Index future atau indeks berjangka merupakan produk turunan (investasi efek derivatif) dari efek utama, baik bersifat penyertaan maupun utang. Beberapa jenis produk derivatif ini di antaranya kontrak opsi saham (KOS) ataupun kontrak berjangka indeks efek (KBIE).
Indeks pasar saham terdiri dari sekeranjang saham yang menunjukkan pergerakan umum harga saham. Saham yang membentuk indeks ini harus memenuhi kondisi tertentu. Di antaranya kapitalisasi pasar yang tinggi, likuiditas yang baik, dsb.
Dalam Bursa Efek Indonesia (BEI), kontrak berjangka indeks efek (KBIE) merupakan kontrak berjangka yang menggunakan underlying berupa indeks saham.
Saat ini, ada lima KBIE yang diperdagangkan di BEI, yakni Mini LQ45 Futures, LQ45 Futures Periodik, Mini LQ45 Futures Periodik, Japan (JP) Futures, dan LQ45 Futures.
Bagaimana dengan index future dalam tataran global? Simak ulasan berikut ini.
Baca juga: Semua yang Perlu Kamu Tahu tentang Perdagangan Berjangka Komoditi
Index future atau indeks berjangka, sebagaimana semua kontrak di masa depan, memberi kekuatan pada trader atau investor terkait komitmen untuk memberikan nilai tunai berdasarkan indeks dasar pada tanggal mendatang.
Kecuali jika kontrak dibatalkan sebelum berakhir, trader wajib memberikan nilai tunai pada saat kontrak dihitung berakhir.
Index future melacak harga suatu aset atau sekelompok aset pada masa mendatang. Fungsi indeks berjangka adalah sebagai derivatif, berarti berasal dari aset dasar atau indeks. Trader menggunakan produk ini untuk bertukar berbagai instrumen.
Instrumen dasar index future dapat berupa ekuitas, komoditas, dan mata uang. Untuk contoh global, misalnya, indeks S&P 500 yang melacak harga saham 500 perusahaan terbesar di Amerika Serikat.
Seorang investor dapat membeli atau menjual indeks berjangka pada S&P untuk berspekulasi terkait apresiasi atau depresiasi indeks.
Beberapa index future yang paling populer didasarkan pada ekuitas. Setiap produk dapat menggunakan kelipatan berbeda untuk menentukan harga kontrak berjangka.
Contohnya, nilai kontrak berjangka S&P 500 adalah 250 kali nilai indeks S&P 500. Kontrak berjangka E-mini S&P 500 memiliki nilai 50 kali dari nilai indeks.
Selain S&P 500, indeks berjangka juga tersedia untuk Dow Jones Industrial Average (DJIA) dan Nasdaq 100 bersama dengan E-mini Dow (YM) dan E-mini NASDAQ 100 (NQ).
Baca juga: OJK dan Bappebti, Bagaimana Kewenangan Dua Lembaga Regulator Ini?
Kontrak berjangka yang mengkerangkai index future tidak mengharuskan trader atau investor untuk memasang seluruh nilai kontrak saat memasuki trading.
Sebaliknya, mereka mengharuskan pembeli untuk mempertahankan sebagian kecil dari jumlah kontrak dalam akun mereka, yang disebut sebagai margin awal (initial margin).
Harga indeks berjangka dapat berfluktuasi secara signifikan hingga kontrak berakhir. Karena itu, trader mesti memiliki cukup dana di akun mereka untuk menutupi potensi kerugian ini, yang dikenal sebagai margin pemeliharaan (maintenance margin).
Margin pemeliharaan merupakan jumlah minimum dana yang harus dimiliki suatu akun untuk memenuhi setiap klaim di masa mendatang.
Baik New York Stock Exchange (NYSE) dan Financial Industry Regulatory Authority, Inc. (FINRA) membutuhkan minimum 25% dari total nilai perdagangan sebagai saldo minimum akun.
Namun, beberapa broker akan menuntut lebih dari margin 25% ini. Ketika nilai trading naik sebelum kontrak berakhir, broker dapat meminta dana tambahan agar disetorkan demi menambah nilai pada rekening. Ini disebut sebagai margin call.
Baca juga: Investasi Emas Non-Fisik dalam Bentuk Emas ETF vs Emas Berjangka, Apa Bedanya?
Index future menyatakan bahwa pemegang setuju untuk membeli indeks pada harga tertentu pada tanggal yang akan datang. Biasanya kontrak diselesaikan setiap triwulan, kendati ada beberapa kontrak tahunan juga.
Indeks ekuitas berjangka adalah penyelesaian tunai yang berarti tidak ada pengiriman aset dasar pada akhir kontrak. Jika pada saat kontrak berakhir harga indeks lebih tinggi dari harga yang disepakati dalam kontrak, pembeli telah memperoleh untung. Begitu pula sebaliknya.
Keuntungan ditentukan oleh perbedaan antara harga masuk dan keluar kontrak. Seperti halnya perdagangan spekulatif, ada risiko bahwa pasar bisa bergerak ke posisi mana pun. Sementara itu, akun trader harus menyimpan dana atau margin serta margin call untuk mengimbangi risiko kerugian.
Dalam berinvestasi index future, investor harus memahami bahwa banyak faktor dapat mendorong harga indeks pasar termasuk kondisi ekonomi makro seperti pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perusahaan.
Spekulasi adalah strategi yang umum diterapkan. Investor berpengalaman akan menggunakan indeks berjangka untuk berspekulasi pada arah indeks.
Alih-alih membeli saham individu atau aset, investor dapat bertaruh pada arah index future sekelompok aset di masa mendatang. Inilah yang memungkinkan index future diperjualbelikan dengan kemungkinan untung lebih besar di masa mendatang jika prediksi tepat.
Sumber: Investopedia, Economy Okezone
Simak juga:
Pengin Bikin Start-up? Ini 5 Strategi Awal yang Harus Kamu Ketahui
Tetap Bisa Traveling Saat Kantong Tipis dengan 9 Trik Ini!
Menyulap Hobi Menjadi Bisnis dengan 7 Trik Andalan Ini!
Mau Financially-Savvy? Dengerin 7 Podcast Spotify Keuangan Ini, yuk!
Mau Cuan Investasi Saham untuk Pemula? Intip Dulu Panduannya di Sini!
Bagikan artikel ini