Singgasana JP Morgan sebagai bank terbesar di AS tak tergoyahkan hingga NIM masih terus meningkat, simak selengkapnya di Sini!
JPMorgan Chase & Co. (JPMorgan) adalah lembaga jasa keuangan Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan anggota the Big Four, yakni sebuah kelompok yang berisikan empat bank terbesar di Negara Paman Sam tersebut. Bahkan, dengan aset sekitar US$3,7 triliun, bank yang eksis sejak 1799 ini adalah perusahaan induk bank terbesar di AS.
JPMorgan menyediakan jasa keuangan global yang melayani baik konsumen institusi maupun ritel melalui jasa seperti investment banking, pelayanan pasar modal, manajemen aset, private banking, jasa kartu keanggotaan, commercial banking, dan kredit pemilikan rumah.
Menariknya, perusahaan pun sukses menjadi pemimpin di sejumlah layanan keuangan tersebut di AS. Prestasi itu pun tak lepas dari luasnya jaringan operasi JPMorgan di AS. Sebagai buktinya, perusahaan kini mengoperasikan sekitar 4.790 kantor cabang di 50 negara bagian AS.
Namun, secara garis besar, JPMorgan membagi bisnisnya ke empat segmen yang meliputi:
Lebih lanjut, secara geografis, wilayah Amerika Utara berkontribusi sekitar 75% terhadap pendapatan perusahaan, diikuti oleh wilayah Eropa dan Timur Tengah dengan porsi 15%. Adapun sisa 20% pendapatan perusahaan disumbang dari kegiatan operasionalnya di wilayah Asia-Pasifik dan Amerika Latin-Karibia.
Sebagai bank terbesar di AS, JPMorgan diketahui getol melakukan aksi korporasi dalam bentuk merger dan akuisisi untuk mengembangkan skala bisnisnya.
Pada 2021, misalnya, JPMorgan diketahui mengakuisisi dua perusahaan, yakni perusahaan teknologi keuangan terkemuka yang memberikan wawasan bagi para investor yang fokus pada value investing bernama OpenInvest dan perusahaan manajemen kekayaan digital independen terkemuka di Inggris bernama Nutmeg Saving and Investment Ltd. (Nutmeg).
Kemudian, pada awal 2022, perusahaan juga sepakat untuk mengakuisisi perusahaan perangkat lunak manajemen saham berbasis teknologi awan bernama Global Shares. Akuisisi ini diharapkan memperkuat posisi JPMorgan dalam menawarkan rangkaian layanan kepada klien korporat dan menciptakan saluran baru untuk menggaet klien bisnis manajemen kekayaan lebih banyak lagi di masa depan.
Nama JPMorgan sejatinya tidak bisa dilepaskan dari titel raja bank AS. Betapa tidak, selama beberapa dekade terakhir, perusahaan tetap sukses meningkatkan pangsa pasarnya di seluruh lini bisnis utamanya meski langkahnya diadang sejumlah kompetitor.
Dalam hal ini, Sobat Cuan bisa mengambil contoh dominasi JPMorgan di segmen bisnis investment banking.
Pada 2022, JPMorgan membukukan pendapatan US$47,89 miliar dari sektor usaha tersebut dengan pangsa pasar 8,5% dari total pangsa pasar investment banking di AS, yang sekaligus menjadikannya sebagai pemain nomor satu sektor investment banking di negara tersebut. Posisi JPMorgan rupanya terpaut cukup jauh dengan dua pesaing sengitnya, Goldman Sachs dan Bank of America, dengan pangsa pasar masing-masing 6,7% dan 6,3%.
Tak hanya berkuasa di segmen investment banking, JPMorgan juga masih menjadi yang terdepan dalam segmen consumer banking jika ditilik dari segi nilai pengelolaan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan aset nasabah dengan pangsa pasar hampir 20% terhadap total nilai DPK dan aset di industri perbankan AS. Langkah JPMorgan pun diekor berturut-turut oleh Bank of America, Citibank, dan Wells Fargo.
Sebagai lembaga jasa keuangan paling top di AS, JPMorgan pun tentu memiliki stabilitas bisnis yang cukup mumpuni. Imbasnya, perusahaan mampu memberikan dividen yang konsisten kepada pemegang saham setiap tahunnya.
Bahkan, nilai dividen yang ditebar perusahaan pun terus meningkat antar tahun, seperti yang tercermin di dalam grafik berikut.
Menariknya, ada potensi bahwa JPMorgan masih bisa menebar dividen ke pemegang saham meski situasi ekonomi AS terbilang amburadul.
Dalam uji tekanan (Stress Test) yang dilakukannya tahun ini, The Fed mengatakan bahwa lembaga keuangan terbesar AS, seperti JPMorgan, memiliki modal cukup untuk menghadapi resesi ekonomi. Ini memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk melakukan pembelian kembali saham dan memberikan dividen secara konsisten kepada pemegang saham.
Usai perilisan laporan tersebut, perusahaan pun semakin pede untuk meningkatkan dividen saham biasa per kuartal dari US$1 per lembar menjadi US$1,5 per lembar mulai kuartal III 2023. Dengan demikian, perusahaan kemungkinan akan menghamburkan dividen US$4,2 per lembar untuk tahun fiskal 2023.
Jika JPMorgan mampu merealisasikan nilai dividen tahunan tersebut, maka perusahaan akan sukses menggembungkan nilai dividen tahunan sebanyak empat kali lipat sejak 2011, seperti terlihat pada grafik di atas.
Bagi sebagian korporasi, kenaikan suku bunga acuan The Fed yang agresif menjadi momok bagi kinerja keuangannya.
Namun, hal tersebut justru menjadi berkah bagi sektor perbankan, termasuk JPMorgan. Pasalnya, kenaikan suku bunga acuan The Fed juga mengerek bunga layanan yang ditawarkan oleh JPMorgan. Alhasil, perusahaan pun berkesempatan mendongkrak margin dan pendapatan bunga bersihnya.
Hal itu pun terlihat dari grafik di bawah ini yang memperlihatkan bahwa tingkat bunga bersih JPMorgan terlihat membaik sejak kuartal II 2021, sejalan dengan tingkat kenaikan suku bunga acuan The Fed. Kendati demikian, perseroan tetap bisa menjaga suku bunga pada level optimal sehingga pendapatan bunga bersih tetap dapat meningkat walaupun nilai penyaluran pinjaman terlihat konstan.
Uniknya, menurut data Bankreg, tingkat margin laba bersih JPM per kuartal II 2023 sebesar 2,74% juga menjadi yang tertinggi di antara tiga bank terbesar AS.
Pesaing terdekatnya Bank of America (BAC), contohnya, “hanya” mampu mencatat tingkat margin bunga bersih di 2,68% di periode yang sama. Sementara itu, si juara ketiga Citibank juga hanya berhasil menorehkan tingkat margin bunga bersih 2,44%.
JPMorgan Chase diprediksi akan berhasil mencatat pendapatan tahunan sebesar US$159,43 miliar di 2023, melesat 23,1% dari US$129,53 miliar setahun sebelumnya. Nilai ini pun diprediksi akan membaik tipis di 2024.
Proyeksi itu didasarkan pada anggapan bahwa perusahaan masih bisa menumbuhkan pendapatan bunga lantaran suku bunga acuan The Fed masih dipasang di level tinggi.
Kenaikan pendapatan bunga itu diharapkan juga bisa mengantar perusahaan untuk mencetak laba US$47,34 miliar di 2023, meningkat hampir 30% di setahun sebelumnya.
Data Bloomberg menunjukkan bahwa valuasi perusahaan dari segi rasio harga saham terhadap nilai buku (P/B) per 8 Oktober 2023 berada di 1,48x, alias lebih rendah dari reratanya selama lima tahun terakhir di 1,56x. Dengan demikian, valuasi JPMorgan Chase sejatinya saat ini masih lebih “murah” dibanding data historisnya.
Sementara itu, analis sendiri menganggap bahwa valuasi wajar JPMorgan Chase berada di US$170, sehingga mereka pun mengganjar saham perusahaan dengan rating BUY lantaran terdapat potensi keuntungan sebesar 16,8%.
JPMorgan Chase adalah perusahaan jasa keuangan terbesar di AS. Namun, terdapat beberapa risiko yang semestinya patut menjadi perhatian investor ketika ingin membenamkan dana di saham perusahaan.
Sejak 2022, The Fed terus mengerek suku bunga acuannya demi meredam inflasi AS yang semakin liar. Bahkan, dalam rapat FOMC terakhirnya September 2023, bank sentral AS tersebut memberi sinyal untuk enggan menurunkan tingkat suku bunga acuannya dalam jangka waktu dekat.
Hanya saja, kenaikan suku bunga acuan dapat menurunkan nilai instrumen berpendapatan tetap, utamanya obligasi pemerintah. Pasalnya, The Fed tentu akan melakukan penjualan surat berharga agar bisa mengerek suku bunga acuannya.
Implikasinya, jika nilai instrumen berpendapatan tetap yang dimiliki JP Morgan menurun, maka likuiditas bank juga akan terpengaruh.
Bangkrutnya Bank Silicon Valley pada awal tahun ini menjadi pelajaran tersendiri bagi investor dan dunia keuangan AS.
Jika lebih banyak bank regional mengalami kegagalan, maka kemungkinan harga saham JPMorgan Chase akan menurun dalam jangka pendek. Maklum, seperti yang terlihat sejak awal tahun, setiap berita mengenai munculnya bank gagal baru sangar berkorelasi dengan penurunan harga saham bank-bank besar.
Risiko kredit muncul ketika peminjam gagal membayar pinjaman mereka. Peningkatan kredit macet dapat berdampak negatif pada keuangan JPMorgan Chase dan nilai sahamnya ke depan.
Download aplikasi Pluang untuk investasi Saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Bagikan artikel ini