Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Fitur Proarrow-icon

support-icon
Dirancang untuk Investor
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Keamanan

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

Berita & Analisis

Pasar Sepekan: Dihantam Gelombang Besar, Market Masih Mampu 'Berlayar'
shareIcon

Pasar Sepekan: Dihantam Gelombang Besar, Market Masih Mampu 'Berlayar'

6 Aug 2022, 3:14 AM·Waktu baca: 7 menit
shareIcon
Kategori
Pasar Sepekan: Dihantam Gelombang Besar, Market Masih Mampu 'Berlayar'

Selamat akhir pekan, Sobat Cuan! Kondisi pasar pekan ini cukup bergejolak setelah market digempur kabar-kabar menggemparkan dan perilisan data makroekonomi penting. Siapa yang mampu bertahan dan siapa yang tertekan? Simak ulasannya di Pasar Sepekan!

Pasar Kripto Sepekan

Pekan ini jadi pekan yang mendebarkan bagi investor kripto. Betapa tidak, pasar kripto kerap mengalami reli-reli singkat namun juga terkoreksi dengan cepat. Beberapa di antaranya keluar sebagai jawara, namun sebagian lainnya justru jadi jongos, seperti yang terlihat di tabel berikut.

Pergerakan aset kripto yang tak beraturan menandakan bahwa market tengah berada di fase sideways. Usut punya usut, pangkal kegalauan pasar kripto kali ini adalah perkara makroekonomi dan kabar peretasan yang muncul silih berganti.

Dari sisi makroekonomi, pelaku pasar terkejut melihat sikap plinplan bank sentral AS The Fed.

Sebagai pengingat, pada pekan lalu, Ketua The Fed Jerome Powell membuka peluang pelonggaran kebijakan moneter selepas September. Namun, di pekan ini, dua pejabat teras The Fed justru malah meremehkan niatan Powell tersebut. Mereka berdalih bahwa kebijakan moneter masih tetap harus diperketat mengingat "AS bakal susah kabur dari inflasi yang meradang".

Di saat yang sama, jagat kripto juga dijejali kabar tak sedap terkait keamanan jaringan.

Pada Selasa (2/8), sebanyak 8.000 pengguna Solana melaporkan kehilangan aset kripto dengan total nilai US$4,5 juta. Sehari kemudian, jaringan Solana menduga peristiwa itu disebabkan oleh aksi peretasan, menambahkan bahwa sang pelaku sukses menerobos jaringan Solana dengan mengeksploitasi kelemahan sistem dompet kripto Slope.

Yang bikin lebih sedih, peristiwa ini tepat terjadi sehari setelah jaringan jembatan antar blockchain Nomad juga mengalami kasus serupa.

Nah, rentetan kabar buruk tersebut membuat skor indeks Fear and Greed tak bergerak dari level 31, alias berada di zona "ketakutan". 

Kendati demikian, terdapat satu koin yang mencuri perhatian investor, yakni Flow (FLOW).

Nilai FLOW sukses melejit 33,73% sepanjang pekan ini setelah CEO Meta Platforms Mark Zuckerberg mengatakan Instagram telah mengekspansi dukungannya terhadap Non-Fungible Token (NFT) di lebih dari 100 negara.

Mengingat salah satu NFT yang didukung Instagram adalah token Flow, maka kabar tersebut diramal bisa membuka permintaan baru atas pencetakan NFT di jaringan tersebut.

Analisis Teknikal BTC

Pada pekan ini, BTC langsung menyentuh area support-nya setelah mencicipi zona resistance. Kondisi ini pun sesuai dengan ulasan Pluang pada pekan lalu.

Namun, BTC akhirnya berhasil rebound pada Kamis (4/8), menandakan bahwa pergerakan BTC terbilang positif untuk sementara. Ya, sifatnya hanya sementara lantaran penguatan harga tersebut ternyata tidak diiringi dengan aksi akumulasi yang masif.

Dengan demikian, area yang tepat untuk membeli BTC berada di level US$22.530 hingga US$21.800. Namun, jika Sobat Cuan merasa takut ketinggalan atas reli ini, maka kamu dapat memanfaatkan untuk langsung membeli di harga pasarnya saja.

Kemudian, titik resistance BTC bakal berada di level US$24.700. Jika BTC berhasil memecahkan level tersebut dengan volume meyakinkan, maka terdapat potensi untuk melanjutkan penguatan sampai ke level US$25.960.

Pasar AS Sepekan

Pergerakan trio indeks saham Amerika Serikat (AS) terbilang bervariasi sepanjang pekan ini. Nilai indeks Dow Jones melemah sebesar 0,12%, namun nilai indeks S&P 500 dan Nasdaq justru tumbuh 0,36% dan 2,14%.

Dari keterangan di atas, Sobat Cuan bisa melihat bahwa dinamika pasar AS pekan ini sejatinya terlihat cukup volatil. Adapun tiga faktor utamanya adalah perkara geopolitik, perilisan laporan keuangan emiten AS, dan perilisan data ekonomi AS.

Dari sisi geopolitik, pelaku pasar langsung jaga jarak dengan pasar modal setelah hubungan antara China, AS, dan Taiwan semakin mendidih.

Peristiwa ini bermula pada Selasa (2/8) ketika Ketua legislatif Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi bertandang ke Taiwan, menandai pertama kalinya pejabat tinggi AS melakukan kunjungan resmi ke teritori tersebut dalam 25 tahun terakhir. Hanya saja, aksi tersebut menuai kecaman dari China yang menganggap bahwa aksi Pelosi "melanggar kedaulatan dan integritas China".

Selepas itu, pelaku pasar jadi lebih waspada akan saham sektor pertambangan. Betapa tidak, China merupakan salah satu konsumen utama komoditas tambang seperti nikel dan batu bara. Sehingga, jika China berulah, maka bisa jadi harga kedua komoditas itu bisa kena getahnya.

Untungnya, pelaku pasar tidak begitu mengindahkan kemelut geopolitik tersebut. Sebab, mereka masih menunjukkan euforia setelah sentimen makroekonomi bikin mereka hepi.

Pada pekan ini, pelaku pasar terlihat sudah priced in dengan kenaikan suku bunga acuan The Fed sebesar 75 basis poin yang diumumkan pekan lalu. Mereka pun memanfaatkan momentum tersebut dengan melakukan aksi borong yang kuat.

Kemudian, pada akhir pekan, Departemen Ketenagakerjaan AS mengumumkan bahwa AS sukses menyerap 528.000 tenaga kerja baru sepanjang Juli atau dua kali lipat lebih besar dari ekspektasi yakni 250.000. Lembaga itu juga melansir bahwa tingkat pengangguran AS berada di level terendahnya dalam lima dekade terakhir, yakni 3,5% dari jumlah angkatan kerja.

Data tersebut menjadi bukti bahwa ekonomi AS masih berpotensi lolos dari jebakan resesi ekonomi.

Hanya saja, Pluang beranggapan bahwa Sobat Cuan tetap harus mengantisipasi pertemuan The Fed mendatang. Pasalnya, jika The Fed mengambil aksi hawkish gara-gara data ekonomi yang mentereng, maka ada kemungkinan pasar saham AS bisa kembali runtuh. Hal ini dapat dimaklumi mengingat kenaikan suku bunga acuan tentu akan membuat instrumen berpendapatan tetap jadi lebih menarik ketimbang aset berisiko.

Selain itu, Pluang juga menilai sekarang adalah saat tepat bagi Sobat Cuan untuk mengoleksi saham-saham sektor pertambangan seperti Chevron, BHP Billiton atau Caterpillar mumpung harganya sedang murah.

Baca Juga: Pluang Insight: Katanya Dunia di Ambang Resesi. Apa Sih Arti Resesi Ekonomi?

Pasar Emas Sepekan

Harga emas di pasar spot bertengger di US$1.775 per ons pada akhir pekan, menguat 0,5% dibanding sepekan sebelumnya US$1.766 per ons. Namun menariknya, harga emas sempat menyentuh US$1.794 per ons kemarin alias level tertingginya dalam sebulan terakhir.

Harga emas terdongkrak setelah pelaku pasar sempat mengkhawatirkan perkembangan tensi geopolitik AS dan China.

Maklum, jika dunia bersitegang, maka prospek pertumbuhan ekonomi ke depan bisa jadi buram. Mengantisipasi kondisi tersebut, pelaku pasar tentu memilih emas yang selama ini dikenal sebagai aset pelindung kekayaan yang efektif.

Di saat bersamaan, pelaku pasar juga memanfaatkan momentum pelemahan nilai Dolar AS untuk mengakumulasi sang logam mulia. Pasalnya, harga emas akan menjadi relatif lebih murah bagi pelaku pasar yang jarang bertransaksi menggunakan Dolar AS jika nilai mata uang itu melemah.

Namun, harga emas berbalik arah di akhir pekan pasca Departemen Ketenagakerjaan AS merilis data penyerapan tenaga kerja AS yang kinclong pada Juli.

Nah, data tersebut mengindikasikan bahwa ekonomi AS sebenarnya masih berpotensi lepas dari jeratan resesi. Sehingga, minat pelaku pasar untuk mengakumulasi aset safe haven pun memudar.

Baca Juga: Kabar Sepekan: Hubungan China-AS Kian Anyep, Ekonomi RI Tampil Cakep!

Pasar Domestik Sepekan

Investor saham domestik boleh bertepuk dada pekan ini. Sebab, nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses menutup diri di level 7.084,66 poin, melesat 1,92% dibanding pekan lalu.

Menariknya, sang indeks domestik selalu melaju ke zona hijau dalam lima hari perdagangan berturut-turut. Fakta unik lainnya, ini merupakan kali pertama IHSG mengakhiri pekan di atas level psikologis 7.000 sejak pertengahan Juni lalu.

Sepanjang pekan ini, pelaku pasar terlihat bernafsu membenamkan dana di pasar domestik. Optimisme itu muncul setelah Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan lalu mencapai 5,44% secara tahunan, lebih baik dari kuartal I yakni 5,01%.

Data ini membuktikan bahwa ekonomi Indonesia masih tetap kokoh meski dirongrong inflasi dan ancaman resesi global.

Di samping itu, kinerja apik saham teknologi ikut menjadi angin segar bagi IHSG pekan ini. Pelaku pasar giat memborong saham sektor tersebut karena harganya sudah dianggap "receh" setelah terkoreksi tajam dalam beberapa pekan terakhir.

Tak ketinggalan, hasil kinerja keuangan emiten dalam negeri yang memuaskan juga membuat pelaku pasar bergairah.

Bahkan, beberapa di antaranya jauh melebihi ekspektasi pasar. Ambil contoh PT Bukalapak (BUKA) yang membukukan nilai penjualan Rp1,7 triliun sepanjang semester I 2022 alias berada di atas prakiraan analis. Ini menjadi sinyal bahwa inflasi yang kian ngamuk belum berdampak signifikan terhadap aktivitas konsumsi domestik.

Meski diterpa kabar positif, tetap saja ada kabar tidak sedap yang menjegal performa IHSG pekan ini.

Pada Senin (1/8), misalnya, BPS melaporkan bahwa inflasi tahunan Indonesia menyentuh 4,94% pada Juli, semakin menyimpang dari target batas atas inflasi Bank Indonesia (BI) yakni 4,5%.

Sementara itu, di akhir pekan, BI melaporkan cadangan devisa Indonesia di angka US$132,2 miliar per Juli 2022, susut US$4,2 miliar dibanding bulan sebelumnya. Sialnya, data cadangan devisa Indonesia yang melempem ternyata menuntun investor asing mencabut dananya dari pasar dalam negeri. 

IHSG Cemerlang, Dana Asing Perlahan 'Hilang'

Sayangnya, laju IHSG yang tampil penuh gaya tidak sebanding dengan aksi investor asing. Sebab, asing ternyata membukukan nilai jual bersih (net foreign sell) sebesar Rp4,2 triliun sepanjang pekan ini.

Nilai jumbo tersebut sejatinya disebabkan oleh aksi korporasi PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) yang melakukan transaksi negosiasi sebesar Rp7,95 triliun. Namun, jika Sobat Cuan mengesampingkan aksi korporasi tersebut, maka kamu melihat bahwa asing sejatinya mencatat aksi beli bersih (net foreign buysebesar Rp3,76 triliun.

Pekan ini, asing rakus melahap saham seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). 

Di sisi lain, asing juga membuang paling banyak saham PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO), PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF).

Mulai Perjalanan Investasimu dengan Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emasS&P 500 dan Nasdaq index futuresSaham AS CFD, serta lebih dari 130 aset kripto dan belasan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!

Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!

Ditulis oleh
channel logo

Marco Antonius

Right baner

Marco Antonius

Bagikan artikel ini

Artikel Terkait
weekly news
Pasar Sepekan: Rusia Tabuh Genderang 'Perang', Market Ikut Bergelombang
news card image
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1