Dalam berinvestasi saham, terdapat istilah holding period return (HPR). Ini mengandaikan periode lamanya investor memegang suatu saham (holding period) untuk memperoleh keuntungan (return) berupa capital gain ataupun dividend yield.
Setiap investor memiliki preferensi atas saham yang ia akuisisi. Baik dari segi sektor yang disasar, seperti saham properti, ritel, pertambangan, perbankan, ataupun consumer goods.
Secara umum, keputusan membeli atau menjual saham ditentukan oleh perbandingan atau perkiraan nilai intrinsik saham dengan harga pasar yang berlaku.
Holding period return merupakan penghasilan total yang diperoleh dari menyimpan investasi tersebut dalam periode waktu tertentu. Bagaimana menerapkan HPR dan menghitungnya?
Baca juga: Investasi Lebih Aman, Ketahui Cara Mengelola 7 Risiko Investasi Ini
Periode holding adalah jumlah waktu investasi dipegang oleh investor atau periode antara pembelian dan penjualan sekuritas. Untuk menghitung periode ini, perhitungan dimulai dari hari setelah akuisisi sekuritas dan berlanjut hingga hari penjualan.
Imbal hasil yang diperoleh atau HPR ditentukan berdasarkan total pengembalian yang diterima dari portofolio aset selama periode waktu tertentu. Ini umumnya dijelaskan dengan persentase.
Nilai holding period return ditentukan dari pendapatan saat ini (pendapatan dividen, pendapatan sewa, ataupun pendapatan bunga) dan keuntungan atau kerugian modal (capital gain atau capital loss).
Perbedaan periode kepemilikan dapat menghasilkan perlakuan pajak berbeda atas suatu investasi. Dengan demikian, periode holding menentukan implikasi pajak.
Siapa yang menggunakan penghitungan holding period return ini dan kapan digunakan? Umumnya, investor dan manajer investasi menghitung HPR dari 5-10 tahun dalam memilih investasi.
Holding period return untuk saham dapat dirumuskan sebagai berikut:
HPR = Income + (EOPV – IV) / IV
Di mana EOPV adalah end of period value (nilai akhir ketika aset dijual) dan IV adalah initial value (nilai awal ketika aset diakuisisi).
Jika kamu membeli kelas aset atau sekuritas tertentu pada Januari 2020 dan menjualnya pada Januari 2021, total holding period return yang kamu terima ialah pendapatanmu berupa cash dividend sejak Januari 2020 hingga Januari 2021 ditambah dengan persentase EOPV dikurangi IV.
Dalam kasus reksadana, penghasilan (return) didistribusikan melalui 3 cara, yakni dividend, distribusi keuntungan modal (capital gain distribution), dan penyusutan nilai aset bersih (net asset value, NAV).
Dengan demikian, holding period return keseluruhan faktor tersebut dalam formula berikut:
HPR = dividen + distribusi keuntungan modal + (NAV akhir – NAV awal) : NAV awal
Dengan NAV = net asset value dan (NAV awal – NAV akhir) merepresentasikan kenaikan harga.
Baca juga: Fokus Investasi di Obligasi? Ini 4 Strategi Jitu untuk Mengelola Portofoliomu
Dari ilustrasi pembelian dan penjualan saham di atas, maka kita bisa menerapkan formula sebagai berikut:
Harga beli saham pada awal tahun 2020
– Saham A = USD 50; Saham B = USD 50
Cash dividend yang diterima (selama satu tahun)
– Saham A = USD 10; Saham B = USD 15
Harga jual pada awal tahun 2021
– Saham A = USD 58; Saham B = USD 48
Maka, dari keterangan tersebut, HPR dapat diterakan sebagai berikut:
HPR dari Saham A sebesar 18% dan dari saham B sebesar 13%.
Sementara itu, berikut ini untuk ilustrasi holding period return dalam reksadana:
Mari kita asumsikan bahwa suatu reksadana membayarkan dividen sebesar USD 0,75 dan distribusi keuntungan modal sebesar USD 0,25 per lembar saham di sepanjang tahun tersebut.
Dengan NAV pada awal tahun sebesar USD 7 yang meningkat menjadi USD 8 per lembar saham pada akhir tahun.
HPR = USD 0,75 + USD 0,25 + (USD 8-USD 7) : USD 7 = USD 2 : USD 7 = 28,57%.
Jadi, tidak sulit bukan untuk menghitung holding period return yang dapat kamu peroleh dalam periode investasi tertentu?
Sumber: Investopedia, Portal Investasi
Pengin Bikin Start-up? Ini 5 Strategi Awal yang Harus Kamu Ketahui
Tetap Bisa Traveling Saat Kantong Tipis dengan 9 Trik Ini!
Menyulap Hobi Menjadi Bisnis dengan 7 Trik Andalan Ini!
Mau Financially-Savvy? Dengerin 7 Podcast Spotify Keuangan Ini, yuk!
Mau Cuan Investasi Saham untuk Pemula? Intip Dulu Panduannya di Sini!
Bagikan artikel ini