Margin of safety adalah sebuah konsep yang sangat terkenal di kalangan investor sebagai panduan mengukur risiko investasi. Yuk, kenali lebih jauh prinsip itu di sini!
Margin of Safety adalah prinsip investasi di mana seorang investor hanya akan membeli aset ketika harganya jauh di bawah nilai sebenarnya, atau nilai intrinsik. Dengan kata lain, jika harga pasar sebuah sekuritas berada di bawah estimasi sang investor mengenai nilai intrinsiknya, maka selisih itulah yang disebut dengan margin of safety.
Investor kerap menggunakan prinsip ini untuk meminimalisasi risiko berinvestasi. Mengapa demikian?
Secara lebih detail, ketika investor membeli sekuritas di bawah nilai intrinsiknya, maka ia seolah-olah mendapatkan aset berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau. Begitu pun sebaliknya, sang investor mungkin akan pikir-pikir ulang untuk berinvestasi di sebuah aset ketika nilai margin of safety-nya terbilang tipis.
Dengan demikian, prinsip tersebut bisa menjadi panduan investor untuk mengetahui seberapa tinggi kualitas aset atau risiko yang bakal mereka ambil ketika mereka memutuskan untuk berinvestasi di satu aset tertentu.
Namun, patut diingat bahwa prinsip ini bersifat subjektif. Pasalnya, masing-masing investor memiliki pendekatan berbeda untuk menghitung nilai intrinsik dari sebuah aset. Ada yang menakarnya berdasarkan popularitas perusahaan sang penerbit instrumen, namun ada pula yang menaksirnya berbasiskan analisis fundamental.
Oleh karenanya, meski bisa digunakan sebagai konsiderasi tingkat risiko berinvestasi, konsep ini sejatinya tidak menjamin kesuksesan seseorang dalam berinvestasi.
Baca juga: Apa 3 Manfaat Investasi di Saham Facebook?
Prinsip ini dipopulerkan oleh investor panutan di pasar saham AS sekaligus penggawa value investing, Benjamin Graham, dan anak didiknya yang juga menjadi legenda investasi saham AS, Warren Buffett.
Keduanya memandang bahwa investor seharusnya tidak hanya memandang data kuantitatif namun juga dari sisi kualitas untuk menentukan nilai sebenarnya dari sebuah saham. Adapun faktor kualitas yang seharusnya dipertimbangkan investor mencakup jajaran manajemen perusahaan hingga tata kelola perusahaan.
Berangkat dari situ, keduanya percaya bahwa seorang investor akan menemukan "harta karun" jika berhasil mendapatkan saham yang harga pasarnya berada di bawah harga intrinsiknya. Sebab, kondisi itu mencerminkan bahwa si perusahaan sebenarnya punya performa mantap namun kerap diacuhkan oleh pelaku pasar lainnya.
Makanya, tak heran jika kemudian Buffett menjuluki margin of safety sebagai "batu pijakan utama" dalam berinvestasi. Buffett sendiri diketahui bakal menyerok suatu saham jika harga pasarnya saat ini terbilang setengah lebih rendah dari nilai intrinsiknya.
Patokan ini berbeda dengan Graham yang akan membeli saham jika harga pasarnya dua pertiga lebih rendah dari nilai "sesungguhnya".
Dari perbedaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa margin of safety yang ideal dapat bervariasi. Umumnya, investor akan membayar sekuritas setidaknya 90% dari nilai intrinsiknya jika saham dianggap memiliki kualitas tinggi. Namun, investor bisa mematok margin of safety sebesar 50%, atau bahkan lebih, dari nilai intrinsiknya jika investasi dianggap bersifat spekulatif.
Baca Juga: Simak 10 Tips Menyusun Trading Plan bagi Pemula Berikut!
Prinsip investasi satu ini bukanlah didasarkan pada imajinasi semata. Kedua tokoh pentolan saham tersebut percaya bahwa konsep margin of safety didasarkan pada fakta dan logika simpel.
Graham, misalnya, meyakini bahwa saham seharga US$1 per lembar di hari ini bisa berisiko turun menjadi US$0,5 di masa depan. Namun di saat yang sama, ia juga merasa bahwa harga saham sebesar US$1 per lembar tersebut belum tentu mencerminkan nilai perusahaan itu yang sebenarnya. Bisa saja, saham tersebut dianggap overrated oleh investor, tetapi ada kemungkinan pula saham tersebut justru dipandang underrated.
Oleh karenanya, ia berkesimpulan bahwa ia bisa membatasi risiko kerugiannya berinvestasi di saham itu secara substansial jika berhasil membeli saham tersebut di bawah nilai intrinsiknya. Sehingga, jika nantinya harga saham itu benar-benar terjungkal di masa depan, maka ia bisa memastikan bahwa kerugiannya kelak tidak "buruk-buruk amat".
Sobat Cuan pun bisa menyimak contoh lain dari margin of safety melalui contoh berikut.
Anggap saja Sobat Cuan tertarik membeli saham seharga Rp2.000 per lembar. Padahal, menurut penilaian pribadimu, nilai saham tersebut seharusnya dihargai Rp3.000 per lembar.
Nah, dalam situasi ini, selisih Rp2.000 tersebut dapat menjadi margin of safety yang memberi sinyal bahwa saham tersebut relatif aman untuk dibeli. Sehingga, kalau pun nanti harga sahamnya jatuh, maka setidaknya kamu tak akan menyesali keputusanmu itu. Pasalnya, kamu menyadari bahwa saham yang telah kamu beli tersebut adalah saham berkualitas yang memang sudah teruji secara fundamental.
Bahkan, jika performa keuangan perusahaan penerbit saham tersebut memang mumpuni, maka harga sahamnya pun kemungkinan besar bakal memantul di masa depan.
Namun, jika margin of safety tersebut lebih kecil dari Rp2.000, maka pembelian saham tersebut akan membawa risiko yang lebih tinggi bagimu.
Melihat cara kerja dan contoh di atas, maka bisa dibilang bahwa margin of safety adalah acuan penting dalam menentukan waktu tepat untuk membeli saham atau sekuritas. Konsep ini tidak hanya membantu calon investor dalam memprediksi potensi untung dan rugi dalam berinvestasi, tetapi juga membantu mengurangi risiko kerugian atau risiko penurunan harga.
Dengan adanya margin of safety, investor dapat memastikan bahwa investasi yang dilakukan oleh sang investor terbilang masuk akal.
Namun di samping itu, terdapat pula keuntungan lain dari konsep margin of safety, yakni:
Konsep margin of safety memberikan manfaat bagi para investor dalam meramalkan berbagai jenis risiko, dengan mempertimbangkan banyak faktor yang menciptakan perlindungan yang kuat.
Faktor-faktor tersebut mencakup pergerakan pasar saham, aspek-aspek khusus yang terkait dengan perusahaan, dan juga penilaian investor yang mungkin tidak akurat.
Dalam dunia investasi, membuat kesalahan adalah hal yang biasa dan tidak jarang terjadi. Namun, konsep ini memberikan kesempatan berharga bagi seorang investor untuk belajar dari kesalahan-kesalahannya dengan lebih aman.
Sebagai contoh, ketika kamu berinvestasi dengan batas yang lebih luas, masih terdapat kesempatan yang relatif aman untuk memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi.
Konsep ini mendorong individu untuk mengambil kendali penuh atas keputusan investasi mereka sendiri.
Daripada hanya mengikuti tren pasar seperti membeli saham yang sedang populer atau sering dibicarakan, prinsip margin of safety justru mengharuskan investor untuk menciptakan suatu lapisan perlindungan yang aman. Dengan demikian, mereka dapat menghindari mengambil keputusan gegabah yang hanya mengikuti tren semata.
Intinya, sebagai investor, Sobat Cuan tak boleh melewatkan prinsip investasi satu ini ketika sedang memilah-milah saham andalanmu. Untungnya, Pluang memungkinkanmu untuk menerapkan margin of safety dengan mudah ketika berinvestasi saham AS di aplikasi Pluang!
Pada setiap laman produk aset saham AS, Sobat Cuan akan menemui tab fundamental yang berisikan indikator-indikator penting seperti target harga saham, rasio-rasio valuasi saham, dan aspek profitabilitas perusahaan. Faktor-faktor tersebut tentunya dapat menjadi batu pijakan bagimu untuk melihat nilai intrinsik saham tersebut!
Bagaimana, Sobat Cuan? Tertarik untuk berinvestasi saham AS di aplikasi Pluang?
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi Saham AS, indeks saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Sumber: Investopedia, Bmoney
Bagikan artikel ini