Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro (Segera Hadir)
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Advanced Order

support-icon
Dirancang untuk Investor (Segera Hadir)
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

chatRoomImage

Scan kode QR untuk download Pluang di Android dan iOS.

Informasi Terkini UntukmuBlogBerita & AnalisisPelajariKamus
bookmark

Cari berita, blog, atau artikel

Blog

Investor Institusional dan Investor Ritel, Apa Bedanya?

Investor Institusional dan Investor Ritel, Apa Bedanya?

17 Jul 2020, 5:00 AM·Waktu baca: 3 menit
Kategori
Investor Institusional dan Investor Ritel, Apa Bedanya?

Investor institusional adalah investor yang umum ditemui di pasar saham. Investor ritel adalah tipe yang lainnya. Simak penjelasan berikut ini.

Tiap-tiap investor memiliki sejumlah perbedaan sehingga mereka diklasifikasikan sebagai investor institusional dan investor non-institusional atau ritel.

Investor institusional adalah orang atau organisasi yang menjual sekuritas, biasanya mereka memiliki biaya yang lebih rendah. Sementara itu, investor ritel adalah orang, biasanya non-profesional, yang melakukan jual beli sekuritas melalui perusahaan pialang.

Memahami perbedaan kedua jenis investor tersebut sangat membantu dalam bermain dalam pasar saham.

Jangan-jangan investor institusional adalah yang selama ini kalian terapkan. Namun, ternyata investor ritel adalah yang lebih sesuai dengan kriteria. Mari kita gunakan kesempatan ini untuk menjelaskan perbedaannya.

Baca juga: Cara Jitu Memilih Saham dengan Modal Analisis Fundamental dan Teknikal

Investor institusional adalah…

Investor institusional adalah the big guys on the block. Mereka mengampu dana-dana besar. Misalnya dana pensiun, reksa dana, manajer uang, perusahaan asuransi, bank investasi, perwalian komersial, dana abadi, dana lindung nilai (hedge funds), serta beberapa investor ekuitas swasta.

Jumlah mereka mengakuisisi tiga perempat dari volume perdagangan di New York Stock Exchange. Mereka memindahkan sejumlah besar saham dan memiliki pengaruh luar biasa dalam pergerakan pasar saham.

Selain dana, mereka dianggap sebagai investor canggih karena memiliki pengetahuan yang luas. Mereka akan cenderung menghindari investasi yang tidak meyakinkan dan jarang tunduk terhadap peraturan perlindungan oleh Securities and Exchange Commission (SEC).

Sumber uang investor institusional tidak berasal dari kantor mereka sendiri. Uang tersebut biasanya merupakan investasi orang lain. Misalnya saja dana pensiun di perusahaan, reksa dana, atau jenis asuransi lainnya. Mereka akan memanfaatkan dana tersebut. Dan, kalian secara tidak langsung akan mendapat manfaat dari keahlian mereka.

Struktur yang besar memiliki keuntungan tersendiri. Investor institusional mampu menegosiasikan biaya yang lebih baik atau rendah untuk investasi. Selain itu, mereka juga bisa memiliki akses khusus yang tidak dimiliki investor normal. Misalnya saja seperti peluang investasi dengan pembelian minimum yang besar.

Kegiatan jual-beli yang dilakukan oleh investor institusional adalah berpengaruh dalam pasar saham. Jumlah pembelian dan penjualan posisi besar oleh mereka dapat menciptakan ketidakseimbangan penawaran dan permintaan. Sebagai hasilnya, akan terjadi pergerakan harga yang tiba-tiba di saham, obligasi, ataupun aset lainnya.

Baca juga: Apa Itu Money Laundering?

Investor ritel atau non-institusional

Secara definisi, investor ritel adalah investor selain dari institusional. Mereka adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menjualbelikan utang, ekuitas. Ada pula yang mendefinisikan mereka sebagai orang yang investasi melalui broker, bank, agen real estate, dan lain sebagainya.

Berbeda dengan investor institusional, mereka berinvestasi dan mengelola uang atas nama mereka sendiri. Motivasi mereka berasalah dari dalam diri sendiri atau pribadi. Misalnya saja sebagai tabungan dana pendidikan anak-anak atau membiayai pembelian aset dalam jumlah besar.

Karena daya belinya yang relatif kecil, mereka akan dikenai biaya yang lebih tinggi pada perdagangan mereka. Biaya tinggi tersebut juga mencakup biaya pemasaran, komisi, dan biaya lainnya yang terkait.

Berdasarkan SEC, investor ritel dinilai tidak terlalu canggih. Karenanya, mereka perlu diberikan perlindungan tertentu dan dilarang melakukan investasi yang rumit serta berisiko.

Jia kalian merupakan investor non-institusional, pertanyaan tentang bagaimana melakukan investasi di reksa dana sering muncul. Biasanya penasihat saham akan menyodorkan beberapa kelas saham reksa dana dengan tingkatan A, B, atau C.

Kemudian, mereka akan memberitahu kalian untuk membelinya. Namun, yang perlu diketahui adalah saham tersebut memiliki hitungan tersendiri. Dan biasanya, saham ini tidak termasuk biaya penjualan dan memiliki rasio penjualan yang lebih kecil.

Saham-saham tersebut bagi investor institusional adalah saham diskon karena mereka membeli aset dalam jumlah besar. Ibaratnya, mereka sedang mendapat diskon ketika sedang membeli rumah. Jika menganut dengan teori, saham-saham yang lebih rendah ini diterjemahkan ke dalam tingkat pengembalian yang lebih tinggi.

Sumber: Investopedia, Investopedia

Simak juga:

Belajar Investasi Saham? Intip Yuk Simulasi Trading hingga Strategi Kelola Saham

Terdampak Wabah Corona, IHSG Masih Terkapar, Saham Blue Chip Pun Anjlok

Borong Saham “Diskon” Saat Pandemi COVID-19, Strategi Cuan Jangka Panjang

Ditulis oleh
channel logo

Dewi Kharisma

Right baner

Bagikan artikel ini

Apakah artikel ini berguna untukmu?

like
like
Artikel Terkait

Artikel Terkait

Right baner
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1

Daftar