Saham Google dikenal sebagai saham incaran investor sejagat. Namun, apa sih alasannya? Yuk, simak selengkapnya di artikel berikut!
Siapa yang tak mengenal Google? Kini, Google adalah salah satu perusahaan teknologi terbesar yang berbasis di Amerika Serikat (AS) dan memiliki jumlah pengguna bejibun.
Perjalanan Google dimulai pada 1995 ketika siswa Stanford University Sergey Brin bertemu dengan Larry Page. Keduanya membangun sebuah proyek mesin pencari bernama Backrub yang berbeda dari proyek-proyek yang ada sebelumnya. Pasalnya, Backrub saat itu menentukan ranking laman web di mesin pencarinya berdasarkan jumlah tautan yang digunakan laman lainnya di jagat maya.
Namun, nama proyek Backrub kemudian diubah menjadi Google lantaran nama itu sesuai dengan misi perusahaan untuk "mengatur informasi dunia agar bisa diakses dan digunakan oleh semua orang".
Pada awalnya, proyek Google berhasil menarik perhatian komunitas akademis. Namun, lambat laun, Google ternyata juga berhasil memikat kalangan investor. Sebagai salah satu investasi awal Google, pendiri Sun Microsystem Andy Bechtolsheim mengirim uang sebesar US$100.000 untuk mengubah proyek Google menjadi sebuah perusahaan. Perusahaan kemudian menggunakan dana tersebut untuk meluncurkan Google ke masyarakat pada 1999 dan mendirikan markas baru bagi perusahaan.
Rupanya, pertumbuhan bisnis Google melesat kencang setelah itu. Pada 2002, khususnya, Google memperkenalkan inovasi bernama AdWords, yakni platform periklanan daring yang memungkinkan pelanggannya untuk membayar jasa tersebut sesuai jumlah kliknya (pay-per-click). Tak disangka, inovasi ini pun menjelma menjadi tulang punggung keuangan Google selama satu dekade lebih kemudian.
Kemudian, Google juga mengembangkan produk-produk internet lainnya yang kini menjadi populer dan memiliki jumlah pengguna jumbo. Misalnya adalah layanan surat elektronik Gmail, peta digital Google Maps, sistem operasi ponsel pintar Android, hingga mesin peramban Google Chrome. Tak ketinggalan, Google juga membeli platform video YouTube pada 2006 senilai US$1,65 miliar.
Nah, seluruh inovasi tersebut tak akan terwujud jika Google tidak menambah pendanaan melalui penawaran umum perdana (IPO) sahamnya kepada publik. Lantas, seperti apa awal mula dan perkembangan saham Google saat ini?
Google memutuskan untuk melempar sahamnya ke publik pada 19 Agustus 2004. Kala itu, perusahaan melepas 22,5 juta lembar saham dengan nilai US$85 per lembarnya. Dengan kata lain, Google berhasil menghimpun US$1,9 miliar dari kegiatan tersebut.
Tak disangka, nilai saham Google pun melesat kencang dalam waktu singkat. Pada 7 Desember 2007, misalnya, nilai saham Google mencapai puncak tertingginya di dekade 2000-an yakni US$714,87, atau melesat 741,02% sejak penawaran umum perdananya, seiring kencangnya pertumbuhan bisnis dan maraknya inovasi internet yang dilakukan perusahaan. Sayangnya, nilai saham perusahaan kemudian melorot tajam akibat krisis keuangan yang melanda AS.
Bahkan, saking tingginya nilai sahamnya, Google pun sampai-sampai dua kali melakukan pemecahan saham (stock split) sejak awal melantai di bursa saham hingga saat ini. Adapun rincian mengenai stock split tersebut terdiri dari:
Kini, saham Google pun menjelma sebagai salah satu saham terpopuler di pasar saham AS. Adapun per 21 Maret 2023, nilai kapitalisasi pasar saham Google mencapai US$1,3 triliun atau setara dengan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di 2022. Hal ini menjadikan saham Google sebagai saham berkapitalisasi pasar terbesar keempat di pasar saham AS.
Baca Juga: Mengapa Investor Harus Berinvestasi Saham Tesla?
Nilai kapitalisasinya yang jumbo membuktikan bahwa saham Google memang menjadi saham jagoan bagi investor pasar modal AS. Namun, apa sih alasan investor mengandalkan saham raksasa teknologi satu ini?
Nah, pertanyaan tersebut rupanya memiliki sejumlah jawaban, Sobat Cuan. Berikut penjelasannya!
Salah satu karakteristik Google yang menjadi daya tariknya adalah kemampuannya untuk menciptakan kondisi pasar monopoli natural di jagat internet.
Sebagai contoh, saat ini Google menggenggam 90% pangsa pasar mesin pencarian di dunia. Selain itu, platform YouTube pun mendominasi kancah video sharing di dunia. Tak ketinggalan, hampir sebagian besar warganet pun menggunakan Google Chrome sebagai mesin peramban utamanya.
Google bisa meraih keunggulan ini lantaran perusahaan mengalami suatu manfaat yang disebut first-mover advantage. Yakni, sejumlah manfaat yang eksklusif didapatkan oleh perusahaan yang menjadi pionir di sektor tersebut. Hal ini pun menjadi hambatan masuk bagi perusahaan lain yang ingin menyalip dominasi Google.
Sebagai imbas dari monopoli natural tersebut, Google pun berkesempatan untuk mengendalikan nilai margin profitnya dan leluasa menguasai pangsa pasar. Keunggulan itulah yang membuat pelaku pasar optimistis dengan pertumbuhan bisnis Google ke depan.
Tidak ada yang memungkiri bahwa hampir seluruh masyarakat dunia menggunakan produk-produk Google. Bahkan, tingkat penggunaan produk-produk Google diharapkan terus meningkat ke depan seiring membaiknya tingkat literasi digital.
Nah, berkaca pada besarnya basis pengguna setia Google, investor berpandangan bahwa Google semestinya memiliki arus pendapatan yang cukup stabil dalam jangka menengah hingga jangka panjang. Faktor ini seharusnya bisa menjadi katalis positif bagi pertumbuhan saham perusahaan di masa depan.
Situasi makroekonomi tentu tidak selamanya indah. Kadang, ada kalanya kondisi makroekonomi terbilang bergejolak dan ikut mempengaruhi kinerja pasar saham.
Hal itu pula lah yang terjadi pada krisis keuangan AS pada 2007-2008 silam. Pada saat itu, nilai saham Google hancur lebur 65% dari titik tertingginya di akhir 2007. Namun untungnya, Google berhasil menutup seluruh pelemahan saham tersebut hanya dalam kurun tiga tahun setelah krisis tersebut terjadi. Ini mencerminkan cepatnya kinerja bisnis Google pulih setelah diterpa cobaan ekonomi yang menyedihkan.
Bahkan, menariknya, Google bisa mencetak pertumbuhan pendapatan di masa-masa sulit tersebut.
Baca Juga: Mengapa Saham Apple Adalah Aset Berharga?
Menggenggam saham Google adalah impian semua investor, termasuk di Indonesia. Sayangnya, investor domestik kadang perlu memupus impian tersebut lantaran terdapat persepsi bahwa saham Google tidak tersedia di Indonesia.
Namun, Pluang memupus anggapan tersebut! Pasalnya, Sobat Cuan kini bisa berinvestasi saham-saham unggulan seperti saham Google, saham Tesla, dan saham Apple secara praktis dan mudah di aplikasi Pluang!
Di Pluang, kamu bisa membeli saham Google mulai dari Rp5.000 saja. Selain itu, kamu pun berkesempatan mendapatkan dividen dari perusahaan tersebut.
Yang kamu perlu lakukan adalah unduh aplikasi Pluang, isi verifikasi dasar (proses KYC), dan top up saldo di aplikasi Pluang untuk memulai investasi saham Google. Yuk, segera investasi saham Google di aplikasi Pluang sekarang!
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, Saham AS, serta ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Referensi: Investopedia, The Street, Venture Beat, Fool.com
Bagikan artikel ini