Acid Test Ratio adalah indikator penting untuk menilai kesehatan perusahaan. Lantas, seperti apa kalkulasi dan manfaat utama rasio ini?
Acid Test Ratio, atau sering disebut sebagai Quick Ratio, adalah ukuran yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya berdasarkan data neraca perusahaan.
Biasanya, ketika rasio ini mencapai 1,0 atau lebih, hal itu menunjukkan bahwa perusahaan memiliki sumber daya yang cukup untuk membayar kewajiban jangka pendeknya.
Namun, jika rasio tersebut kurang dari 1,0, maka itu menunjukkan bahwa perusahaan mungkin mengalami kesulitan dalam membayar kewajiban tersebut.
Baca juga: Rasio Utang Terhadap Ekuitas
Karena mengukur kemampuan sebuah perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek, maka Acid Test Ratio diukur berdasarkan perbandingan antara aset lancar dan kewajiban lancar.
Namun, rasio ini mengesampingkan jenis aset lancar yang butuh waktu lama untuk dicairkan, misalnya adalah persediaan.
Selain itu, nilai rasio ini juga tidak akan bisa mencerminkan kondisi finansial perusahaan secara akurat jika mengikutsertakan unsur piutang dengan periode yang lama.
Pasalnya, piutang jenis tersebut terbilang susah untuk segera dicairkan menjadi uang tunai. Sehingga, unsur itu bertentangan dengan tujuan rasio ini, yakni untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban dengan tempo singkat.
Nah, seluruh pernyataan tersebut kemudian bisa dituangkan melalui rumus sederhana berikut:
Acid Test Ratio = (Total Aset Lancar – Persediaan – Piutang) / Total Kewajiban Lancar
Untuk lebih memahami rumus yang telah dijelaskan sebelumnya, Sobat Cuan dapat melihat contohnya berikut.
PT XX, dalam laporan keuangannya untuk tahun buku 2022, memiliki kewajiban lancar sebesar Rp855.000.000. Di sisi lain, total aset lancar PT XX di periode yang sama adalah Rp2.027.500.000 dengan komposisi sebagai berikut:
Dengan demikian, berapa tingkat kemampuan PT XX dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya? Nah, hasilnya pun bisa terlihat melalui rumus berikut!
Acid Test = (2.027.500.000 – 500.000.000 – 22.500.000) / 855.000.000
Acid Test = 1,77
Dengan demikian, karena nilai rasio ini di atas 1,0, maka PT XX seharusnya punya kemampuan baik dalam melunasi kewajiban jatuh tempo dengan tepat waktu dengan mencairkan aset-aset yang terbilang sangat likuid.
Rasio Acid Test bukanlah sekadar hitung-hitungan yang diciptakan dengan motif iseng. Namun, rasio ini menyajikan informasi yang sangat penting baik bagi investor maupun perusahaan seperti berikut:
Rasio Acid Test menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aset yang mudah diubah menjadi uang tunai. Informasi mengenai likuiditas perusahaan sangat penting bagi berbagai pihak, antara lain:
Sebagai kelanjutan dari poin sebelumnya, likuiditas perusahaan juga digunakan sebagai alat evaluasi dan penilaian kinerja keuangan serta kesehatan finansial perusahaan.
Kondisi finansial perusahaan dianggap "sehat" jika sebagian besar pendanaannya berasal dari ekuitas. Dengan kata lain, perusahaan harus memiliki dana yang cukup untuk memenuhi semua kewajiban yang dimilikinya.
Rasio Acid Test digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek. Semakin tinggi nilainya, maka kondisi finansial perusahaan dianggap "sehat" dan memiliki cukup dana untuk membayar kewajiban tepat waktu.
Rasio likuiditas perusahaan, menurut para ahli terdiri dari tiga jenis yang berbeda: Current Ratio, Cash Ratio, dan Quick Ratio (Acid Test Ratio). Namun, formulasi Current Ratio terbilang mirip dengan rasio Acid Test lantaran sama-sama menggunakan aset lancar di dalamnya.
Lantas, apa perbedaan mendasar antara kedua rasio tersebut?
Adapun perbedaan antara Acid Test Ratio dan Current Ratio terletak pada jenis aset lancar yang diikutsertakan ke dalam masing-masing kalkulasinya.
Current Ratio menggunakan semua aset lancar, sedangkan rasio Acid Test hanya mempertimbangkan akun aset lancar yang benar-benar likuid dengan cepat, seperti kas dan surat-surat berharga yang dapat diperjualbelikan.
Dibandingkan dengan Current Ratio, analis lebih menyukai dan menganggap Acid Test Ratio sebagai estimasi yang lebih konservatif dalam menilai kesehatan keuangan perusahaan.
Semakin tinggi rasio ini, maka semakin baik pula likuiditas dan kesehatan keuangan perusahaan secara keseluruhan. Sebagai contoh, jika rasio tersebut bernilai 2, maka itu berarti perusahaan memiliki aset likuid senilai Rp2 yang dapat digunakan untuk menutupi kewajiban lancar setiap Rp1.
Namun, perlu dicatat bahwa nilai rasio Acid Test yang terlalu tinggi, misalnya rasio 10, tidak selalu dianggap baik. Pasalnya, hal ini dapat menunjukkan bahwa perusahaan memiliki terlalu banyak uang tunai nganggur yang tidak digunakan dengan bijak dalam operasi bisnisnya.
Rasio yang sangat tinggi juga dapat mengindikasikan masalah dalam penagihan piutang perusahaan. Angka optimal untuk jenis rasio ini dalam suatu perusahaan tergantung pada industri dan pasar di mana perusahaan tersebut beroperasi, sifat bisnis perusahaan secara spesifik, dan stabilitas keuangan perusahaan secara keseluruhan.
Sebagai contoh, bisnis yang mapan dengan pendapatan kontrak jangka panjang atau bisnis dengan kredit yang sangat solid mungkin tidak terlalu dipengaruhi oleh Acid Test Ratio yang relatif rendah. Mereka dapat dengan mudah mengakses pembiayaan jangka pendek jika diperlukan.
Baca juga: Future Value
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi Saham AS, indeks saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Sumber: Investopedia, Accurate, Invesnesia
Bagikan artikel ini