Resesi global adalah kondisi pelemahan ekonomi yang terjadi secara bersamaan di banyak negara. Namun, apa ciri-cirinya?
Resesi global adalah periode di mana pertumbuhan ekonomi di hampir seluruh, atau sejumlah, negara di dunia menurun dalam waktu yang panjang.
Bahkan tak jarang, di periode ini, resesi ekonomi yang terjadi di satu negara bisa menyebar ke negara lainnya. Hal itu bisa terjadi karena guncangan ekonomi yang dialami satu negara bisa memberikan "ombak" ke negara lain melalui hubungan perdagangan dan sistem keuangan internasional.
Sementara itu, International Monetary Fund (IMF) punya definisi yang lebih rinci mengenai pengertian resesi ekonomi global.
Lembaga tersebut mengatakan, ciri resesi ekonomi global yang paling utama adalah menurunnya pertumbuhan ekonomi dan output global di banyak negara. Hanya saja, penurunan ini pun harus disertai pelemahan indikator makroekonomi lain, seperti aktivitas perdagangan, arus modal, dan penyerapan tenaga kerja.
Baca juga: Memahami 9 Faktor Penyebab Resesi Ekonomi Secara Umum
Berdasarkan definisi di atas, resesi global sejatinya dapat diketahui dari indikasi yang tercermin dari data-data makroekonomi. Namun pertanyaannya, apakah seseorang bisa menaksir terjadinya resesi ekonomi secara kasat mata tanpa memperhatikan data-data ekonomi global?
Nah, di bawah ini adalah tanda-tanda yang biasanya ditangkap investor sebagai sinyal bahwa perekonomian dunia sedang mengalami resesi.
Ketika nilai Dolar AS meroket, investor biasanya mengasosiasikan hal itu sebagai pertanda bahwa resesi akan segera terjadi. Apa alasannya?
Asal tahu saja, Dolar AS dikenal sebagai aset safe haven. Dengan kata lain, investor akan berniat mengoleksi Dolar AS jika merasa bahwa menyimpan uang tersebut lebih menguntungkan ketimbang membelanjakannya atau menginvestasikannya di salah satu instrumen investasi.
Ketika ekonomi sedang lesu, investor akan menambah penyimpanan uang kasnya dalam bentuk Dolar AS, baik dengan cara menjual aset investasinya atau dengan menabung, atas alasan motif berjaga-jaga. Makanya, tak heran jika kemudian muncul istilah bahwa uang kas adalah raja (cash is king) ketika situasi ekonomi diprediksi amburadul.
Permintaan Dolar AS tersebut tentu meningkatkan permintaannya. Alhasil, nilai Dolar AS pun meroket.
Namun, setiap kenaikan nilai Dolar AS pun belum tentu disebut sebagai pertanda resesi. Biasanya, investor mulai berjaga-jaga atas potensi resesi jika nilai indeks Dolar AS atau nilai tukar satu mata uang terhadap Dolar AS menembus rekor tertingginya di sepanjang tahun itu.
Anjloknya kinerja pasar saham secara simultan di beberapa negara juga merupakan indikasi bahwa resesi ekonomi global mungkin akan terjadi. Apa alasannya?
Sebagaimana diketahui, saham adalah instrumen berisiko. Jika nilainya anjlok tajam dalam semalam, maka ada indikasi bahwa investor sedang tidak ingin merisikokan uangnya.
Dengan kata lain, mereka memilih untuk menyimpan aset dalam bentuk kas atau menginvestasikannya ke instrumen lain yang lebih minim risiko. Hal ini merupakan pertanda bahwa investor sejatinya mengantisipasi situasi ekonomi yang lebih buruk di masa depan.
Kejatuhan pasar saham umumnya terbilang jitu dalam menaksir resesi ekonomi. Sebagai contoh, krisis finansial AS di 2008 rupanya memicu resesi ekonomi. Selain itu, terdapat pula peristiwa kejatuhan saham bernama Black Tuesday di 1929 yang ternyata menjadi gerbang peristiwa yang disebut The Great Depression. Keduanya dianggap sebagai pemicu resesi ekonomi global di masing-masing periode tersebut.
Meningkatnya harga barang dan jasa secara signifikan di beberapa negara juga bisa menjadi pertanda bahwa resesi global akan terjadi. Hal ini pun sesuai dengan teori ekonomi, di mana siklus ekonomi akan memasuki fase kontraksi ketika masyarakat mulai mengerem daya belinya akibat inflasi yang kebangetan.
Penyebab inflasi global pun bermacam-macam. Di satu sisi, hal ini bisa terjadi karena kenaikan nilai tukar Dolar AS yang signifikan, sehingga satu negara pun terpaksa mengeluarkan biaya yang lebih mahal untuk mengimpor barang dan jasa dari negara lain.
Di sisi lain, hal ini juga bisa terjadi karena disrupsi rantai pasok global yang menyerang komoditas global utama, seperti minyak mentah dan komoditas energi, yang merupakan kebutuhan dasar bagi seluruh negara di dunia.
Baca Juga: Cemas Terjadi Resesi Akibat Pandemi, Investor Nilai Aset Emas Paling Menjanjikan
Seperti yang telah disinggung, resesi ekonomi global melibatkan banyak negara di dunia. Keterkaitan hubungan perdagangan dan sistem keuangan antar negara dapat membantu menyebarkan goncangan ekonomi di satu kawasan menjadi resesi ekonomi global.
Nah, proses tersebut dikenal sebagai penularan. Sehingga, diketahui bahwa jika suatu negara terjadi resesi, maka negara lain juga dapat mengalami resesi.
Namun, dampak dan tingkat keparahan efek resesi terhadap suatu negara berbeda-beda berdasarkan beberapa faktor yang dimiliki seperti hubungan perdagangan, kecanggihan pasar, hingga efisiensi investasi terhadap sektor terdampak.
MF mencatat bahwa resesi global telah terjadi sebanyak lima kali yaitu pada tahun 1975, 1982, 1991, 2009, dan 2020. Namun, resesi di 2009 dan 2o22 mungkin masih membekas di ingatan investor hingga saat ini.
Resesi global 2009 dipicu oleh kondisi gagal bayar utang perbankan-perbankan besar AS dalam peristiwa yang bernama Subprime Mortgage. Peristiwa itu terbilang kronis setelah salah satu bank top AS, Lehman Brothers mengajukan kebangkrutan di 2008 dan membuat pasar saham AS ambruk.
Kemudian pada 2009, situasi AS membaik beberapa tahun setelah pasar saham jatuh. Sayangnya, negara-negara lain membutuhkan waktu pemulihan ekonomi yang jauh lebih lama. Bahkan, lebih dari satu dekade, efeknya masih dapat dirasakan di banyak negara maju dan pasar negara berkembang.
Sementara itu, di 2020, dunia mengalami resesi global akibat pandemi COVID-19 yang disebut sebagai The Great Lockdown.
The Great Lockdown merupakan krisis kesehatan yang memicu krisis ekonomi karena penerapan karantina, jaga jarak, hingga pembatasan perjalanan selama pandemi COVID-19 guna membatasi penyebaran virus dan berdampak pada terkekangnya aktivitas global. Selain itu, resesi ini menjadi rekor resesi ekonomi global terburuk sejak The Great Depression pada tahun 1930-an.
Download aplikasi Pluang untuk investasi Saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Sumber: Investopedia, CNN
Bagikan artikel ini