Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Fitur Proarrow-icon

support-icon
Dirancang untuk Investor
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Keamanan

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

Berita & Analisis

Membedah Keuangan dan Prospek Oracle, Bintang Baru Sektor Cloud AS
shareIcon

Membedah Keuangan dan Prospek Oracle, Bintang Baru Sektor Cloud AS

7 Sep 2023, 11:44 AM·Waktu baca: 10 menit
shareIcon
Kategori
Membedah Keuangan dan Prospek Oracle, Bintang Baru Sektor Cloud AS

Bisnis Infrastruktur Awan Kian Moncer hingga Jalin Kerja Sama dengan Perusahaan Terkemuka NVDIA, Oracle Layak Dibeli?

Profil Oracle Corp

Oracle Corporation adalah perusahaan piranti lunak yang berbasis di kota Austin, AS. Perseroan memfokuskan bisnisnya dalam penyediaan perangkat lunak manajemen informasi perusahaan sebagai solusi teknologi demi meningkatkan proses bisnis.

Dunia bisnis umumnya mengenal Oracle sebagai penyedia sistem basis data (database) korporat yang populer. Kendati begitu, perusahaan juga memiliki produk andalan lain seperti aplikasi berbasis cloud, alat manajemen data, analisis bisnis, dan layanan keamanan, yang bertujuan untuk membantu individu atau korporasi meningkatkan efisiensi bisnis, produktivitas, dan mengambil keputusan yang akurat.

Dengan fokus pada inovasi dan peningkatan teknologi, Oracle telah aktif memperluas penawarannya melalui akuisisi, memperkuat posisinya sebagai pemimpin di industri teknologi informasi. Hasilnya, dengan nilai kapitalisasi pasar mencapai US$337,46 miliar per Kamis (7/9), Oracle kini menjelma sebagai salah satu perusahaan piranti lunak terbesar di dunia.

Lebih lanjut, Oracle memiliki sejumlah produk unggulan yang terdiri dari:

  • Oracle Database: 

Oracle Database adalah basis data relasional yang kuat untuk menyimpan, mengatur, dan mengelola data dalam skala besar.

Perusahaan ini menyediakan berbagai fitur lengkap untuk manajemen data, termasuk backup serta restore data yang didukung dengan tingkat keamanan tinggi.

  • Oracle Cloud Infrastructure (OCI): 

OCI adalah layanan komputasi awan yang aman dan efisien yang berfokus pada manajemen instance, mesin virtual, dan daya penyimpanan (storage). Seluruh jasa tersebut memungkinkan klien perusahaan untuk mengelola cloud, mempercepat pengembangan aplikasi, dan meningkatkan skalabilitas infrastruktur dengan lebih mudah,

  • Oracle Fusion Middleware: 

Fusion Middleware adalah platform middleware yang membantu pengembangan, integrasi, dan manajemen aplikasi yang dikembangkan perusahaan-perusahaan kliennya. Produk ini memungkinkan perusahaan klien Oracle untuk mengintegrasikan aplikasinya dengan sistem yang sudah ada dan aplikasi dari vendor lain.

  • Oracle E-Business Suite: 

E-Business Suite adalah aplikasi Enterprise Resource Planning (ERP) yang membantu perusahaan klien Oracle dalam mengelola berbagai aspek bisnis seperti keuangan, sumber daya manusia, dan rantai pasok.

  • Oracle Autonomous Database: 

Autonomous Database adalah layanan basis data berbasis teknologi kecerdasan buatan (AI) yang bisa melakukan pengelolaan data, seperti backup dan restore, secara otomatis.

Aksi Merger dan Akuisisi

Pada 2022, Oracle mengakuisisi perusahaan teknologi informasi di bidang kesehatan Cerner dengan nilai US$95 per saham atau sekitar US$28,3 miliar dalam nilai ekuitas.

Akuisisi ini diharapkan dapat mempererat cengkeraman Oracle di segmen teknologi kesehatan mengingat Cerner adalah penyedia sistem informasi digital yang digunakan di rumah sakit dan sistem kesehatan terkemuka di AS.

Komposisi Pendapatan

Oracle Revenue Distribution by Category, Geography

Pada periode Maret-Mei 2023, Oracle membukukan pendapatan US$13,83 miliar di mana 83,3% disumbang dari pendapatan lisensi dan teknologi awan. Adapun produk perangkat lunak yang mendorong pendapatan tersebut berasal dari merek Siebel, PeopleSoft, dan JD Edwards, serta Oracle E-Business Suite.

Sementara itu, sekitar 10% penjualan perseroan berasal dari bisnis perangkat keras, yang menyediakan berbagai produk perangkat keras perusahaan dan produk perangkat keras pendukung perangkat lunak seperti Oracle Engineered Systems, server, penawaran perangkat keras khusus industri, dan sistem operasi.

Sementara itu, jika ditinjau secara geografis, perusahaan sebagian besar mendulang pendapatannya dari wilayah Amerika dengan kontribusi 63% dari total penjualan. Hal itu kemudian diikuti oleh Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (sekitar 24%), serta wilayah Asia-Pasifik (sekitar 13%). 

Tesis Investasi

1. Segmen Bisnis ‘Cloud’ jadi Tumpuan Perseroan

Pada awalnya, Oracle mengawali perjalanan di segmen teknologi awan dengan cobaan berat. Pendapatannya dari segmen bisnis ini sulit meningkat selama beberapa periode. Hal itu pun diperparah dengan maraknya pesaing yang berjejalan di segmen tersebut.

Kendati demikian, Oracle telah membuat kemajuan yang mengesankan di segmen teknologi awan melalui produk Oracle Cloud Infrastructure (OCI). Pasalnya, teknologi itu diklaim punya lapisan otomatisasi canggih, sebuah fitur yang sangat diperhatikan oleh kompetitor dekat Oracle. Hasilnya, banyak klien perusahaan kini mulai tertarik untuk memanfaatkan produk teknologi awan milik Oracle.

Terlebih, akuisisi atas Cerner tahun lalu juga membantu Oracle untuk menyusul pemain utama segmen teknologi awan seperti Microsoft (MSFT) dan Amazon.com (AMZN). Untungnya, seluruh upaya tersebut pun berbuah manis, seperti tercermin di kinerja keuangan Oracle di periode fiskal lalu.

Memang, saat ini Oracle masih pemain “kelas teri” di segmen infrastruktur awan. Pada periode Maret-Mei, perusahaan hanya mampu meraup US$1,4 miliar dari lini bisnis tersebut. Angka itu ibarat langit dan bumi jika dibandingkan pendapatan segmen teknologi awan Amazon melalui Amazon Web Services (AWS) yang mencapai US$21,4 miliar di triwulan fiskal terakhirnya.

Hanya saja, Oracle tetap masih bisa berbangga diri lantaran pertumbuhan pendapatannya terbilang moncer. 

Betapa tidak, meski nilainya mini, pendapatan awan Oracle tersebut rupanya melejit 76% jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, jauh mengungguli raksasa-raksasa teknologi awan lainnya. Sebagai contoh, segmen teknologi awan milik Microsoft, Azure, hanya mampu membukukan pertumbuhan pendapatan 27% di kuartal fiskal terakhirnya. Sementara itu, AWS pun hanya mampu menorehkan pertumbuhan pendapatan 16%.

Bahkan, analis percaya pertumbuhan pendapatan tersebut bakal kian gemilang berkat kemitraan Oracle dengan produsen chip Nvidia (NVDA) yang terjalin baru-baru ini di bidang teknologi kecerdasan buatan. 

Jika kerja sama itu terbilang lancar, maka OCI akan berada dalam posisi yang mantap untuk menjadi platform pengembangan kecerdasan buatan dan mesin pembelajaran (Machine Learning) utama global ke depan.

Oracle Cloud laaS Growth in Constant Currency (%)

2. Oracle Siap ‘Balas Dendam’ Usai Tersingkir di Segmen Database

Database Management System Software Market Share

Nasib mujur Oracle di segmen infrastruktur awan nampaknya tidak berlaku di segmen database. Pasalnya, pangsa pasar Oracle di segmen satu ini terus melorot dalam lima tahun terakhir.

Pada 2017, Oracle masih meraup 35% dari pangsa pasar bisnis database global. Sayangnya, angka tersebut kemudian terperosok menjadi 20% di 2022 gara-gara ancaman dari dua raksasa teknologi, Microsoft dan Amazon.

Namun, Oracle enggan membiarkan dirinya dilahap persaingan yang makin ketat. Perusahaan pun melancarkan berbagai strategi bisnis baru, salah satunya mencoba untuk mengembangkan dan mengeluarkan produk baru database otonom bernama Autonomous Database Oracle. Dengan layanan ini, pengguna berkesempatan untuk mengotomatisasi pekerjaan rutin sehingga pengguna dapat menghemat waktu dalam menjalankan proses bisnisnya.

Produk ini diharapkan dapat menjadi “juru selamat” bagi Oracle untuk meraih kembali pangsa pasar segmen database yang tergerus dalam beberapa tahun terakhir. Selain itu, fitur otomotisas tersebut diharapkan juga bisa menjadi daya jual menarik yang tidak dimiliki pesaing Oracle lainnya.

Lebih lanjut, adopsi produk database otonom terbaru ini sangat krusial bagi pertumbuhan penjualan dan keuntungan jangka panjang perusahaan. 

Argumen itu sepertinya tak berlebihan mengingat 58% pendapatan segmen awan dan lisensi ditopang oleh penjualan layanan database. Kemudian, seperti yang telah disinggung sebelumnya, segmen awan dan lisensi adalah penyumbang terbesar pendapatan Oracle dengan porsi 83%.

3. Prospek Cerah di Sektor ‘Cloud’

Cloud Computing Market Size, 2021-2030

Source: fortune business insights

Apabila terdapat segmen bisnis yang persaingannya sangat sengit, maka segmen teknologi awan bisa menjadi salah satu kandidat utamanya. Maklum saja, penyebabnya tidak lain karena prospek bisnis komputasi awan semakin lama semakin legit.

Tengok saja, pada 2022, ukuran pasar bisnis komputasi awan global bernilai US$669,31 miliar dan diharapkan akan meningkat menjadi US$677,95 miliar di 2023. Tetapi, nilainya ternyata diramal bakal melejit menjadi US$2,42 triliun di 2030, alias tumbuh 20% per tahun jika dihitung dengan perhitungan majemuk (CAGR).

Dengan potensi pasar yang cukup mantap, segmen komputasi awan tentu ibarat gula yang menarik perhatian semut-semut di sekelilingnya. Perusahaan teknologi tentu berlomba-lomba untuk mendulang potensi cuan mantap yang terdapat di segmen bisnis satu ini.

Ada banyak faktor yang membuat permintaan jasa komputasi awan berprospek cerah di masa depan. Di antaranya adalah sikap pelaku bisnis yang mulai melakukan transformasi digital serta mengadopsi teknologi baru berbasis teknologi awan, seperti Big Data, kecerdasan buatan, dan Machine Learning.

Besarnya potensi pasar teknologi awan tentu akan berimbas positif terhadap pertumbuhan pendapatan segmen komputasi awan Oracle.

Apabila menengok data historisnya, segmen bisnis cloud dan lisensi Oracle berhasil tumbuh 4.96% dalam lima tahun terakhir. Tetapi, jika proyeksi pertumbuhan pasar bisnis cloud berjalan sesuai estimasi, maka Oracle diperkirakan akan membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 15- 20% per tahun hingga 2030.

Analisis Keuangan

Pendapatan

ORCL Revenue

Oracle sempat mengalami stagnasi pertumbuhan pendapatan antara tahun fiskal 2014 hingga 2021. Untungnya, sejak tahun fiskal 2022, pertumbuhan pendapatan perseroan mulai “tancap gas”. Bahkan, Oracle berhasil mencetak pendapatan tertingginya pada tahun fiskal 2023. Sekadar informasi, tahun fiskal yang dimaksud dihitung dari bulan Mei hingga April setiap tahunnya.

Sepanjang tahun fiskal 2023, perusahaan sukses mengantongi pendapatan US$49,95 miliar alias tumbuh fantastis 17,7% dari tahun sebelumnya, yang sekaligus juga menjadi pertumbuhan pendapatan terbaik perusahaan dalam 10 tahun terakhir.

Adapun detail mengenai rincian pendapatan Oracle per segmen bisnis bisa disimak melalui diagram di bawah ini.

Kontribusi Segmen terhadap Pendapatan ORCL FY2023

Seperti terlihat dari diagram di atas, Oracle memiliki tiga segmen bisnis utama, yakni teknologi awan dan lisensi, jasa-jasa, dan piranti keras. 

Dari ketiga segmen tersebut, segmen teknologi awan dan lisensi memegang peranan paling besar dengan nilai US$41,08 miliar pada tahun fiskal 2023. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya layanan awan dan lisensi dalam portofolio Oracle, terutama di era digital saat ini. 

Sementara itu, segmen jasa-jasa dan piranti lunak masing-masing berkontribusi sebesar US$5,59 miliar dan $3,27 miliar, menegaskan bahwa perusahaan masih berupaya untuk mendiversifikasikan sumber pendapatannya di luar segmen utamanya.

Namun pertanyaannya, segmen bisnis apakah yang membukukan pertumbuhan pendapatan paling kencang? Sobat Cuan bisa menemukan jawabannya pada grafik berikut ini.

Revenue dan Cost of Revenue ORCL 2020-2023

Segmen Teknologi Awan dan Lisensi:

Oracle sukses mengerek pendapatan dari segmen teknologi awan dan lisensi dari US$32,51 juta di tahun fiskal 2020 menjadi US$41,08 juta di tahun fiskal 2023. Namun, di saat yang sama, perusahaan juga mengalami kenaikan biaya produksi dan jasa (Cost of Revenue) dari US$4 miliar di tahun fiskal 2020 menjadi US$7,76 juta di tahun fiskal 2023.

Dengan demikian, meski pendapatan melejit 26% antara tahun fiskal 2020 hingga 2022, namun biaya produksi perusahaan juga membengkak 94% di rentang waktu yang sama. Ini menunjukkan bahwa meskipun segmen ini tumbuh, biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan pendapatan tersebut juga meningkat dengan signifikan.

Segmen Jasa-jasa:

Pendapatan segmen jasa-jasa sejayinya terbilang berfluktuasi antara tahun fiskal 2020 hingga 2023. Namun, pendapatan tersebut terbilang bertumbuh 80% pada periode yang dimaksud.

Kendati begitu, berbeda dengan segmen teknologi awan dan lisensi, pertumbuhan biaya produksi dan jasa Oracle justru lebih rendah, yakni 69%. Ini mengindikasikan bahwa Oracle mungkin telah melakukan investasi atau perubahan strategis dalam segmen ini yang memengaruhi struktur biayanya.

Piranti Keras:

Sementara itu, Oracle membukukan pendapatan segmen piranti keras sebesar US$3,27 miliar di tahun fiskal 2023 atau turun dari US$3,44 miliar di tahun fiskal 2020. 

Meski pendapatan terbilang melandai, namun biaya produksi juga ikut menurun dari US$1,11 miliar menjadi US$1,04 miliar. Dengan kata lain, Oracle berhasil menjaga efisiensi biaya di segmen ini.

Penjelasan di atas menerangkan bahwa perusahaan menghadapi tantangan dalam mengendalikan biaya meski mencetak pertumbuhan pendapatan di beberapa segmen.

Laba Bersih

Net Income ORCL FY2020-FY2024E

Meski pertumbuhan pendapatan Oracle terlihat mentereng, labanya justru tidak memperlihatkan nasib yang sama. Tengok saja, laba perusahaan tercatat US$8,99 miliar di tahun fiskal 2023 atau turun dari US$10,64 miliar setahun sebelumnya meski pendapatan terbilang melesat 17,7% di waktu yang sama.

Kendati begitu, sejumlah analis memproyeksikan bahwa laba Oracle akan memantul kuat menjadi US$14,96 miliar di tahun depan. Proyeksi positif itu menunjukkan kepercayaan analis dalam strategi jangka panjang dan potensi pertumbuhan Oracle di masa depan.

Valuasi

Berdasarkan harga perdagangan hingga akhir Agustus 2023, valuasi saham Oracle (ORCL) relatif lebih murah jika dibandingkan dengan perusahaan software lainnya. 

Saat ini, ORCL diperdagangkan dengan rasio forward price-to-earnings (P/E) sebesar 17,7x, lebih rendah dibandingkan pesaingnya seperti Microsoft (28,8x), Salesforce (27,8x), dan Adobe (20.8x). 

Dengan hasil tersebut, ORCL bahkan mencatatkan margin laba operasional yang lebih tinggi dibandingkan kompetitornya. Pesaing terdekatnya, Adobe, kemungkinan akan mengalami penyusutan margin hingga berada di bawah ORCL apabila kesepakatan integrasi dengan Figma rampung. 

Beberapa lembaga terkemuka juga menaikkan target harga saham ORCL pada awal September ini, di antaranya Mizuho (dengan target US$150), Bernstein (dengan target US$142) dan Barclays (dengan target US$150). 

Namun menurut konsensus, harga wajar dari saham Oracle sendiri berada di US$130. Sementara itu, harga penutupan saham Oracle per Rabu (6/9) berada di US$124.33, sehingga ada potensi upside sebesar 5%. 

Bagi Pluang, Oracle bisa menjadi salah satu perusahaan yang cocok bagi Sobat Cuan yang memiliki gaya berinvestasi value investing melihat prospek perusahaan yang cukup baik ke depan. Terlebih, perusahaan saat ini sedang gencar melakukan ekspansi dan pengembangan produk baru, yang tentunya bisa membuat analis kembali mengerek target harga saham perusahaan. Transaksi Saham ORCL di Sini!

Software Adjusted Operating Margins (TTM)

Risiko

Dalam berinvestasi, tentu terdapat risiko yang perlu diperhatikan investor. Berikut ini adalah beberapa risiko yang wajib diketahui sebelum berinvestasi di saham Oracle.

  1. Optimisme Berlebihan Terhadap AI: Pasar saat ini sangat optimistis terhadap inisiatif AI Oracle, yang tercermin dari kenaikan harga sahamnya. Namun, jika sektor AI mengalami perlambatan atau mengalami perubahan persepsi pasar, maka hal itu dapat memengaruhi valuasi Oracle. Biasanya, optimisme berlebihan seringkali diikuti oleh koreksi ketika ekspektasi tidak terpenuhi, yang ujung-ujungnya menyebabkan volatilitas harga saham.

  2. Ketergantungan pada Kemitraan Strategis: Oracle telah menjalin kemitraan dengan perusahaan seperti NVIDIA untuk memperkuat posisinya dalam AI. Namun, ketergantungan pada kemitraan strategis ini membawa risiko tersendiri. Jika ada perubahan dalam kemitraan ini atau jika kemitraan tidak menghasilkan hasil yang diharapkan, maka hal itu dapat memengaruhi prospek bisnis Oracle di masa depan.

  3. Dinamika Pasar yang Cepat Berubah: Teknologi, khususnya sektor AI, adalah industri yang cepat berubah. Inovasi baru, perubahan regulasi, atau kemunculan pesaing baru dapat mempengaruhi posisi Oracle di pasar. Sehingga, kemampuan Oracle untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan ini akan krusial untuk kesuksesannya.

  4. Ekspektasi Tinggi dari Analis Wall Street: Wall Street belakangan terlihat sangat optimistis dengan kinerja Oracle. Namun, ekspektasi ini dapat berubah berdasarkan berbagai faktor eksternal, seperti kondisi makroekonomi atau perubahan dalam industri teknologi. Jika Oracle tidak memenuhi ekspektasi ini, maka hal itu dapat mempengaruhi persepsi investor dan harga saham.

  5. Risiko Keuangan (tingginya suku bunga): Oracle, seperti bisnis lainnya, mengandalkan pinjaman untuk mendanai operasi, ekspansi, atau investasi dalam penelitian dan pengembangan. Ketika suku bunga meningkat, maka biaya peminjaman juga naik dan menimbulkan beban bunga yang lebih tinggi bagi perusahaan.

Mulai Perjalanan Investasimu dengan Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang untuk investasi Saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!

Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!

Ditulis oleh
channel logo

Galih Gumelar

Right baner

Galih Gumelar

Bagikan artikel ini

Artikel Terkait
initiation
Mengulik Prospek Saham Google Sebagai Mesin Pencari Terbesar di Dunia
news card image
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1