Selamat pagi, Sobat Cuan! Pergerakan indeks saham Amerika Serikat terbilang bervariasi sementara laju aset kripto masih terlihat mengenaskan. Apakah panic selling masih menghantui market? Simak selengkapnya di sini!
Indeks Saham AS
- Pergerakan indeks saham Wall Street terbilang bervariasi menutup sesi perdagangan Kamis (13/5). Nilai Dow Jones Industrial Average (DJIA) dan Nasdaq masing-masing melorot 0,3% dan 0,05%, sementara indeks Nasdaq berhasil lompat 0,1%.
- Secara umum, pelaku pasar masih melancarkan aksi jual. Mereka khawatir bahwa inflasi masih bakal terus menjadi momok ekonomi AS.
- Kecemasan tersebut muncul setelah AS mencatat kenaikan Indeks Harga Produsen 0,5% secara bulanan pada April, atau 11% jika dibanding bulan sama tahun sebelumnya. Angka ini melebihi ekspektasi analis yakni 10,7%.
- Namun, kekhawatiran mereka bukanlah inflasi semata. Mereka justru cemas bahwa inflasi tersebut bakal direspons bank sentral AS, The Fed, dengan mengerek suku bunganya dengan agresif. Sejauh ini, analis meramal bahwa The Fed bakal tiga kali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin sepanjang tahun ini.
- Kenaikan suku bunga acuan yang terlalu kencang tentu akan menghambat pertumbuhan konsumsi dan investasi, dua motor utama penggerak pertumbuhan ekonomi. Sehingga, langkah hawkish bank sentral tersebut bisa mengantar ekonomi AS ke jurang resesi.
- Untungnya, di saat yang sama, pelaku pasar juga memborong saham-saham teknologi mumpung harganya lagi murah (buy the dip). Meski demikian, pelaku pasar menyetop aksi tersebut setelah mengkhawatirkan 'hantu' inflasi.
Baca juga: Pluang Pagi: Iklim Investasi Makin Gak Karuan, Kripto & Saham AS Berantakan!
Aset Kripto
- Kondisi yang terbilang serupa juga terjadi di pasar kripto. Melansir Coinmarketcap pukul 08.35 WIB, sembilan dari 10 aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar sejagat masih berkutat di zona merah.
- Mujurnya, kini laju pelemahan masing-masing kripto sudah mulai melambat. Ambil contoh Bitcoin (BTC) yang nilainya turun 0,53% dalam sehari terakhir dan kini berada di US$29.349,05 per keping. Sementara itu, nilai Ether (ETH) ikutan melorot 5,42% ke US$2.007,03 di waktu yang sama.
- Beberapa nilai altcoin lainnya pun tak lagi terjun bebas hingga mencapai dua digit. Nilai XRP dan Cardano (ADA) masing-masing luluh 5,12% dan 5,6%. Sementara itu, nilai Dogecoin (DOGE) dan Polkadot (DOT) kompak melemah lebih dari 2% dalam 24 jam terakhir.
- Sementara itu, nilai Binance Coin (BNB) justru tumbuh 3,06% di waktu yang sama.
- Pelaku pasar masih kompak melakukan aksi jual lantaran maraknya sentimen negatif di pasar kripto dalam beberapa waktu terakhir.
- Di satu sisi, pelaku pasar masih melepas aset berisiko mengingat situasi makroekonomi sedang tak pasti. Terakhir, mereka harus menghadapi kenyataan bahwa inflasi AS masih akan terus menggentayangi ekonomi AS, sehingga mereka pun hijrah dari aset-aset volatil aman ke aset aman seperti Dolar AS.
- "Laju inflasi yang melebihi proyeksi menyebabkan investor untuk melepas aset berisikonya. Hal ini ikut menghantam pasar aset kripto," jelas CEO BDSwiss regional Timur Tengah dan Afrika Utara, Daniel Takieddine, seperti dikutip Coindesk.
- Di sisi lain, pelaku pasar juga masih merasakan situasi horor di pasar kripto setelah drama seputaran stablecoin besutan TerraLabs, UST, gagal mempertahankan nilai tukarnya di level US$1 untuk 1 UST.
- Peristiwa tersebut bikin pelaku pasar segera meninggalkan pasar stablecoin. Namun, mereka juga jadi waswas untuk nyemplung di pasar kripto secara umum.
- Imbas dari drama UST ini adalah terjunnya nilai koin native Terra, LUNA, sebesar 99,38% dalam sehari terakhir. Nilai LUNA yang jatuh ke jurang tersebut membuat validator di jaringan blockchain Terra menghentikan aktivitas jaringannya tadi malam.
Emas
- Harga emas di pasar spot bercokol di US$1.824 per ons pada pulul 08.57 WIB, luluh dari posisi US$1.858 per ons kemarin.
- Sang logam mulia babak belur setelah dua musuh bebuyutannya, Dolar AS dan tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS, menunjukkan keperkasaannya. Hal ini terjadi setelah perilisan data indeks harga produsen AS memberikan sinyal inflasi yang tak kunjung reda.
- Sekadar informasi, kenaikan nilai Dolar AS menyebabkan harga emas menjadi relatif lebih mahal bagi mereka yang jarang bertransaksi menggunakan mata uang tersebut.
- Sementara itu, kenaikan tingkat imbal hasil obligasi AS menyebabkan opportunity cost dalam menggenggam emas menjadi lebih mahal. Sehingga, investor tentu memilih aset yang menghasilkan imbal hasil periodik seperti obligasi ketimbang emas.
Baca juga: Rangkuman Pasar: Aksi Jual Tak Terbendung, Kripto & IHSG Makin Linglung!
Nikmati Keuntungan dengan Investasi Aman di Pluang!
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!