Investasi saham adalah kegiatan menggiurkan. Namun, investor awam kadang sulit tentukan cara modal minimal beli saham. Simak caranya di sini!
Beli saham selalu dikenal sebagai cara investasi yang umum dilakukan masyarakat untuk mendulang cuan dari pasar finansial.
Saham sendiri diartikan sebagai salah satu bentuk penyertaan modal yang dilakukan oleh individu pada sebuah badan usaha atau perseorangan dalam rangka menjalankan bisnis berorentasi profit. Sebagai bukti keikutsertaan, setiap tahun pemegang saham berhak mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Investasi saham menjadi populer lantaran memiliki banyak manfaat.
Pertama, imbal hasil investasi saham dikenal lebih tinggi dari investasi yang cenderung lebih aman, seperti deposito, emas, dan obligasi pemerintah. Kedua, karena tingkat imbal hasil investasi saham terbilang memuaskan, maka cuan investasi saham dianggap bisa mengalahkan inflasi. Ketiga, investasi saham menghasilkan dividen yang bisa dijadikan penghasilan pasif bagi investor.
Memang, investasi saham terlihat menggiurkan bagi investor. Tapi, investor awam yang ingin nyemplung ke investasi saham kadang bingung cara menentukan modal awal beli saham perdananya. Apalagi, investasi saham terkenal bukanlah investasi yang "murah".
Lantas, apa saja hal-hal yang kerap bikin investor awam bingung dalam menentukan modal awal berinvestasi saham?
Baca Juga: Ini Manfaat Investasi Saham Amerika bagi Investor!
Investor awam perlu mengetahui bahwa investasi saham harus memiliki tujuan akhir. Namun, kadang investor pemula menganggap bahwa cara investasi saham hanyalah sekadar beli saham yang sedang hits dan berharap nilai portofolionya akan terus berkembang. Bahkan, beberapa investor pemula berinvestasi saham karena ikut-ikutan alias FOMO.
Jika investor awam memiliki pola pikir tersebut, maka ia bisa terjebak pada manajemen keuangan untuk investasi yang buruk dan tidak bisa mengelola risiko investasi.
Oleh karenanya, investor harus memiliki tujuan investasi yang jelas. Tujuan tersebut meliputi peruntukan dana, jangka berinvestasi, hingga besarnya margin keuntungan yang dipatok. Setelahnya, investor semestinya bisa menentukan besaran uang yang seharusnya bisa digunakan sebagai modal awal investasi saham.
Hambatan kedua bagi investor awam dalam mematok modal awal investasi saham adalah kurangnya pemahaman risiko investasi saham.
Investor pemula harus mengetahui bahwa investasi saham memiliki beberapa risiko, seperti fluktuasi nilai yang kencang. Terkadang, mereka lupa bahwa investasi saham menyimpan risiko tersebut sehingga mereka kerap frustrasi ketika nilai portofolionya terjun bebas.
Padahal, memahami risiko investasi dapat menentukan selera risiko sang investor. Mereka yang punya profil risiko agresif kemungkinan besar sudah siap mental jika terjadi pergolakan di pasar saham. Sementara mereka yang tidak begitu senang risiko mungkin hanya akan mengalokasikan modal sedikit terlebih dulu dalam berinvestasi saham.
Di samping itu, investor juga mampu melakukan langkah mitigasi, seperti diversifikasi aset, jika ia memahami risiko investasi saham. Implikasinya, ia bisa menentukan besaran dana untuk berinvestasi saham dan berapa besar alokasi uang untuk diversifikasi aset.
Kemudian, hambatan lain yang kerap didera investor pemula adalah minimnya pengetahuan tentang analisis saham, baik teknikal maupun fundamental.
Pada banyak kasus, banyak investor pemula melewatkan tahapan analisis sebelum membeli suatu aset atau saham. Akibatnya, mereka terbawa arus tren alias FOMO yang tidak menguntungkan.
Padahal, dengan melakukan analisis, sang investor dapat memilih aset jagoannya. Berangkat dari situ, nantinya ia bisa menentukan berapa besaran dana yang ingin ia benamkan di investasi saham.
Sobat Cuan telah menyimak hambatan dan prinsip-prinsip utama sebelum mengalokasikan uang untuk membeli saham perdana. Namun pertanyaan berikutnya, bagaimana cara menentukan besaran porsi penghasilan dalam berinvestasi?
Nah, untuk menjawab pertanyaan ini, investor perlu kembali ke perencanaan keuangan dasar. Dalam hal ini, pakar perencana keuangan menyarankan investor untuk menyisihkan sebanyak 15% hingga 20% dari penghasilan bulanan untuk berinvestasi. Setelahnya, ia bisa menggunakan dana tersebut untuk berinvestasi sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah disebutkan di atas.
Namun, menentukan besaran uang yang perlu disisihkan untuk investasi saham pun memerlukan pertimbangan lebih lanjut, di antaranya adalah:
Perhatikan besaran gaji lalu analisis pengeluaran mana saja yang dapat disisihkan untuk berinvestasi.
Utang, terutama utang berbunga tinggi, perlu jadi prioritas dalam manajemen keuanganmu. Pastikan kamu telah membayar semua utang dan biaya kebutuhan lainnya sebelum menyisihkannya untuk berinvestasi.
Dana darurat yang memadai bisa menyelamatkan investor dari jerat utang saat keadaan terdesak. Dalam ilmu perencanaan keuangan, dana darurat adalah pos anggaran yang perlu dipenuhi terlebih dulu sebelum seorang individu melakukan konsumsi dan investasi. Sehingga, investor sebaiknya jangan nekat melakukan investasi tanpa memenuhi dana daruratnya terlebih dulu!
Idealnya, dana darurat yang perlu disisihkan ialah sebesar tiga bulan pengeluaran dan kebutuhan hidup rata-rata yang kamu perlukan. Nah, setelah hal itu terpenuhi, maka sang investor bisa menyisihkan penghasilannya untuk memulai investasi.
Baca Juga: Mengapa Saham Apple Adalah Aset Berharga?
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, Saham AS, serta lebih dari 140 aset kripto dan belasan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Sumber: OJK, Fortune, Bitpanda, Fool, Trade Smart
Bagikan artikel ini