Disney akan melaporkan hasil kinerja keuangannya sepanjang kuartal 4 tahun kemarin pada hari Rabu (8/2). Sebagai salah satu perusahaan hiburan terbesar di dunia, Disney masih mencatatkan return negatif terakhir berbeda dengan pesaingnya yang justru melejit. Bagaimana prospek saham Disney? Simak di Sini!
The Walt Disney Company, yang dikenal sebagai Disney, adalah sebuah konglomerat hiburan besar dan beragam dengan operasi yang mencakup berbagai aspek industri hiburan. Disney dikenal karena merek ikoniknya dan memiliki kehadiran global yang signifikan. Berikut adalah beberapa aktivitas dan bisnis utama Disney:
Disney telah mengakuisisi beberapa perusahaan besar dalam beberapa tahun terakhir, termasuk Pixar, Marvel Entertainment, Lucasfilm (Star Wars), 21st Century Fox, dan lainnya. Akuisisi ini telah memperluas portofolio konten dan kepemilikan intelektual Disney.
Disney dikenal karena komitmennya pada kisah-kisah dan kemampuannya untuk menciptakan dan memasarkan karakter dan franchise yang dicintai yang berbicara kepada audiens dari segala usia. Ini telah membuatnya menjadi salah satu perusahaan hiburan yang paling berpengaruh dan sukses secara global.
Revenue Including Intersegment Revenue (in USD) | 22,623 | 100.00% |
1. Disney Media & Entertainment Distribution | 14,297 | 63.20% |
-Linear Networks | 6,690 | 29.60% |
| 5,494 | 24.30% |
| 1,196 | 5.30% |
-Direct-to-Consumer | 5,525 | 24.40% |
-Content Sales/Licensing and Other | 2,082 | 9.20% |
2. Disney Parks, Experiences & Products | 8,326 | 36.80% |
-Parks & Experiences | 7,181 | 31.70% |
| 5,649 | 25.00% |
| 1,532 | 6.80% |
-Consumer Products | 1,145 | 5.10% |
Revenue Disney Q3 2023, Sumber: Bloomberg
Secara garis besar, pendapatan Disney berasal dari 2 segmen, yaitu Disney Media & Entertainment serta Disney Parks, Experiences & products. Melalui segmen media dan hiburan, Disney mempublikasikan berbagai siaran baik secara online streaming melalui Disney+ maupun stasiun televisi seperti ESPN. Sementara itu, segmen taman hiburan Disney dikenal oleh masyarakat luas dengan merk dagang “Disneyland”. Jika dilihat dari geografis, penjualan di Amerika masih menjadi kontributor terbesar terhadap pendapatan perusahaan di level 80%, kemudian disusul oleh Eropa dan Asia Pasifik dengan kontribusi masing-masing sekitar 10%.
Jika dibandingkan dengan perusahaan pada sektor sejenis, Disney merupakan salah satu perusahaan yang masih mencatatkan return negatif dalam 1 tahun ke belakang. Kami coba membandingkan Disney dengan indeks film dan hiburan S&P 500 (S5MOVI) yang didalamnya terdapat juga Netflix & Warner Bros pesaing utama Disney.
Selama 1 tahun ke belakang, S5MOVI telah terapresiasi hampir 14% begitu pula dengan indeks S&P 500 yang melejit lebih dari 19%. Namun, hal ini berbanding terbalik dengan Disney yang justru terkoreksi lebih dari 12%. Jika dilihat sejak awal tahun 2024, harga saham Disney sudah “rebound” sekitar 6% tapi masih lebih rendah dari return S5MOVI yang setidaknya terapresiasi lebih dari 9%. Secara valuasi, potensi kenaikan dari Disney masih terbuka lebar.
Salah satu alasan dari buruknya performa Disney adalah penurunan jumlah subscriber/langganan. Pada pertengahan 2022, Disney mencapai tonggak sejarah ketika jumlah pelanggan streaming totalnya melampaui Netflix. Namun, Disney kehilangan pelanggan sejak itu, sementara jumlah pelanggan total Netflix melonjak menjadi 260,8 juta pada akhir 2023.
Jumlah pelanggan Netflix sekitar 30% lebih tinggi dari Disney. Menurut pembaruan terbarunya, Disney memiliki total 198,7 juta pelanggan streaming. Selain itu, Disney memiliki 48,5 juta pelanggan Hulu dan layanan Disney+ Hotstar dengan tambahan 37,6 juta pelanggan lagi. Pasar juga memberikan valuasi premium kepada Netflix yang akan dibahas pada segmen valuasi di bawah
Bisnis jaringan TV linear atau siaran konvensional yang menyiarkan program-program yang terjadwal lewat kabel (non-daring) mengalami penurunan sekuler (berturut-turut) dan semakin buruk. Saat tekanan struktural ini menjadi tidak teratasi, mungkin masuk akal bagi Disney untuk melepaskan aset TV linearnya, selain ESPN, termasuk siaran ABC dan jaringan kabel seperti FX, Freeform, Disney Channel, dan National Geographic. Ada minat dari Nexstar pada ABC dan Tawaran potensial sebesar $10 miliar dari Byron Allen untuk jaringan ABC, stasiun TV, FX, dan National Geographic dapat membantu Disney melepaskan beberapa aset TV pilihan seiring fokus pada layanan streaming dan akuisisi Hulu.
ESPN adalah yang paling krusial dari semua jaringan linearnya, menghasilkan sekitar $3,5 miliar atau lebih dari EBITDA tahun lalu. Oleh karena itu, Disney membuka peluang untuk menjual aset TV menyisakan ESPN yang akan direstrukturisasi agar lebih banyak berfokus pada streaming siaran olahraga. Jika mengesampingkan ESPN, portofolio TV Disney ditaksir bernilai $19-23 miliar. Penurunan pelanggan domestik rata-rata adalah sekitar 9%, sementara keuntungan jaringan luar negeri turun 75%.
Tiga fokus utama Disney adalah beralih ke layanan streaming untuk mengurangi masalah TV tradisional, target penghematan sebesar $5,5 miliar, serta pemulihan sektor taman hiburan “Disneyland”.
Perusahaan hiburan global Walt Disney ($DIS) mengumumkan akan membeli sepertiga dari total saham perusahaan streaming Hulu, yang saat ini masih digenggam perusahaan telekomunikasi Comcast ($CMCSA). Menurut siaran pers tanggal 1 November kemarin, Disney mengatakan akan membayar US$8,61 miliar ke Comcast pada 1 Desember 2023 mendatang demi melanggengkan pembelian tersebut. Nilai ini lebih rendah dari perkiraan awal bahwa setidaknya Disney harus merogoh kocek hingga $9,15 miliar.
Bergabungnya Hulu dengan Disney akan membuat perseroan bersaing ketat dengan Amazon Prime serta Netflix. Sebelumnya Disney+ dan Hulu masing-masing memiliki pangsa pasar sebesar 13% dan 11%. Per Q2 2023, total pangsa pasar keduanya mencapai 24%, melebihi Amazon Prime di 21% dan Netflix di 20%.
Menurut analisis yang diterbitkan Research and Market, pasar live video streaming olahraga akan bernilai US$87,34 miliar pada 2028 dengan pertumbuhan tahunan (CAGR) 21,7%. Tak heran jika kemudian berbagai perusahaan streaming berlomba-lomba untuk masuk ke pasar ini dengan harapan bisa menggaet pelanggan baru dan meningkatkan pendapatan periklanan.
Segmen olahraga Disney mencakup 8 saluran bermerek ESPN domestik, ESPN pada konten ABC (olahraga yang diprogram di ABC oleh ESPN), bisnis ESPN+ DTC (25,2 juta pelanggan pada Q3 2023), konten internasional ESPN (saluran bermerek di luar AS), dan saluran olahraga bermerek Star di India. Disney telah menjadi raja pada siaran olahraga dengan membayar hak siar di berbagai cabang olahraga hingga $9 miliar tahun ini.
Pendapatan olahraga tahun fiskal hingga saat ini sebesar $13,20 miliar. Pada kuartal 4 tahun ini, perseroan ditargetkan mencapai pendapatan segmen Olahraga sebesar $3,88 miliar termasuk afiliasi sebesar $2,60 miliar (-1,5% YoY), iklan sebesar $656 juta (-10% YoY), biaya berlangganan sebesar $392 juta (+27% YoY), dan lainnya sebesar $231 juta.
Fokus sekarang adalah pada perpanjangan hak siar NBA yang akan datang, mengingat kesepakatan saat ini dengan ESPN dan Turner berakhir setelah musim 2024-25. Kesepakatan ini bernilai $2,6 miliar per tahun, dengan ESPN membayar $1,4 miliar dan Turner $1,2 miliar.
CNBC melaporkan bahwa NBA mencari paket senilai $75 miliar selama sembilan tahun atau setara dengan $8 miliar per tahun untuk mempersempit kesenjangan dengan NFL. Penawaran masih akan sengit, karena NBC Sports mungkin akan mengajukan penawaran yang agresif, sementara Apple dan Amazon.com juga telah menunjukkan minat.
Pada tahun 2022, pendapatan Disney berhasil tumbuh 24,22% YoY menjadi $83,75 miliar setelah aktivitas masyarakat mulai berjalan dengan normal. Taman hiburan “Disneyland” sempat ditutup pada masa Covid-19 yang menyebabkan omset perusahaan turun pada tahun 2020. Seiring berjalannya waktu, pendapatan mulai pulih karena tidak bisa dipungkiri segmen taman hiburan dan produk konsumen menyumbang lebih dari sepertiga pendapatan Disney.
Hal yang sama juga berlaku pada laba bersih perseroan, profitabilitas perlahan-lahan mulai pulih. Laba bersih perseroan sempat menyentuh level terendah di $2,37 miliar pada tahun 2021 imbas modal besar yang harus dikeluarkan perusahaan agar bisa beralih model bisnis konvensional ke era digital. Perlahan, marjin laba bersih kembali meningkat dan diproyeksikan terus meningkat kedepannya.
Katalis positif atas program penghematan biaya hingga $5,5 miliar, beralih ke segmen yang lebih menguntungkan (streaming), dan pulihnya taman hiburan “Disneyland” menjadi alasannya. Adapun Disney diperkirakan akan membukukan pendapatan US$80,01 miliar di 2023, tumbuh 6,29% dari posisi akhir 2022 US$83,75 miliar. Sementara itu, perusahaan diharapkan bisa meraup laba bersih US$7,92 miliar pada tahun fiskal 2024, atau melejit 45% dari US$5,43 miliar di 2023.
Jika dilihat dari solvabilitas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi hutangnya, Disney mengalami kemajuan dalam menurunkan tingkat hutang terhadap EBITDA. Saat ini, tingkat hutang terhadap EBITDA perseroan berada di bawah rata-rata 3&5 tahunnya.
Menurut konsensus, harga wajar dari saham Disney sendiri berada di US$105 atau mencerminkan potensi kenaikan hingga +10% dari harga penutupan 31 Januari sebesar US$96,05. Dengan berbagai tindakan nyata dari perusahaan ini untuk memfokuskan diri pada segmen bisnis yang lebih menguntungkan, meningkatkan keyakinan analis akan memberikan pertumbuhan yang signifikan dalam jangka panjang. Disney juga merupakan perusahaan taman hiburan terbesar di dunia dengan merk “Disneyland”.
Jika kita bandingkan dengan performa harga sahamnya sendiri, Disney berada di 20,8x PE dimana rata-rata kompetitor berada di angka 22x PE. Jika dibandingkan dengan salah satu kompetitor terkuatnya Netflix, harga saham Disney bahkan tertinggal jauh. Netflix sendiri berada di level 22x PE. Hal ini mencerminkan saham Disney sedang undervalued relatif terhadap industrinya.
Level 30,2x PE juga menjadi rata-rata 5 tahun ke belakang dari perusahaan ini sendiri atau lebih tinggi sekitar 31% dari harga saat ini. Saat ini, Disney diperdagangkan pada level sekitar PE Band -1 Standar Deviasi. Menurut Pluang, Sobat Cuan yang memiliki gaya investasi “value investing” sudah dapat mulai mengoleksi saham Disney mengingat harga saham perseroan saat ini relatif murah dan terus menunjukkan perbaikan dari segi proftitabilitas.
Setiap jenis investasi tentunya memiliki risiko, tak terkecuali berinvestasi pada saham Disney. Berikut beberapa risiko yang wajib kamu ketahui sebelum berinvestasi di saham Disney:
Segmen SVOD dan online streaming Disney+ beroperasi di pasar yang sangat kompetitif. Masuknya pesaing baru atau kemajuan dari pesaing yang sudah ada dapat mengancam pangsa pasar dan profitabilitasnya. Inovasi dan strategi bisnis dari pesaing seperti Netflix bisa berdampak pada kinerja saham Lennar.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi global dapat melemahkan permintaan masyarakat terhadap produk Disney terlebih bisnis yang ditawarkan perusahaan bukan kebutuhan primer melainkan sekunder. Menurunnya subscriber Disney+ dan jumlah kunjungan ke taman hiburan Disneyland sepanjang tahun ini ditenggarai analis sebagai imbas dari perlambatan ekonomi global dan inflasi yang tinggi.
Disney yang sedang fokus melakukan restrukturisasi bisnis penyiarannya memiliki salah satu fokus utama di penyiaran olahraga. Hak siar yang tergolong volatil dapat memengaruhi profitabilitas dari perseroan.
Disney saat ini masih memiliki bisnis di segmen stasiun televisi konvensional. Perubahan kebiasaan masyarakat yang kini beralih ke online streaming menurunkan profitabilitas perseroan.
Download aplikasi Pluang untuk investasi Saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Bagikan artikel ini