

Baca juga: Mending Investasi Emas atau Bitcoin? Simak Saran 10 Pakar Investasi Ini!

Apakah Harga Bitcoin Tidak Akan Naik di Maret 2021?

Investor nampaknya bisa sedikit bernapas lega. Sebab, banyak analis mengatakan bahwa crash pasar Bitcoin kemungkinan tidak akan terjadi pada bulan Maret. Bahkan, beberapa analis on-chain tidak begitu percaya bahwa harga Bitcoin akan tenggelam di bulan-bulan berikutnya.

Salah satu penyebabnya adalah makin banyaknya investor kelas kakap, atau biasa disebut whales, Bitcoin yang cenderung menahan keping-keping Bitcoin miliknya alih-alih melepasnya ke pasar. Selain itu, minat investor institusi yang tinggi terhadap aset kripto ini juga bisa menopang harganya ke depan.

Contohnya, pada bulan lalu, Tesla mengumumkan akan menempatkan dana sebesar US$1,5 miliar di Bitcoin. Bahkan, perusahaan investment bank asal AS JPMorgan baru-baru ini menyarankan investor untuk menempatkan setidaknya 1% dananya ke aset kripto tersebut sebagai bagian dari diversifikasi investasi.

Kemudian, meski Bitcoin mengalami koreksi harga di sana-sini, namun analis masih meyakini bahwa harga Bitcoin masih dalam fase bullish dan belum menuju zona bearish jangka panjang.

Baca juga: Setelah Sentuh All-Time High, Ke Mana Arah Bitcoin Berikutnya?

Nikmati Keuntungan dengan Investasi Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!

Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!

Sumber: NewsBTC, Yahoo Finance, CoinTelegraph

Ditulis oleh
channel logo

Galih Gumelar

Right baner

Bagikan artikel ini

Apakah artikel ini berguna untukmu?

like
like
Right baner
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1

Daftar