Financial Liquidity adalah tingkat kemudahan suatu aset dapat diubah menjadi uang tunai. Seperti apa konsepnya dalam dunia bisnis?
Berdasarkan Corporate Financial Institute, likuiditas merupakan tingkat efektivitas atau kemudahan sebuah aset dalam diubah menjadi uang tanpa mempengaruhi harga pasarnya.
Semakin cair suatu aset, semakin mudah untuk menguangkannya jika kamu membutuhkannya sewaktu-waktu. Maka, tingkat likuiditas yang tinggi mengindikasikan bahwa aset tersebut dapat dengan mudah diubah menjadi uang tunai.
Dan sebaliknya, jika sebuah aset memiliki likuiditas yang rendah, berarti aset tersebut sulit diperjualbelikan di pasaran karena tingkat penawaran dan permintaannya yang rendah.
Selain itu, likuiditas juga digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar utang-utangnya, yang dapat diukur dengan melakukan analisis rasio.
Baca juga: Begini Cara Kamu Capai Financial Freedom!
Aset likuid paling utama adalah uang tunai. Selanjutnya, ada beberapa bentuk setara uang tunai seperti Surat Utang Negara, Surat Utang Negara jangka menengah, dan sertifikat deposito dengan jangka waktu tiga bulan atau kurang.
Meski demikian, jika Anda bersedia membayar denda untuk mengakses uang sebelum tanggal jatuh tempo, deposito dengan jangka waktu lebih dari tiga bulan tetap dapat dianggap likuid.
Di samping itu, juga ada opsi lain yang termasuk dalam daftar aset likuid, seperti rekening cek, tabungan, rekening pasar uang (money market), dan rekening manajemen kas (cash management).
Mungkin beberapa dari kamu ada yang memiliki akun investasi? Jika iya, Anda akan tahu bahwa sekuritas seperti saham, obligasi, ETF, dan reksadana bisa diperdagangkan dan mudah ditukar.
Itulah sebabnya banyak orang menganggapnya sebagai aset likuid. Namun, perlu diperhatikan bahwa sekuritas cenderung kurang likuid dibandingkan uang tunai sesungguhnya. Kok bisa?
Hal ini lantaran, proses transaksi sekuritas terkadang masih membutuhkan waktu 3-5 hari untuk mencairkan uang tunai agar bisa masuk ke akun Anda.
Aset yang memiliki nilai paling berharga biasanya memerlukan waktu yang lebih lama untuk dijual dan memiliki tingkat likuiditas yang rendah. Contoh kelompok aset ini adalah rumah, tanah, dan berbagai jenis real estat lainnya.
Meskipun investasi-investasi ini bisa diubah menjadi uang tunai, prosesnya bisa memakan waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, dan seringkali melibatkan biaya tambahan seperti biaya agen properti dan biaya penutupan.
Selain itu, terdapat aset-aset lain yang juga kurang likuid, seperti seni rupa, barang-barang koleksi, perhiasan, kepentingan korporat swasta, dan mobil. Bahkan persediaan dan peralatan bagi perusahaan juga termasuk dalam kategori aset yang kurang likuid.
Bayangkan jika Anda mencoba mencari pembeli untuk aset yang langka dan bernilai tinggi, kemungkinan besar likuiditasnya akan semakin berkurang.
Namun, penting untuk memahami bahwa likuiditas bukanlah suatu hal yang bersifat mutlak, melainkan lebih sebagai suatu skala.
Sebagai contoh, meskipun bitcoin dianggap sebagai aset yang likuid, tetapi waktu yang dibutuhkan untuk mengubahnya menjadi uang tunai membuatnya kurang likuid dibandingkan dengan uang tunai itu sendiri.
Begitu pula dengan obligasi, yang lebih likuid daripada properti real estate, namun kurang likuid dibandingkan dengan saham.
Dalam mengelola aset dan investasi, penting untuk mempertimbangkan tingkat likuiditasnya serta memahami bahwa setiap aset memiliki tingkat likuiditas yang berbeda. Dengan memahami hal ini, Anda dapat mengambil keputusan investasi yang lebih bijaksana dan adaptif sesuai dengan kebutuhan dan situasi finansial Anda.
Baca juga: Apa sih Fungsi Financial Planner dan Bagaimana Memilih yang Tepat?
Likuiditas merupakan tolok ukur penting bagi para investor dan stakeholder untuk menilai kemampuan perusahaan dalam membayar utang jangka pendek. Para analis keuangan biasanya menggunakan beberapa jenis rasio berikut untuk mengukur likuiditas keuangan perusahaan.
Pertanyaannya, mengapa terdapat lebih dari satu jenis rasio yang digunakan? Hal ini dikarenakan setiap analis atau investor memiliki standar tersendiri dalam mengukur likuiditas, mulai dari perhitungan yang paling ketat hingga yang lebih mudah dipahami.
Untuk itu, berikut adalah beberapa macam rasio yang umum digunakan dalam mengukur likuiditas sebuah perusahaan yang perlu kamu ketahui.
Salah satu rasio likuiditas yang pertama adalah current ratio. Rasio ini merupakan pengukuran yang tidak terlalu ketat dan mudah dipahami. Dengan sederhana, current ratio mengukur perbandingan antara aset lancar (yang bisa dicairkan dalam satu tahun) dengan utang lancar (yang harus dibayarkan dalam satu tahun).
Formulanya adalah:
Current Ratio = Aset lancar : Utang lancar
Quick ratio atau acid-test ratio adalah metode pengukuran likuiditas yang ketat. Namun, terdapat beberapa aset yang tidak termasuk dalam perhitungan rasio ini, seperti persediaan dan aset lancar lainnya yang dianggap kurang likuid dibandingkan uang tunai, piutang, dan investasi jangka pendek.
Formulanya adalah:
Quick Ratio = (Uang tunai + Investasi jangka pendek + Piutang) : Utang lancar
Cash ratio adalah rasio likuiditas yang paling ketat karena hanya mengukur uang tunai atau aset yang dapat dengan cepat diubah menjadi uang tunai. Aset lainnya tidak dipertimbangkan dalam perhitungan ini.
Dengan menggunakan cash ratio, perusahaan dapat mengevaluasi kemampuannya untuk membayar utang dalam situasi terburuk, misalnya ketika perlu segera mencairkan aset-aset lainnya.
Formulanya adalah:
Cash Ratio = Uang tunai atau aset yang sebanding dengan uang tunai / Utang lancar
Menyimpan aset likuid adalah suatu hal yang diinginkan oleh banyak orang. Selain karena biaya yang lebih rendah, denda, atau biaya transaksi untuk mengubah investasi menjadi uang tunai dapat ada, aset likuid juga memiliki manfaat psikologis yang signifikan.
Bagi beberapa orang atau bisnis, mengetahui bahwa mereka memiliki cara untuk mengatasi masalah mendesak memberi ketenangan pikiran.
Selain itu, likuiditas juga memainkan peran penting dalam menciptakan suasana yang strategis, sengaja, dan proaktif, daripada hanya bersikap reaktif. Ini mencegah kebutuhan mendesak untuk memaksa menjual aset dalam waktu dekat.
Tidak hanya bagi individu, tetapi juga bagi perusahaan, kesehatan keuangan jangka pendek sangat tergantung pada likuiditas keuangan mereka.
Setiap perusahaan pasti memiliki pengeluaran rutin, sehingga meskipun perusahaan memiliki aset tetap senilai $1 miliar, tetapi hanya memiliki $1 dalam bentuk uang tunai, itu bisa menjadi masalah serius.
Bayangkan saja jika perusahaan harus membayar biaya sewa sebesar $10.000, sementara uang tunai yang dimiliki sangat minim, maka perusahaan ini terpaksa harus menjual beberapa aset tetapnya untuk menutup biaya sewa tersebut.
Dengan demikian, memahami dan memastikan likuiditas keuangan merupakan hal yang krusial bagi siapa pun yang ingin menjaga kesehatan finansial mereka, baik sebagai individu maupun perusahaan.
Aset likuid yang cukup memberikan jaminan bahwa segala kewajiban keuangan dapat dipenuhi tanpa harus memaksa menjual aset berharga dengan tergesa-gesa.
Baca juga: Persiapkan Jaminan Hari Tua untuk Freelancer, Sudah Coba 3 Trik Ini?
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi Saham AS, indeks saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Sumber: Investopedia, Glints, Bank Rate
Bagikan artikel ini