Crypto Winter adalah situasi yang paling dihindari fans kripto namun sulit untuk dielakkan. Lantas, bagaimana persiapan dalam mengantisipasinya?
Crypto Winter merujuk pada situasi di mana harga aset kripto memasuki fase bearish yang sangat lama. Dengan kata lain, performa hampir seluruh aset kripto menurun sehingga sentimen yang mempengaruhi pasar kripto pun terkesan "gelap" layaknya musim dingin.
Hanya saja, tak semua fase bearish kripto disebut sebagai Crypto Winter.
Komunitas kripto biasanya baru menggunakan istilah tersebut jika harga aset kripto melandai dalam jangka waktu lama dan jatuh hingga 80% dari puncak tertingginya. Kendati demikian, komunitas kripto acapkali menetapkan konsensus bersama untuk menentukan apakah lesunya pasar kripto saat ini tergolong Crypto Winter atau tidak.
Kondisi lesu pada pasar kelas aset baru seperti cryptocurrency punya dampak yang besar dan meluas.
Pada periode ini, koreksi harga bisa mencapai dua digit dalam waktu singkat. Serupa efek domino, kondisi ini pun memicu sentimen pasar yang semakin negatif hingga membuat mentalitas investor menjadi terpuruk. Bahkan, beberapa harga aset kripto pun sulit bangkit ke level pra-winter seiring memudarnya optimisme investor.
Pemicu terjadinya Crypto Winter cukup jamak. Salah satunya adalah kondisi makroekonomi global yang tidak tentu yang meredam selera risiko investor. Maklum saja, ketika situasi ekonomi serba tidak pasti, investor tentu akan mengalihkan dananya dari aset berisiko tinggi, seperti aset kripto, dan mengalihkannya ke kelas aset berisiko rendah.
Selain perkara makroekonomi, faktor pemicu musim dingin kripto lainnya adalah peristiwa negatif yang terjadi di pasar kripto. Hal itu kerap kali menurunkan kepercayaan investor terhadap aset kripto sehingga kepanikan pasar pun tak dapat dibendung.
Baca Juga: Mengenal Platform Meme AiDoge, Apakah Berkaitan dengan Dogecoin?
Musim kelabu di pasar cryptocurrency cukup sering terjadi. Sejak mulai populer pada 2009 silam, jagat kripto setidaknya sudah mengalami empat kali musim dingin kripto ganas, yakni di 2012, 2016, 2018, dan 2022.
Pada 2012, harga aset kripto luluh akibat combo peristiwa besar seperti penutupan platform exchange kripto terbesar saat itu, TradeHill, ketidakpastian regulasi, dan peretasan yang terjadi di platform Bitcoinica dan Linode.
Kemudian, pada 2016, harga kripto kembali terseret ombak akibat skandal peretasan platform Mt. Gox dan sikap otoritas China yang mulai memandang sinis terhadap aset kripto.
Tak berselang lama, pasar kripto pun goyah lagi pada 2018 ketika harga BTC anjlok lebih dari 80% dari titik tertingginya. Tahun itu sekaligus pertama kalinya komunitas kripto merujuk Crypto Winter sebagai istilah yang menggambarkan kegawatan di pasar kripto.
Terakhir, badai besar yang menghantam jagat kripto terjadi di 2022 yang diawali oleh kejatuhan nilai Terra Classic (LUNC) di Mei. Namun, terpaan semakin parah setelah muncul kontroversi mengenai kebangkrutan platform kripto sepeti Celsius, Voyager Digital, hingga FTX yang sempat bikin gempar pasar kripto.
Bagian terburuknya, komunitas kripto sendiri menyadari kemungkinan satu musim dingin lagi yang lebih gawat dari yang pernah ada sebelumnya. Musim tersebut ialah senjakala aset digital yang sebetulnya punya segudang potensi namun "layu sebelum berkembang" karena hype-nya perlahan kian padam.
Baca Juga: 6 Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Algo Trading Kripto
Memprediksi datangnya periode kelabu adalah hal yang hampir mustahil. Pasalnya, pasar cryptocurrency sendiri punya reputasi sebagai salah satu pasar aset paling volatil. Selain itu, komunitas kripto pun belum memahami apakah musim dingin ini hadir berdasarkan siklus tertentu mengingat umur aset kripto masih seumur jagung.
Akibatnya, Sobat Cuan fans kripto tentu harus mempersiapkan diri dalam menghadapi musim dingin jika suatu saat terjadi lagi. Berikut adalah empat cara mudah dalam melindungi nilai portofolio kriptomu yang bisa kamu lakukan mulai dari sekarang!
Data statistik membuktikan bahwa aset kripto dengan fundamental baik, seperti nilai kapitalisasi pasar besar dan punya kegunaan, memiliki risiko volatilitas lebih kecil dibanding aset kripto kelas recehan. Contoh nyatanya ialah Bitcoin yang menguasai lebih dari separuh kapitalisasi market aset kripto secara akumulatif.
Sebagai aset kripto veteran, Bitcoin telah melewati seluruh periode Crypto Winter dan membuktikan ketangguhannya. Tentu keberhasilan tersebut tak lepas dari statusnya sebagai raja aset kripto dan dukungan dari fans garis kerasnya.
Nah, belajar dari sejarah tersebut, kamu pun bisa mengonsentrasikan protofoliomu di aset-aset kripto yang terbukti mapan dalam menghadapi serangan musim dingin seperti Bitcoin.
Tentu saja Bitcoin bukan satu-satunya alternatif aset dalam konteks ini. Kamu juga bisa memilih aset lain seperti Ethereum, Cardano dan Solana sebagai alternatif pilihan aset dengan risiko lebih moderat guna membentuk portofolio yang "tahan banting".
Kamu sudah mengetahui bahwa jalan aset kripto tak selamanya mulus. Fakta tersebut seharusnya menggugahmu untuk melakukan mitigasi risiko dengan baik untuk meminimalisasi dampak Crypto Winter.
Dalam investasi, sejatinya salah satu mitigasi risiko yang paling mudah adalah dengan diversifikasi aset. Melalui langkah ini, kamu bisa mengombinasikan portofolio kriptomu dengan kelas aset lain yang memiliki kinerja berbeda agar total nilai portofoliomu tidak anjlok parah kala Crypto Winter terjadi.
Selain diversifikasi aset, kamu juga melakukan diversifikasi antar aset kripto untuk meredam dampak Crypto Winter. Dalam hal ini, salah satu alternatif aset kripto yang paling dilirik ialah stablecoin lantaran nilainya cenderung stabil antar waktu.
Ada tiga jenis stablecoin yang bisa kamu pilih, diantaranya stablecoin yang dijamin dengan uang fiat, stablecoin berbasis logam mulia, dan stablecoin yang dijamin oleh aset kripto lain. Apapun pilihan stablecoin-mu, hal tersebut diharapkan dapat menahan nilai portofoliomu dari tergerus lebih dalam lagi saat musim dingin terjadi.
Faktor lain yang dapat membantumu mempersiapkan diri dalam menghadapi Crypto Winter adalah memahami utilitas aset kripto yang kamu miliki. Pasalnya, jika kamu memahami utilitas masing-masing aset kripto yang kamu koleksi, maka kamu pun bisa menemukan peluang cuan kripto lain meski harganya sedang terkoreksi.
Sebagai contoh, kamu mungkin bisa "menabung" aset kriptomu pada kegiatan yield earning atau crypto staking di mana kamu bisa menambah keping-keping aset kripto baru. Oleh karenanya, ada baiknya kamu juga bisa mengantisipasi musim dingin kripto dengan memanfaatkan program-program ini sebelum "cuaca buruk" itu datang lagi.
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi Saham AS, indeks saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Sumber: Investopedia, Fool
Bagikan artikel ini