Descending triangle pattern telah menjadi pola penunjuk arah yang mampu memberikan dua sinyal dalam trading. Apa saja? Yuk, pelajari pola unik ini lewat artikel berikut!
Pola Descending Triangle adalah sebuah pola analisis teknikal yang memperlihatkan serangkaian titik harga tertinggi antar periode yang kian lama kian mengecil. Sehingga, jika seluruh titik-titik tertinggi itu dihubungkan melalui satu garis, maka ia akan membentuk sebuah garis diagonal yang melandai ke sisi kanan chart harga.
Selain itu, pola ini juga memiliki satu garis lain, yakni garis horizontal yang menghubungkan titik-titik harga terendah. Nah, apabila kedua garis landai ke bawah dan garis horizontal itu dihubungkan, Sobat Cuan dapat melihat bahwa pergerakan harga aset tersebut membentuk pola layaknya segitiga yang melandai ke bawah (descending triangle).
Sobat Cuan dapat melihat ilustrasinya seperti berikut!
Baca Juga: Memahami Pola Shooting Star dalam Trading dan Strategi Menghadapinya
Asal tahu saja, Descending Triangle Pattern adalah pola yang unik. Pasalnya, pola ini tidak spesifik mengarahkan perubahan tren pasar.
Makanya, pola ini bisa saja menunjukkan bahwa tren bearish akan berlanjut jika pergerakan harga di pola ini terus menunjukkan nilai tertinggi terendah setiap waktunya. Namun, jika harga aset di ujungsisi pola ini mengalami breakout, maka artinya tren bearish saat ini bisa saja bakal berubah jadi bullish.
Nah, karena pola ini bisa memberi dua sinyal, maka kamu pun harus mengonfirmasi pola ini dengan indikator teknikal lainnya.
Kendati demikian, meski bisa menghasilkan dua sinyal, struktur pola ini selalu sama, yakni membentuk segitiga dengan garis diagonal yang melandai. Biasanya, pada tren penurunan harga tersebut, trader memanfaatkan kesempatan menarik cuan jangka pendek melalui aktivitas short selling.
Di satu titik pada pola tersebut, garis diagonal dan horizontal pada akhirnya akan bertemu dan membentuk segitiga tidak beraturan. Titik pertemuan antara dua garis tersebut umumnya digunakan trader sebagai momentum akhir untuk melakukan short selling.
Setelahnya, aksi jual mereka pun berganti menjadi aksi borong aset pada level harga di sekitar support-nya kala garis horizontal dan diagonal itu berpapasan. Pada kondisi ini, trader kemudian berasumsi bahwa aksi borong tersebut akan mendongkrak harga aset dan, pada akhirnya, membuat harga aset breakout.
Baca Juga: Bagaimana Cara Baca dan Strategi Trading dengan Pola Hammer Candle?
Pola Descending Triangle terjadi pada pasar yang sepi peminat. Pasar tersebut sedang kekurangan permintaan di kala suplainya melimpah, sehingga pelemahan permintaan tersebut akan mendorong harga aset untuk terus membentuk nilai tertinggi baru yang lebih rendah.
Setelah pola ini selesai terbentuk, harga bisa terus tergerus. Tapi tak jarang, harga malah melambung tinggi sehingga terjadi pembalikan tren. Kedua potensi tren yang sama besarnya membuat trader pun mengantisipasi pergerakan harga aset melalui dua skenario.
Namun pertanyaannya, mengapa sinyal yang ditampilkan pola ini terkesan tidak spesifik? Nah, hal ini pun tak lepas dari psikologis pelaku pasar.
Di satu sisi, penurunan harga aset bisa membuat trader kelabakan dan memutuskan untuk melepas aset tersebut. Hal ini pun berimbas pada kelanjutan tren bearish yang dialami si harga aset.
Di sisi lain, trader juga bisa memandang tren penurunan harga yang terjadi sebagai kesempatan untuk mengakumulasi aset mumpung harganya sedang murah (buy the dip). "Perang" antara kaum bear dan bull di pasar itulah yang akhirnya membuat sinyal dari pola ini terkesan abstrak.
Descending Triangle Pattern adalah pola yang dapat kamu temukan pada chart trendlines. Versi tradisional dari pola ini adalah garis tren miring dan garis support yang datar sehingga tampak seperti segitiga tak beraturan yang menurun.
Meski harga aset terus terkikis dari harga aset tertingginya, namun harga aset tetap memantul dan membentuk harga tertinggi baru namun dengan posisi yang lebih rendah dari sebelumnya. Biasanya, "pantulan-pantulan" tersebut bisa terjadi selama dua kali atau lebih. Nah, jika kamu melihat pola tersebut, maka kamu perlu curiga bahwa pola tersebut adalah Descending Triangle Pattern.
Memang, dinamika pergerakan harga pada pasar yang sedang downtrend dapat membentuk pola yang tampak tidak jelas. Tetapi apabila polanya tetap dalam tren menurun maka pola tersebut dapat digolongkan sebagai Descending Traingle Pattern.
Secara sederhana, Sobat Cuan dapat menyimpulkan tiga syarat utama yang harus dipenuhi sebuah pola untuk dapat disebut sebagai Descending Triangle, yakni:
Konteks dari pola Descneding Triangle haruslah pasar yang sedang downtrend. Pasar ini mengalami pelemahan permintaan yang mendorong tekanan harga aset secara gradual.
Level support pada dinamika harga harus tampak jelas. Level ini menjadi acuan bagi harga aset agar bisa memantul berulang kali. Di samping itu, level ini adalah patokan bagi trader untuk membuat trading plan tatkala support berhasil ditembus.
Penurunan gradual pada tren terbentuk dari serangkaian puncak tertinggi yang lebih rendah (lower high). Puncak-puncak ini menjadi acuan trendlines untuk membentuk sisi segitiiga menurun.
Baca Juga: Apa Itu Drawdown dalam Trading dan Bagaimana Menyikapinya?
Seperti yang disinggung sebelumnya, pola ini harus dikonfirmasi menggunakan analisis teknikal lain agar Sobat Cuan bisa menentukan apakah Descending Triangle yang terjadi akan membuat tren bearish berlanjut atau justru menjadi breakout.
Adapun sejumlah alat analisis teknikal populer dapat membantu kamu memastikan bahwa pola akan memicu breakout adalah:
Moving average membantu trader menentukan momentum beli lantaran garis ini lebih sensitif terhadap perubahan tren ketimbang trendlines biasa. Trader akan menunggu aba-aba dari garis MA untuk memastikan titik terbaik untuk masuk ke pasar.
Heiki-Ashi disebut juga candlestick dari Jepang. Pada chart Heiki-Ashi, candlestick akan tampak bullish beberapa waktu sebelum breakout terjadi. Karenanya, alat analisis satu ini dianggap manjur memprediksi pergantian tren.
Strategi trading paling populer terkait pola unik satu ini ialah menunggu konfirmasi breakout. Aksi short trade saat harga breakout merupakan jalan ninja para trader buat panen cuan dalam waktu singkat.
Berikut ini kisi-kisi short trade setelah breakout terkonfirmasi.
Trader biasanya menunggu kedua garis bertemu sebelum memasang posisi beli. Setelah puncak lower high terakhir selesai terbentuk, punggung bukit terakhir itu menjadi rentang entry buy.
trader menganjurkan untuk memasang target stop loss pada resisten terakhir, atau puncak lower high terakhir
Kamu dapat menargetkan keuntungan sebesar tinggi garis vertikal antara support dan resistance tertinggi. Tentunya margin keuntungan kamu dikurangi tinggi level entry buy kamu dengan garis support.
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi Saham AS, indeks saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Sumber: excelence assured, investopedia
Bagikan artikel ini