Sebuah akhir pekan yang tak begitu hepi lantaran aset kripto dan saham AS terjerembab selepas menjalani pekan yang bergejolak. Apa yang sebenarnya terjadi? Simak selengkapnya di sini!
Fans kripto boleh saja berharap reli kencang aset kripto pekan lalu akan berlanjut hingga pekan ini. Sayangnya, kenyataan berbicara sebaliknya. Bukannya makin kokoh, pergerakan harga aset kripto malah runtuh.
Saking robohnya pasar kripto, data Coinglass mencatat terdapat likuidasi di pasar kripto US$580 juta pada pekan ini. Lantas, apa yang menjadi penyebabnya?
Banyak pihak beranggapan bahwa pelaku pasar memilih menjual aset kripto karena platform exchange kripto asal Jepang Mt. Gox akan mendistribusikan BTC dalam jumlah jumbo kepada penggunanya. Aksi ini adalah tindakan "ganti rugi" Mt. Gox terhadap raibnya 850.000 keping BTC ketika platform tersebut diretas 2014 silam.
Namun ternyata, komentar terbaru bank sentral AS The Fed ternyata menjadi pangkal utama kepanikan pelaku pasar.
Pada Rabu (17/8), The Fed menerbitkan risalah (minutes of meeting) rapat komite pasar terbuka federal (FOMC) Juli. Dokumen itu menyebut bahwa The Fed rupanya masih ngotot ingin menaikkan suku bunga acuannya sampai inflasi AS benar-benar redup.
Namun, pelaku pasar menganggap komentar tersebut sebagai sebuah kontradiksi. Pasalnya, pada bulan lalu, Ketua The Fed Jerome Powell sempat menebar janji manis ingin melonggarkan kebijakan moneter selepas September. Sontak, selera risiko pelaku pasar pun mendadak redup.
Di samping itu, inflasi yang semakin meradang di Jerman dan Inggris ikut meredupkan kepercayaan diri investor untuk berkubang di pasar berisiko, termasuk kripto. Mumpung sentimen makroekonomi tak mendukung, pelaku pasar pun memilih melakukan short selling ketimbang mengakumulasi aset kripto.
Lebih lanjut, jika Sobat Cuan menengok tabel di atas, terdapat Shiba Inu (SHIB) yang tahan badai meski kawan-kawannya tenggelam. Pluang menduga, SHIB sepertinya ketularan berita positif yang melanda Dogecoin (DOGE) sepanjang pekan ini.
Kabarnya, komunitas kripto sedang membicarakan tentang jaringan blockchain lapis 2 Dogecoin bernama Dogechain. Melalui jaringan tersebut, komunitas kripto bisa menciptakan aplikasi terdesentraliasi, Non-Fungible Token, dan protokol DeFi.
Hanya saja, jaringan ini bukanlah jaringan "resmi" Dogecoin. Sebab, Dogechain ternyata dibangun di atas Polygon Edge, yakni sebuah modifikasi dari jaringan blockchain Polygon.
Baca Juga: Pluang Insight: Faktor Makroekonomi Apa Saja yang Pengaruhi Pasar Kripto?
Pada saat artikel ini ditulis, BTC terlihat sedang menguji resistance terdekatnya di area US$21.300.
Namun, ada kemungkinan BTC bisa mengalami rebound tipis ke level terdekatnya di kisaran US$22.500 jika mampu menembus level resistance yang dimaksud. Potensi ini terbuka lebar mengingat penurunan volume perdagangan BTC ternyata lebih kecil ketimbang persentase penurunan harganya.
Kendati demikian, Pluang merekomendasikan Sobat Cuan untuk segera melakukan aksi jual begitu nilai aset kripto menguat mengingat kondisi makroekonomi yang masih lesu dan rencana distribusi BTC Mt. Gox.
Nasib serupa juga dialami trio indeks saham AS. Nilai Dow Jones Industrial Average (DJIA) melorot 0,17%, sementara nilai S&P 500 dan Nasdaq masing-masing tumbang 1,21% dan 2,6% pada pekan ini.
Kehadiran short-sellers di pasar saham AS diduga menjadi biang kerok pelemahan indeks Wall Street. Hal ini sebenarnya dapat dimaklumi mengingat reli hebat indeks AS kemarin tentu akan dimanfaatkan mereka yang mencari cuan dengan membabi buta.
Di samping itu, selera risiko pelaku pasar meredup setelah The Fed menegaskan kembali komitmen pengetatan kebijakan moneternya melalui risalah rapatnya yang dirilis Rabu kemarin.
Sementara itu, indeks S&P 500 membukukan penurunan terdalamnya sejak Juni, sekaligus menandai pelemahan mingguan pertamanya sejak reli lima pekan terakhir. Di sisi lain, Nasdaq membukukan performa paling buruk di antara tiga indeks Wall Street lantaran saham-saham teknologi berkategori growth stock terguncang paling parah jika situasi makroekonomi tak mendukung.
Lebih lanjut, Sobat Cuan juga perlu mewaspadai nilai CBOE Volatility Index (VIX) yang sudah kembali di atas level 20. Indeks tersebut merupakan ukuran volatilitas pasar, di mana nilai yang semakin tinggi mengindikasikan bahwa gejolak di pasar semakin kuat.
Kabar baiknya, salah satu panutan dunia investasi Warren Buffett bersama perusahaan besutannya Berkshire Hathaway telah mendapat persetujuan dari otoritas pasar modal AS untuk membeli 50% kepemilikan saham perusahaan minyak AS bernama Occidental Petroleum Corp.
Peristiwa ini pun bisa menjadi acuan bagi Sobat Cuan untuk mengoleksi saham-saham energi mengingat prospek harga minyak mentah sedang terlihat menggiurkan.
Selain itu, Sobat Cuan juga perlu memantau perhelatan The Fed bernama Jackson Hole. Kuat dugaan, bank sentral AS tersebut diprediksi akan mengerek suku bunganya dengan drastis demi mengekang inflasi yang semakin tak masuk akal.
Menurut Pluang, di saat bear market seperti ini, alangkah baiknya Sobat Cuan terus mengikuti berita terkini dan tidak melakukan aksi all-in. Alih-alih, kamu lebih baik melakukan aksi cicil beli lantaran tidak ada satu pun yang tahu titik bottom nilai indeks saham yang sebenarnya.
Baca Juga: Kabar Sepekan: RI Punya Uang Kertas Anyar, Elon Musk Kembali Bikin Gempar!
Harga emas di pasar spot bertengger di US$1.747,2 per ons di akhir pekan, melemah tajam 3,05% dari US$1.802 per ons di pekan lalu.
Nilai sang logam mulia terpuruk parah setelah nilai Dolar AS semakin perkasa di pekan ini. Sekadar informasi, penguatan sang aset greenback akan membuat harga emas menjadi relatif lebih mahal bagi pelaku pasar yang jarang bertransaksi menggunakan mata uang tersebut.
Nilai Dolar AS semakin tangguh setelah The Fed menegaskan akan terus mengetatkan kebijakan moneternya demi meredam inflasi. Sikap itu tertuang di dalam risalah rapat The Fed yang dirilis pekan ini.
Baca Juga: Rangkuman Pasar: IHSG Tiba-tiba 'Balik Arah', Kripto Semakin 'Berdarah-darah'
Meski perjalanannya tak semulus pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) boleh bangga dengan diri sendiri. Pasalnya, ia menutup sesi perdagangan Jumat (19/8) di 7.172,43, menguat 0,17% dibanding posisi pekan lalu.
Penguatan sang indeks domestik yang terbatas sebenarnya sudah diprediksi mengingat IHSG mengalami reli sejak Juli.
Data neraca transaksi berjalan Indonesia rupanya menjadi sumber keberkahan bagi IHSG pekan ini.
Pada Jumat (19/8), Bank Indonesia (BI) melaporkan Indonesia mengalami surplus neraca transaksi berjalan US$3,85 miliar pada kuartal II 2022 alias 1,1% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Prestasi ini jauh lebih kinclong dibanding triwulan sebelumnya, di mana transaksi berjalan mencatat defisit US$1,93 miliar.
Hal ini membuktikan bahwa ekonomi Indonesia masih kokoh meski dihantam badai makroekonomi global dan belum menunjukkan tanda pelemahan. Hanya saja, di saat bersamaan, kondisi ini bisa menjadi pedang bermata dua. Pasalnya, penguatan ekonomi justru bisa menambah bara bagi inflasi domestik ke depan.
Selain perkara neraca transaksi berjalan, pengumuman Presiden Joko Widodo tentang asumsi makroekonomi dan Rencana Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2023 juga menjadi "bahan bakar" bagi laju IHSG pekan ini.
Pada Selasa (16/8), Jokowi mengatakan Indonesia berupaya menyentuh tingkat pertumbuhan ekonomi dan inflasi masing-masing 5,3% dan 3,3% tahun depan. Di samping itu, pemerintah juga akan mengurangi anggaran bantuan sosial sebesar 5% dibanding APBN tahun ini, namun malah mengerek anggaran infrastruktur 7% tahun depan.
Nah, dengan meningkatnya anggaran infrastruktur, Pluang menganggap saham-saham infrastruktur pelat merah bisa menjadi saham pilihan menarik di tahun depan.
Kendati mendapat embusan angin segar di sana-sini, IHSG tetap saja tersandung oleh sentimen negatif. Salah satunya datang dari China.
Pada pekan ini, Negara Tirai Bambu itu melaporkan pertumbuhan produksi industri 3,8% secara tahunan pada Juli alias di bawah prakiraan analis 4,6%. Data tersebut mengindikasikan bahwa aktivitas manufaktur China belum pulih, sehingga permintaan China atas bahan baku produksi Indonesia terancam menyusut.
Jika melihat dari sisi teknikal, IHSG ternyata sudah sangat dekat dengan level resistance-nya di kisaran 7.260 hingga 7.300. Namun, mengingat pelemahan yang terjadi pada Jumat serta nilai keperkasaan nilai Dolar AS, maka investor dapat melihat support terdekat IHSG di level 7.073 hingga 7.124 di pekan depan.
Meski pergerakan IHSG terlihat "gitu-gitu aja", investor asing sepertinya memanfaatkan momentum ini untuk melakukan aksi akumulasi. Buktinya, mereka mencatat nilai beli bersih (net foreign buy) sebesar Rp2,99 triliun.
Asing terlihat lahap menyantap saham berkapitalisasi jumbo seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Astra International Tbk (ASII).
Kendati begitu, asing juga membuang beberapa saham, seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), demi menyeimbangkan portofolionya.
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, Saham AS CFD, serta lebih dari 140 aset kripto dan belasan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Bagikan artikel ini