Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Pluang Web TradingNewarrow-icon

support-icon
Dirancang untuk Investor
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Keamanan

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

Berita & Analisis

Bagaimana Cara Baca dan Strategi Trading dengan Pola Hammer Candle?
shareIcon

Bagaimana Cara Baca dan Strategi Trading dengan Pola Hammer Candle?

8 Jun 2023, 6:55 AM·Waktu baca: 4 menit
shareIcon
Kategori
Hammer Candle

Hammer candle adalah pola pembuka gerbang cuan karena menandai reversal ke arah bullish. Lantas, bagaimana cara memanfaatkannya?

Apa itu Hammer Candle?

Hammer Candle adalah pola candlestick yang terbentuk saat harga aset atau sekuritas diperdagangkan jauh lebih rendah ketimbang harga pembukaannya pada hari perdagangan. Namun, karena harga aset sudah terlalu murah, trader pun mengakumulasi aset tersebut sehingga harga aset pun kembali reli mendekati harga pembukaannya.

Pergerakan itu membuat sebuah pola candlestick yang berbentuk kepala martil lengkap dengan gagangnya, yang umumnya memiliki panjang lebih dari dua kali lipat badan candlestick. Nah, karena pola ini mirip seperti sebuah palu, tak heran jika kemudian pola ini dinamai Hammer Candle.

Hammer Candle
Contoh Hammer Candle. Sumber: Bybit

Candle yang terbentuk mewakili harga pembukaan dan penutupan yang tidak terlalu berselisih jauh. Sementara itu, "gagang" yang panjang merepresentasikan harga tertinggi dan terendah yang membentang hingga dua kali lipat kisaran body candlestick.

Baca Juga: Apa Itu Drawdown dalam Trading dan Bagaimana Menyikapinya?

Bagaimana Memahami Hammer Candle?

Pola martil ini terbentuk setelah koreksi harga selama beberapa waktu. Artinya, pola ini muncul saat downtrend sebagai penanda bahwa market akan berbalik arah.

Pada kondisi ini, suplai aset diobral sehingga harganya terus terkoreksi. Namun, suplai aset yang melimpah terus menggerus harga aset. Situasi ini pun tercermin dari bentuk "gagang" pola Hammer Candle yang panjang, yang memberi sinyal bahwa trader memang sengaja menekan harga aset agar harganya semakin murah.

Akan tetapi, upaya tersebut digagalkan oleh kelompok pemborong yang telah menyiapkan amunisi untuk mulai akumulasi aset ketika harganya semakin turun. Volume permintaan dari kelompok pemborong ini membuat dinamika harga memantul kembali mendekati level harga pembukaannya.

Karena harga masih berkisar di area harga pembukaan, trader pun menganggap bahwa aksi akumulasi kemungkinan akan berlanjut terus. Benar saja, aksi tersebut sukses membuat harga penutupan lebih tinggi dari pembukaannya. Nah, karena harga pembukaan dan penutupan adalah variabel pembentuk pola Hammer, maka situasi itu juga tercermin dari badan candlestick yang mirip seperti kepala martil.

Karena mencerminkan pembalikan harga (reversal), tak heran jika kemudian trader pun memanfaatkan pola candlestick ini sebagai sinyal yang menandai awal tren bullish. Popularitas pola satu ini membuat trader menjadikannya sebagai pola andalan untuk berburu cuan.

Baca Juga: Cara Membaca Sinyal Reversal Menggunakan Quasimodo Pattern

Apa Perbedaan Hammer Candle dan Hanging Man?

Dalam analisis teknikal, terdapat pola lain yang mirip dengan Hammer Candle, yakni Hanging Man. Pasalnya, keduanya sama-sama berbentuk seperti kepala palu lengkap dengan gagangnya yang panjang. Selain itu, keduanya pun memberi sinyal reversal.

Hammer Candle
Ilustrasi Hammer vs Hanging Man. Sumber: Babypips.com

Namun pertanyaannya, apa perbedaan antara Hammer Candle dan Hanging Man?

Asal tahu saja, pola Hammer Candle terjadi ketika tren harga aset mengalami downtrend. Ia memberi sinyal bahwa downtrend yang terjadi kemungkinan akan berbalik arah menjadi uptrend.

Kamu mungkin saja menemukan pola Hammer pada pasar yang sedang uptrend. Namun, palu yang satu itu punya makna yang jauh berbeda. Sebab, pola itu mengabarkan dimulainya tren bearish. Nah, palu tersebut kemudian disebut dengan nama Hanging Man. Jangan sampai tertukar ya, Sobat Cuan!

Bagaimana Mengonfirmasi Hammer Candle?

Karena pola Hammer mirip dengan Hanging Man, maka Sobat Cuan harus pintar-pintar dalam mengonfirmasi pola satu ini. Untungnya, kamu tidak perlu kelabakan dalam melihat pola Hammer tersebut. Pasalnya, pola ini cukup mudah dikenali!

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, syarat utama pola mirip martil ini dapat disebut Hammer Candle jika tren pasar sedang downtrend.

Kemudian, kamu harus menunggu konfirmasi lanjutan dari pola candlestick yang terjadi setelahnya. Jika candlestick membentuk gap dan melambung hijau, artinya reversal telah berhasil. Artinya, Hammer Candle temuan kamu sudah pasti otentik.

Kendati demikian, beberapa trader mempersoalkan warna badan candlestick. Jika harga penutupan sedikit lebih tinggi dari harga pembukaan, maka tentu polanya tetap tampak seperti martil dengan badan hijau atau putih. Nah, palu hijau ini dianggap lebih valid ketimbang palu merah, yang berarti harga penutupan masih lebih rendah ketimbang harga pembukaan.

Namun, warna candle ternyata tak banyak memengaruhi validitas sinyal. Asal candle berikutnya terbukti mengikuti reversal yang terjadi sebelumnya, kamu sudah bisa memulai eksekusi trading plan!

Strategi Trading dengan Hammer Candle

Pola martil menuai popularitas sebagai sinyal reversal bullish. Artinya, pola ini hanya memberi panduan waktu terbaik untuk mulai akumulasi aset saat harga baru menanjak.

Berikut ini sejumlah tips bagi Sobat Cuan untuk memanfaatkan pola ini untuk memilih waktu entry dan stop loss:

1. Entry saat Konfirmasi Candle

Sobat Cuan harus sangat hati-hati dalam memanfaatkan Hammer Candle. Pasalnya, pola Hammer yang gagal menanjak, alias pola bodong, kerap terjadi dalam trading. Sehingga, kamu sangat disarankan menunggu konfirmasi candle terbentuk.

Setelah konfirmasi candle terbentuk, yang ditandai dengan gap besar antara harga penutupan dan harga pembukaan hari berikutnya, trader dengan selera risiko moderat harusnya sudah bisa memasang posisi entry.

Kendati demikian, entry di posisi ini mungkin akan membuatmu kehilangan potensi cuan yang terjadi saat pola Hammer mulai terbentuk. Namun, lebih baik menunggu kepastian terkait pola ini daripada nyangkut di pola yang palsu, bukan?

2. Stop Loss pada badan Hammer, atau Sedikit di Bawahnya.

Level Stop Loss terbaik ialah pada area bawah body hammer, atau di sekitar ekor candle. Jika harga gagal memantul, maka gap kerugian kamu hanya sebatas jarak antara dua candle itu saja.

3. Tentukan Level Exit

Trader yang baik tidak akan entry sebelum mengetahui level exit-nya. Sayangnya sinyal Hammer Candle tidak memiliki fitur spesifik untuk membantu kamu menemukan target profit.

Untuk itu, kamu harus memadupadankan analisis kamu dengan metode analisis lain untuk menentukan level exit saat entry dengan pola martil.

Mulai Perjalanan Investasimu dengan Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi Saham ASindeks saham ASemas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!

Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!

Sumber: Investopedia, Ig.com

Ditulis oleh
channel logo

Fathia Nurul Haq

Right baner

Fathia Nurul Haq

Bagikan artikel ini

Artikel Terkait
trading
Mengenal Bullish Harami Pattern dan Cara Tradingnya
news card image
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1